Bacaan 1 : 2 Samuel 7 : 1 – 11, 16.
Bacaan 2 : Roma 16 : 25 – 27.
Bacaan 3 : Lukas 1 : 26 – 38.
Tema Liturgis : Hidup Dalam Kelimpahan Anugerah Tuhan.
Tema Khotbah: Menanti kelahiran Sang Juru Selamat.
Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
2 Samuel 7: 1 – 11, 16.
Mula-mula raja Daud merasa “tidak pantas” menikmati segala kenyamanan dengan tempat tinggal yang bagus, sementara tabut Tuhan berada di dalam tenda. Tabut Tuhan bagi bangsa Israel saat itu merupakan simbol kehadiran dan penyertaan Tuhan. Itulah sebabnya dalam setiap peperanganpun bangsa Israel selalu berusaha menghadirkan tabut Tuhan itu. Bagi raja Daud, tabut Tuhan yang adalah simbol kehadiran Tuhan itu sepatutnya berada di tempat yang “layak”, harus dihormati melebihi tempat tinggalnya sendiri. Itulah sebabnya raja Daud bermaksud membangun rumah permanen yang lebih bagus untuk tempat tabut Tuhan sebagai wujud penghormatannya kepada Tuhan.
Kenyataannya Tuhan tidak menyetujui keinginan Daud itu. Tuhan menyadarkan raja Daud bahwa menghormati Tuhan tidak tergantung pada tempat di mana tabut itu diletakkan. Kehadiran Tuhan di tengah umatNya tidak dibatasi oleh tenda, atau tabut yang berisi dua loh batu bertuliskan sepuluh perintah Allah. Ayat 7 mengungkapkan bahwa keberadaan Allah juga “mengembara” bersama bangsa Israel, yang artinya tidak terbatas oleh tempat dan ruang tertentu. Keberadaan Allah tidak bisa ditentukan/ diatur oleh manusia di tempat tertentu. Allah bebas berada di manapun dan dalam keadaan apapun. Namun demikian Allah tetap memperhitungkan keinginan dan kebaikan hati raja Daud yang ingin mengormati Tuhan dengan segala yang dimilikinya. Karenanya, Allah juga kembali mengukuhkan janjiNya untuk memberkati dan mengokohkan keluarga dan kerajaan Daud (ayat 16).
Roma 16: 25 – 27.
Rasul Paulus menegaskan bahwa segala kemuliaan hanya bagi Allah di dalam Yesus Kristus. Di seluruh muka bumi, dalam berbagai situasi sekalipun hanya Yesus Kristus yang layak menerima kehormatan dan kemuliaan tertinggi. Para rasul, bahkan para nabi dengan kitab-kitabnya, tidak ada yang layak dan boleh menerima kehormatan dan kemuliaan tertinggi. Semua yang dilakukan para rasul dan para nabi tidak ada tujuan lain selain supaya hanya nama Allah di dalam Yesus Kristus yang dimuliakan di seluruh bumi. Rasul Paulus juga menekankan tentang keesaan Allah (ayat 27), dan itu bisa dipahami dengan hikmat Tuhan di dalam Yesus Kristus. Hanya Allah di dalam Yesus Kristus yang layak menerima segala hormat dan kemuliaan dari manusia.
Lukas 1: 26 – 38.
Alkitab menyebutkan bahwa malaikat Gabriel menjumpai seorang perawan bernama Maria. Perawan adalah sebutan bagi perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Seorang perawan ini oleh Tuhan akan dijadikan mengandung meski tanpa hubungan seksual dengan laki-laki. Maria yang dipilih Allah ini disebutkan mendapat karunia Allah (ayat 28, 30). Jadi, pemilihan terhadap Maria murni karena kasih karunia Allah, kehendak Allah. Secara duniawi Maria bukanlah manusia istimewa, dia perempuan -masih muda- dan bukan dari kalangan keluarga kaya. Bagi masyarakat Yahudi pada saat itu Maria bukanlah siapa-siapa.
Dipilih dan dipercaya untuk mengandung dan melahirkan bayi Yesus adalah sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh Maria, bahkan dianggap sesuatu yang “mustahil”. Terbukti dari pertanyaan Maria di ayat 34: “Bagaimana mungkin hal itu terjadi, karena aku belum bersuami?” Secara manusiawi keberadaan bayi memang tidak bisa dilepaskan dari hubungan seksual, dan pada jaman itu hanya lazim dilakukan oleh orang-orang yang sudah resmi sebagai suami-istri. Hal yang tidak lazim pula bahwa Maria harus menamai anaknya Yesus. Yesus adalah kata dalam bahasa Yunani, dan sama dengan Yosua dalam bahasa Ibrani yang berarti Allah menyelamatkan/ Juru selamat. Kebiasaan saat itu yang berhak memberikan nama kepada bayi adalah bapaknya, bukan ibunya. Dalam hal itu Maria oleh Allah diberi kepercayaan juga untuk memiliki “kekuasaan” memberi nama kepada bayinya, atau sebagai seseorang yang juga berpengaruh pada bayinya. Sebenarnya hal seperti ini juga tidak lazim atau “mustahil” bagi Maria/ perempuan untuk memberi nama pada “anaknya”. (Pemberi nama yang sesungguhnya adalah Allah sendiri selaku “BapaNya”). Banyak hal yang mustahil yang dipikirkan oleh Maria akhirnya dijawab oleh malaikat Gabriel di ayat 35, 37, bahwa Roh Kudus dan kuasa Allah yang akan membuat semua yang mustahil itu menjadi nyata, sebab tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Dalam hal ini Maria telah diyakinkan bahwa kehamilan yang akan ia alami benar-benar “skenario” Allah. Dan untuk mewujudkan rencanaNya itu, Allah mengajak Maria untuk menjadi “rekan kerjaNya” yaitu dengan kerelaannya untuk mengandung dan melahirkan serta merawat bayi Yesus. Semua ada dalam kuasa dan kendali Allah, Maria hanya perlu kesediaan untuk dipakai oleh Allah. Jawaban Maria di ayat 38 yang menyatakan dirinya adalah hamba Tuhan telah menunjukkan sebuah ketaatan dan ketundukan yang tiada tara hanya kepada kehendak Allah. Seorang hamba tidak mungkin menolak kehendak dan perintah Tuannya, sebab dia yakin itulah yang terbaik dan harus dijalaninya.
Benang merah tiga bacaan
Kasih karunia Allah bisa diterima dan dinikmati oleh siapa saja yang Tuhan kehendaki dan sedia menerimanya dengan kerelaan dan ketaatan seorang hamba. Kasih karunia ini bisa diterima secara pribadi maupun kolektif.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan…bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
SALAM YANG MEMBAHAGIAKAN.
(Nats: Lukas 1: 28b)
Pendahuluan
Biasanya, ketika seseorang mengucapkan salam kepada orang lain, maka ada maksud baik dalam hatinya. Siapapun cenderung mengharapkan salam yang menyenangkan, penuh keramahan, bahkan mungkin memberikan rasa aman dan bahagia. Orang yang bermusuhan biasanya tidak menucapkan salam.
Salam yang diucapkan malaikat Gabriel kepada Maria saat memberitahukan akan kelahiran Yesus, memang terasa tidak lazim. Maria sendiri sampai tidak paham dengan makna dari salam itu (ayat 29). Hal itu karena malaikat Gabriel menyebut Maria sebagai orang yang dikaruniai dan juga dikatakan bahwa Tuhan menyertai Maria. Salam itu sungguh luar biasa. Disertai oleh Tuhan saja sudah merupakan kebahagiaan dan berkat tak terhingga, apalagi dikatakan bahwa Maria adalah manusia yang dikaruniai. Karunia apakah yang akan diterima oleh Maria? Hal ini tentunya juga menjadi pertanyaan bagi Maria.
Isi
Salam dari Malaikat Gabriel itu sangat berarti bagi Maria. Memang salam seperti itu tidak biasa didengar oleh Maria dan orang-orang pada umumnya. Ada 2 hal yang merupakan isi dari salam itu, yaitu Maria menjadi orang yang menerima karunia Allah dan sekaligus menjadi orang yang disertai Allah.
- Maria menjadi orang yang menerima karunia Allah.
Karunia adalah pemberian cuma-cuma dari Allah. Orang yang menerima karunia Allah itu murni karena kebaikan Allah, dan bukan karena permintaan atau upaya manusia. Karunia itu diberikan oleh Allah secara bebas kepada siapapun yang Dia kehendaki. Bisa terjadi menurut ukuran manusia seseorang tidak layak menerima karunia Allah itu. Contohnya Maria. Bagi orang-orang di jaman itu tidak ada hal istimewa dalam diri Maria. Dia perempuan (biasanya dianggap warga kelas 2), masih muda (dianggap belum berpengalaman dalam hidup) dan bukan dari keluarga berada.
Karena itu, merupakan hal yang mengejutkan jika Maria mengetahui bahwa dirinya mendapat karunia Allah. Tentunya Maria merasa tidak pantas menerima pemberian Allah itu. Pada akhirnya Maria mengerti tentang karunia yang akan diterimanya, yaitu bahwa dia dipercaya oleh Allah untuk dipakai sebagai sarana lahirnya Sang Juru Selamat yang telah dinantikan oleh banyak orang. Maria telah dipilih oleh Allah untuk hamil dan melahirkan bayi Yesus. Maria tentunya tidak mengerti mengapa dirinya yang dipilih oleh Allah. Apapun alasannya, itulah karunia, itulah berkat tiada terhingga yang akan diterima oleh Maria.
Berikutnya, malaikat Gabriel itu juga menyampaikan kepada Maria berbagai bentuk karunia Allah kepada dirinya. Berbagai keajaiban akan dialami oleh Maria. Misalnya, Maria akan hamil meskipun belum bersuami. Artinya, keberadaan bayi Yesus di dalam tubuhnya itu bukan hasil dari hubungan seksual, tetapi karena kuasa Roh Kudus (ayat 35). Roh Kudus ini bukan hanya akan turun atas diri Maria, tetapi juga kuasa Allah akan menaungi Maria dalam kehidupannya. Karunia ini tentunya tidak pernah terpikirkan oleh Maria. Dia benar-benar menjadi orang yang berbahagia. Perjumpaan Maria dengan malaikat Gabriel itu benar-benar merupakan perjumpaan pribadi yang membahagiakan.
Selain itu, tentunya Maria juga berbahagia karena diberi tanggung jawab untuk memberi nama pada bayi yang akan dilahirkannya (meskipun bukan anaknya langsung secara biologis). Biasanya yang berhak memberi nama pada bayi adalah ayahnya. Yesus yang adalah Anak Allah, semestinyalah jika BapaNya yang memberi nama, dan itu melalui Maria. Inipun sebuah karunia. Yesus dalam bahasa Yunani artinya sama dengan Yosua dalam bahasa Ibrani, yaitu Allah menyelamatkan/ Juru selamat. Allah menyelamatkan umatNya melalui kelahiran Sang Bayi yang akan dikandung dan dilahirkan oleh Maria. Allah memberikan karuniaNya yang besar kepada umat manusia “melalui” Maria yang rela hamil dan melahirkan bayi Yesus. Tidak ada seorangpun yang mengerti, mengapa Maria yang dipilih. Itulah karunia yang diterima oleh Maria. Dipakai Allah untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan umat manusia itu merupakan karunia, berkat, karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk itu.
- Maria menjadi orang yang disertai Allah
Semua orang tentunya berharap selalu disertai Tuhan. Dalam menjalani menerima karunia Allah itu ternyata Allah juga memberikan janji penyertaanNya. Menjadi orang yang disertai Allah, apa yang dikhawatirkan? Tentunya itu juga menjadi kekuatan bagi Maria ketika akhirnya dia mengatakan: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ayat 38). Meskipun akan mengalami berbagai hal yang mustahil, tidak masuk akal, tetapi jika ada dalam penyertaan Tuhan tentunya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Secara tidak langsung, malaikat Gabriel itu memberikan jaminan kepada Maria bahwa dalam menerima karunia itu, apapun yang terjadi, Maria akan tetap diserta oleh Allah. Maria tidak sendirian menjalani kehidupannya. Dan penyertaan Allah tentunya akan membawanya pada keselamatan dan sukacita.
Allah memang luar biasa. Apa yang dilakukanNya terhadap Maria telah membuktikan bahwa siapapun yang rela dan bersedia Dia pakai, ambil bagian dalam karya penyelamatanNya, ternyata tidak dibiarkannya sendiri. Penyertaan Allah itu menjadi modal dan jaminan bagi siapapun yang Dia pakai dalam karyaNya. Jadi, apa yang dikhawatirkan? toh Allah telah memberikan janji penyertaanNya. Dan melalui kisah raja Daud, meskipun janji Allah kepada Daud telah terjadi beratus-ratus tahun sebelumnya, ternyata Allah menepatinya juga, terbukti dengan apa yang diucapkan malaikat Gabriel kepada Maria.
Salam yang diucapkan oleh malaikat Gabriel itu tentunya benar-benar menenteramkan Maria. Oleh karena itu, sesudah mengucapkan salam, malaikat itu mengatakan: “jangan takut!” Ada banyak hal yang akan sulit dimengerti oleh Maria. Mulai dari hal akan menerima karunia Allah, akan hamil tanpa pernikahan, akan melahirkan Sang Juru Selamat, akan menamai anaknya nanti: Yesus, belum lagi berita tentang kehamilan Elisabet yang sudah tua itu. Salam yang menyejukkan hati, yang membahagiakan paling tidak akan memudahkan seseorang untuk mencerna perkataan dari tamunya, mengingat apa yang akan disampaikan itu merupakan berita penting dan sulit dipahami. Hal ini dikarenakan orang tersebut (Maria) telah bebas dari rasa takut.
Makna salam dari malaikat Gabriel itu tentunya juga menyadarkan Maria bahwa kehadiran Yesus Sang Juru Selamat ke dunia itu juga merupakan karunia Allah. Bukan karena manusia yang meminta ataupun berusaha. Pada akhirnya bukan hanya Maria secara pribadi yang menerima karunia Allah itu, tetapi juga semua orang di dunia yang menanti dan menerima kehadiran Juru Selamat, Mesias yang memang dinantikan oleh orang Yahudi. Kelahiran Sang Juru Selamat itu bahkan juga sudah dinubuatkan sejak jaman Perjanjian Lama. Melalui raja Daud, Allah telah berjanji akan mengokohkan kerajaan dan tahtanya di muka bumi. Ternyata juga termasuk kerajaan dan tahta Allah. Melalui keturunan raja Daudlah Allah akan mewujudkan karya keselamatan bagi manusia (lihat bacaan 1). Dan memang kenyataannya bahwa Maria dan Yusuf adalah keturunan raja Daud.
Jadi, karunia yang diterima oleh Maria pada saat itu sekaligus merupakan penggenapan atas karunia yang telah Allah janjikan kepada raja Daud untuk keturunan Daud.
Maria juga menempatkan dirinya sebagai hamba Tuhan. Artinya, tidak ada alasan baginya untuk menolak apa yang dikehendaki Tuannya untuk dilakukan. Adalah sebuah kehormatan bagi seorang hamba apabila dia dipercaya untuk mengemban tugas yang berat. Apalagi dalam melaksanakan tugas itu diberikan perlindungan dan janji penyertaan. Ini merupakan karunia yang luar biasa.
Penutup
Pada saat ini, tentunya bukan hanya Maria saja yang berkesempatan menerima karunia dan penyertaan Tuhan. Sebagaimana salam dari malaikat Gabriel kepada Maria, tentunya juga mendorong kita semua untuk memberi salam, mengucapkan setiap perkataan yang menyejukkan dan membahagiakan orang lain. Salam adalah sesuatu yang harus diucapkan dengan tulus dan sungguh-sungguh. Ada banyak wujud yang bisa kita lihat sebagai orang yang menerima karunia dan penyertaan Allah.
Sesederhana apapun pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan untuk ambil bagian dalam karya keselamatan Allah, maka kita telah menjadi orang yang dikaruniai Allah. Sebab tidak semua orang berkesempatan untuk ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Juga tidak semua orang bersedia dipakai oleh Allah untuk ambil bagian dalam karya keselamatanNya. Ambil bagian dalam karya keselamatan Allah berarti juga bekerja dan melayani Tuhan dan sesama dengan menebar kasih, suka cita, kebenaran, kejujuran, damai sejahtera, dan apapun yang Tuhan kehendaki untuk terwujud di muka bumi ini. Salam dari malaikat Gabriel telah membahagiakan Maria, bahkan menguatkannya untuk menerima rencana keselamatan Allah dengan melibatkannya. Karena itu, betapa damai dan bahagianya dunia ini jika antar manusia juga saling menebar salam yang membahagiakan dan membawa berita suka cita dan bukan berita kebencian. Amin. (YM)
Nyanyian : Kidung Jemaat 81: 1, 4, 5.
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
SALAM INGKANG MBINGAHAKEN
(Jejer: Lukas 1: 28b)
Pambuka
Adatipun, menawi wonten tiyang ingkang uluk salam dhateng tiyang sanes, lah ing ngriku wonten tujuan ingkang sae ing manahipun. Sinten kemawon tamtunipun ngajeng-ajeng salam ingkang ngremenaken, grapyak, paring raos tentrem lan mbingahaken. Menawi wonten tiyang ingkang memengsahan, adatipun ugi mboten purun uluk salam.
Salam ingkang kaucapaken dening malaekat Gabriel dhateng Maryam nalika paring pawartos bab badhe wiyosipun Gusti Yesus, nyatanipun pancen boten limrah. Maryam ugi boten mangertos tegesipun salam punika (ayat 29). Awit malaekat Gabriel nyebut Maryam minangka tiyang ingkang nampi sih-kanugrahan saking Gusti lan ugi dipun kanthi dening Gusti. Salam punika saestu ngedab-edabi. Kakanthi dening Gusti kemawon sampun mbingahaken sanget lan nampi berkah ageng, punapa malih kasebut bilih Maryam punika dados manungsa ingkang nampi sih-kanugrahanipun Gusti. Punapa wujuding panganthi tumrap Maryam punika? Prekawis punika tamtunipun dados pitakenan ugi tumrap Maryam.
Isi
Salam saling malaekat Gabriel punika ageng sanget pangertosanipun tumrap Maryam. Pancen salam ingkang kados mekaten punika boten limrah. Wonten 2 prekawis ingkang dados maknanipun salam punika, inggih punika Maryam dados tiyang ingkang nampi sih-kanugrahan saking Allah lan ugi dipun kanthi dening Gusti.
- Maryam dados tiyang ingkang nampi sih-kanugrahanipun Allah
Sih-kanugrahan punika peparingipun Gusti ingkang katampi dening manungsa kanthi lelahanan (gratis). Manungsa ingkang nampi sih-kanugrahan namung awit saking kasaenanipun Allah, sanes awit saking pambudi-dayanipun manungsa. Sih-kanugrahan punika kanthi bebas kaparingaken dening Allah dhateng sinten kemawon ingkang kakersakaken. Saged ugi kaparingaken dhateng manungsa ingkang miturut ukuran kamanungsan punika boten sembada nampi sih-kanugrahan punika. Contonipun Maryam. Tumrap manungsa ing jaman semanten, boten wonten prekawis ingkang mirunggan tumrap Maryam. Maryam punika wanita (adatipun kagolongaken warga kelas 2), taksih anem (dipun wastani dereng gadhah pengalaman) lan ugi sanes brayat sugih.
Pramila, dados prekawis ingkang ngedab-edabi dene Maryam mangertos bilih piyambakipun nampi sih-kanugrahanipun Allah. Tamtunipun Maryam ugi rumaos boten sembada nampi sih-kanugrahan punika. Wusananipun, Maryam saged mangertos ing bab sih-kanugrahan ingkang badhe katampi, inggih punika Maryam kapitados dening Allah dados sarana wiyosipun Sang Juru Wilujeng ingkang pancen sampun karantos dening tiyang kathah. Maryam sampun dipun pilih dening Allah supados mbobot lan mbabaraken bayi Yesus. Maryam tamtunipun boten mangertos kenging punapa piyambakipun ingkang kapilih dening Allah. Punapa kemawon ingkang dados jalaranipun, punika ingkang dipun wastani sih-kanugrahan, punika inggih berkahipun Gusti ingkang tanpa upami ingkang katampi dening Maryam.
Salajengipun, malaekat Gabriel punika ugi paring dhawuh bab maneka-warni sih-kanugrahan peparigipun Allah ingkang badhe katampi dening Maryam. Kathah prekawis ngedab-edabi ingkang badhe dipun alami dening Maryam. Upaminipun, Maryam badhe mbobot senadyan dereng sesemahan. Tegesipun, bayi ingkang wonten ing madharanipun Maryam punika boten saking sesambetanipun tiyang sesemahan, ananging awit saking pakaryanipun Sang Roh Suci ( ayat 35). Roh Suci punika boten namung badhe tumedhak dhateng Maryam kemawon, ananging ugi nganthi gesangipun Maryam. Sih-kanugrahan punika tamtunipun boten nate kanyana dening Maryam. Maryam dados tiyang ingkang saestu bingah. Pepanggihanipun Maryam kaliyan malaekat Gabriel punika dados pepanggihan secara pribadi ingkang mbingahaken.
Kejawi saking punika, tamtunipun Maryam ugi bingah awit kaparingan tanggel jawab kangge paring asma dhateng bayi ingkang badhe kalairaken (senadyan estunipun sanes putranipun secara biologis). Adatipun ingkang saged paring asma dhateng bayi inggih sang bapak. Yesus punika Putranipun Allah, kedahipun inggih Ramanipun ingkang paring asma, lan punika katindakaken lumantar Maryam. Punika ugi sih-kanugrahan. Yesus ing bahasa Yunani tegesipun sami kaliyan Yosua ing bahasa Ibrani, inggih punika Allah milujengaken/ Juru Wilujeng. Allah milujengaken umatipun lumantar wiyosipun Sang Bayi ingkang badhe dipun kandhut lan kalairaken dening Maryam. Allah paring sih-kanugrahanipun ingkang ageng tumrap manungsa “lumantar” Maryam ingkang sagah mbobot lan mbabaraken bayi Yesus. Boten wonten tiyang ingkang mangertos, kenging punapa Maryam ingkang dipun pilih dening Gusti. Punika sih-kanugrahan ingkang katampi dening Maryam. Dipun agem dening Allah ndherek andum damel wonten ing pakaryanipun Gusti milujengaken umat manungsa punika dados sih-kanugrahan, berkah, awit boten sedaya tiyang saged nampi wewengan punika.
- Maryam dados manungsa ingkang dipun kanthi dening Allah
Sedaya tiyang tamtunipun ngajeng-ajeng tansah dipun kanthi dening Gusti. Wonten anggenipun nglampahi nampi sih-kanugrahan saking Allah punika nyatanipun Allah ugi prajanji paring panganthi. Dados manungsa ingkang tansah dipun kanthi dening Allah, punapa ingkang ndadosaken was sumelang? Tamtunipun prekawis punika ugi dados kekiyatan tumrap Maryam nalika ngucap: “Sumangga, kawula punika abdinipun Pangeran, kadhatengana kados dene ingkang Paduka ngandikaken” (ayat 38). Senadyan badhe ngalami kawontenan ingkang mokal, boten masuk akal, ananging ing panganthinipun Gusti boten wonten prekawis ingkang nguwatosaken. Estunipun malaekat Gabriel punika inggih paring jaminan dhateng Maryam bilih anggenipun nampi sih-kanugrahan punika, punapa kemawon ingkang badhe kedadosan, Maryam badhe tansah dipun kanthi dening Allah. Maryam boten piyambakan anggenipun nglampahi gesang. Panganthinipun Allah tamtu badhe paring kawilujengan lan kabingahan.
Allah saestu ngedab-edabi. Punapa ingkang katindakaken tumrap Maryam sampun mbuktekaken bilih sinten kemawon ingkang kanthi tulus sumadya kaagem dening Gusti, ndherek andum damel ing pakaryanipun milujengaken jagad, nyatanipun boten lumampah piyambak. Panganthinipun Allah dados modal lan jaminan tumrap sinten kemawon ingkang kaagem dening Panjenenganipun. Punapa ingkang kakuwatiraken? Allah sampun paring prasetya bab panganthinipun. Lumantar cariyosipun sang prabu Dawud, senadyan prajanjinipun Allah dhateng Dawud sampun katindakaken pinten-pinten atus taun saderengipun, nyatanipun Allah inggih netepi prajanjinipun, kabukti ing pangucapipun malaekat Gabriel dhateng Maryam.
Salam ingkang kaucapaken dening malaekat Gabriel punika tamtunipun saestu paring katentreman tumrap Maryam. Pramila, sasampunipun uluk salam, malaekat punika ngandika: “Aja wedi!” Badhe wonten kathah prekawis ewet ingkang boten dipun mangertosi dening Maryam. Wiwit ing bab badhe nampi sih-kanugrahanipun Allah, badhe mbobot tanpa sesemahan, badhe mbabaraken Sang Juru Wilujeng, badhe paring asma Yesus dhateng “putranipun” mangke, punapa malih ing bab anggenipun Elisabet ugi mbobot senadyan sampun sepuh lan winastan gabuk. Salam ingkang nentremaken, ingkang paring kabingahan, punika saged ndadosaken tiyang sanes langkung gampil mangertos ing bab punapa ingkang kadhawuhaken dening tamunipun, awit punapa ingkang kadhawuhaken punika pancen wigati lan ewet dipun mangertosi. Sedaya punika awit saking tiyang kalawau (Maryam) sampun uwal saking raos ajrih.
Pangertosan bab salam saking malaekat Gabriel punika tamtunipun ugi paring kesadharan tumrap Maryam bilih rawuhipun Sang Juru Wilujeng ing ndonya punika ugi mujudaken sih-kanugrahanipun Allah, boten awit panyuwun utawi pambudidayanipun manungsa. Wusananipun boten namung Maryam secara pribadi ingkang nampeni sih-kanugrahanipun Allah punika, ananging ugi sedaya tiyang ingkang ngrantos lan nampeni rawuhipun Juru Wilujeng, Sang Mesih. Wiyosipun Sang Juru Wilujeng punika estunipun ugi sampun wonten pameca wiwit jaman Prajanjian Lami. Lumantar sang prabu Dawud, Allah sampun aprajanji badhe ngukuhaken kratonipun prabu Dawud ing lumahing bumi. Inggih lumantar turunipun sang prabu Dawud, Allah badhe mujudaken pakaryanipun milujengaken manungsa (waosan 1). Nyatanipun Maryam lan Yusuf punika inggih turunipun sang prabu Dawud. Wosipun, sih-kanugrahan ingkang katampi dening Maryam punika ugi njangkepi sih-kanugrahanipun Allah ingkang sampun kaprasetya tumrap sang prabu Dawud saturunipun.
Maryam ugi mapanaken pribadinipun selaku abdinipun Gusti. Tegesipun, boten wonten alesan tumrap Maryam kangge nampik kersanipun Sang Tuan/ Bendara supados katindakaken. Satunggaling kaurmatan tumrap sang abdi dene kapitados nindakaken jejibahan ingkang awrat. Punapa malih anggenipun nindakaken jejibahan punika kaparingan panganthi lan pangreksa. Punika saestu dados sih-kanugrahan ingkang tanpa upami.
Panutup
Ing jaman samangke, tamtunipun boten namung Maryam ingkang gadhah wekdal kangge nampeni sih-kanugrahan lan panganthinipun Gusti. Kados dene uluk salamipun malaekat Gabriel dhateng Maryam, tamtunipun ugi ngatag-atag kita sedaya supados uluk salam, ngucapaken prekawis ingkang nentremaken lan mbingahaken tiyang sanes. Salam punika kedah kaucapaken kathi temen lan tulusing manah. Kathah prekawis ingkang saged kita tindakaken minangka wujuding tiyang ingkang nampi sih-kanugrahan lan panganthinipun Allah.
Senadyan namung prasaja, ing pedamelan lan peladosan ingkang kita tindakaken, anggen kita andum damel ing pakaryanipun Allah, kita ugi sampun nampi sih-kanugrahanipun Gusti. Awit boten sedaya tiyang gadhah wekdal kangge ndherek andum damel ing pakaryanipun Allah kangge milujengaken manungsa. Ugi boten sedaya tiyang sumadya ndherek andum damel ing pakaryanipun Gusti kala wau. Ndherek andum damel wonten ing pakaryanipun Gusti kangge milujengaken manungsa, ugi ateges nyambut damel lan lelados dhumateng Gusti lan sesami kangge mujudaken kabingahan, kabecikan, kejujuran, tentrem rahayu, lan punapa kemawon ingkang kakersakaken dening Gusti supados kita wujudaken ing salumahing bumi. Salam ingkang saking malaekat Gabriel sampun mbingahaken Maryam, kepara ugi paring kekiyatan anggenipun nampi rancangan kawilujengan saking Allah, kanthi tumut andum damel ing pakaryanipun Gusti. Pramila, saiba tentrem lan bingahipun donya punika menawi ing antawisipun manungsa ugi tansah nyebar salam ingkang mbingahaken lan mbekta pawartos rahayu, lan boten mbekta pawartos sesengitan. Amin. (YM).
Nyanyian: KPK 211: 1, 2.