Minggu Adven 3
Stola Ungu
Bacaan 1 : Yesaya 35 : 1 – 10
Bacaan 2 : Yakobus 5 : 7 – 10
Bacaan 3 : Matius 11 : 2 – 11
Tema Liturgis : Bersiapsedia Menyambut Kedatangan Kristus Dengan Pengharapan
Tema Khotbah : Pengharapan di dalam Penantian
Keterangan Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 35 : 1 – 10
Perjalanan kehidupan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah tidak selalu dalam keadaan baik. Terkadang, mereka harus menghadapi berbagai situasi yang tidak mudah, bahkan mendapat ancaman dari bangsa-bangsa disekitarnya terutama Asyur yang pada saat itu juga mau memperluas daerah kekuasaannya. Situasi kelam yang dialami bangsa Israel, digambarkan seperti halnya padang gurun, padang kering, tangan yang lemah lesu, lutut yang goyah. Dan hal tersebut membuat umat menjadi tawar hati, putus asa. Namun, nabi Yesaya memberikan kabar sukacita tentang pengharapan akan datangnya penolong, yaitu, “… Allahmu akan datang dengan pembalasan… Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!” (Yesaya 35 : 4). Yesaya mengingatkan akan kasih Allah, yang mau mendengar keluh-kesah umat Israel. Bahwa oleh kasihNya, bangsa Israel akan dipelihara, diperbaharui, dan mengalami perubahan yang luar biasa yang mendatangkan sukacita serta keselamatan. Sukacita yang dialami umat, di antaranya mata orang-orang buta akan dicelikkan, telinga orang-orang tuli akan dibukakan, orang lumpuh akan melompat seperti rusa dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai, air akan memancar di padang gurun dan sungai di padang belantara, tanah gersang akan menjadi sumber air dan banyak sukacita yang dialami oleh umat. Dengan demikian, umat diharapkan dapat tetap setia dan mengasihi Allah, meskipun mereka harus hidup mengalami penderitaan.
Yakobus 5 : 7 – 10
Merupakan bagian dari surat yang ditulis oleh Yakobus kepada sekelompok orang percaya, kedua belas suku diperantauan yang menghadapi tekanan dan penganiayaan. Yakobus mengingatkan agar umat dapat bertahan dalam penderitaan, tetap berdiri teguh dan memiliki sikap hidup yang rela berkorban hingga Tuhan datang kembali untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Yakobus menulis, “Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (ay.8). Tetap setia dengan cara bersabar dalam penderitaan. Untuk menggambarkan hal ini, seperti petani menantikan hasil panenannya. Seorang petani bersabar menantikan hasil tanahnya yang berharga. Dalam masa penantian itu, petani bergantung pada hujan yang adalah anugerah Tuhan. Begitu jugalah seharusnya ketergantungan orang percaya pada pemeliharaan Allah. Maka dapat dikatakan bahwa kesabaran merupakan sikap hati yang berharap dan percaya total pada pemeliharaan dan perhatian Allah. Dengan nasihat ini, jemaat diajak untuk yakin akan anugerah penyertaan Tuhan dalam hidup mereka.
Matius 11 : 2 – 11
Ketika Yohanes Pembaptis berada di dalam penjara, didengarnya kabar kehadiran Yesus. Yohanes Pembaptis membutuhkan penegasan didalam penantiannya akan kedatangan Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (ayat 3) atau dengan kata lain, apakah benar Yesuslah yang selama ini dinanti-nantikan? Namun Yesus tidak memberikan penegasan melalui kata-kata saja. Yesus mengajak para murid Yohanes dan orang-orang disekitarnya yang juga turut mendengarkan untuk mengingat nubuat Nabi Yesaya mengenai kehadiran Tuhan, Sang Penyelamat. Segala perbuatan Yesus sudah menjadi bukti dari kehadiran Tuhan, Penyelamat umatNya. Yesus hadir di dunia sebagai bagian pemenuhan nubuat akan keselamatan yang dari Tuhan. Umat diajak untuk percaya akan hal itu, sebagai wujud kepercayaan kepada Tuhan yang tidak henti-hentinya memelihara umat-Nya.
Benang Merah Tiga Bacaan
Masa Adven merupakan masa dimana umat menghayati akan penantian kedatangan Yesus yang kedua kali. Tentu banyak hal yang dialami umatNya, bahkan penderitaan. Namun, ditengah kehidupan umat diajak untuk tetap bersabar dan memiliki pengharapan akan kedatangan Yesus yang mendatangkan sukacita. Sukacita karena umat tetap disertaiNya dan mengalami perubahan yang baik dalam hidupnya.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Semua hal yang baik, dapat dimulai dari kebiasaan yang baik pula, sekalipun itu nampak sederhana atau sepele. Misalnya saja dalam hal mengantri, yang perlu untuk terus diupayakan dan dilatih sejak dini. Karena pada kenyataannya, masih ada saja orang yang tidak sabaran dan dengan berbagai alasan membuatnya ingin untuk segera berada di barisan paling depan, tanpa memperdulikan orang lain yang lebih dulu sudah mengantri. Mengantri memang mengharuskan seseorang untuk menunggu meskipun ada kesibukan yang lain, atau sedang merasa lapar atau perut sedang sakit disaat itu, dll. Demikianlah gambaran dari suatu penantian, yang dapat diibaratkan seperti halnya mengantri. Pada awalnya, penantian memang terasa sangat panjang. Namun saat mendekati akhirnya, kebahagiaan dan kelegaan itu dirasakan. Saat ini, manusia pun tengah dalam masa penantian, bukan hanya menanti kedatangan Yesus yang lahir didunia ini, tetapi juga menanti kedatangan Yesus yang kedua kalinya.
Isi
Dalam masa penantian inilah, tentu kita dapat mengalami berbagai macam keadaan dalam kehidupan. Terkadang, keadaan tersebut membawa manusia tidak dapat melihat karya Allah dalam kehidupannya. Tidak terkecuali, bangsa Israel yang adalah umat pilihan Allah pun juga tidak terlepas dari keadaan yang berat untuk dijalani. Terlebih, di saat bangsa Israel harus menghadapi ancaman dari bangsa disekitarnya terutama Asyur yang pada saat itu mau memperluas daerah kekuasaannya. Keadaan bangsa Israel digambarkan seperti padang gurun, padang kering, tangan yang lemah lesu, lutut yang goyah. Bukan hanya bangsa Israel saja, begitupun dengan Yohanes Pembaptis, yang telah menyiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan Yesus, dengan lantang berseru-seru mengenai pertobatan. Namun, pada akhir dari karyanya, Yohanes Pembaptis harus berada di penjara.
Dalam kesesakan dan pergumulan yang dialami oleh umatNya, bisa jadi, ada orang yang merasakan tawar hati, mengalami kebimbangan, keraguan, merasa tidak lagi dikasihi oleh Allah, merasa diri tidak berharga, dan merasa tidak ada lagi harapan. Jika perasaan yang demikian terus-menerus ada dalam hidup seseorang, mereka hanya akan hidup dalam penyesalan, kekecewaan, bahkan kemarahan. Bahkan, hidup yang dijalaninya pun terasa hampa, merasa tak ada lagi masa depan bagi mereka. Namun, situasi yang kelam tidak selalu dialami oleh umatNya. Nabi Yesaya memberikan kabar sukacita tentang pengharapan akan datangnya penolong yaitu,“… Allahmu akan datang … Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!” (Yesaya 35 : 4 ). Yesus hadir untuk membawa pengharapan bagi manusia. Pengharapan itu menjadi kekuatan bagi manusia dalam menjalani kehidupan.
Di saat Yohanes Pembaptis berada di penjara, saat itulah didengarnya kabar tentang kehadiran Yesus. Yang bisa dilakukannya tentu menyuruh murid-muridnya datang kepada Yesus dan bertanya “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (ayat 3). Nampaknya Yohanes Pembaptis butuh penegasan dan Yesus merespon pertanyaan yang demikian, bukan hanya dengan jawaban “Iya”. Namun, Yesus memberi pernyataan yang justru jauh lebih jelas daripada sekedar menjawab “Iya”, suatu pernyataan yang memperlihatkan akan kuasa Allah yang bekerja dalam diriNya. Yesus mengatakan kepada para murid Yohanes Pembaptis, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (ayat 5). Disinilah Yesus mengajak untuk mencermati segala karya yang telah dilakukanNya dan memperhatikan kembali nubuatan Nabi Yesaya (bdk: Mat. 11:10; Yesaya 40:3) mengenai datangnya Juru selamat bagi umat Tuhan.
Ketika manusia menjalani kehidupannya tentu berjumpa dengan dinamika kehidupan, tak jarang manusia memiliki berbagai macam kesibukan, juga menghadapi godaan, tantangan, pergumulan. Dalam keadaan yang demikian, seringkali karya Tuhan dalam hidup manusia dirasakan tidak nampak. Jemaat yang menerima surat Yakobus juga tengah mengalami penderitaan, sangat mungkin, segala yang dialami dapat membuat orang percaya meragukan karya Tuhan. Yakobus mengingatkan kembali supaya iman mereka tidak menjadi goyah namun tetap memiliki pengharapan dan setia kepada Yesus di tengah penderitaan, pergumulan yang dihadapi. Jangan sampai penderitaan, pergumulan mengkaburkan karya Tuhan, sehingga manusia tidak dapat melihat dengan jelas kasih dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Sebab ditengah penderitaan yang dihadapi oleh manusia, bukan berarti Tuhan tidak berkarya. Manusia hanya perlu untuk menyadari dan meyakini bahwa Tuhan tetap berkarya dan menyertai langkah kehidupan umatNya tentu akan menguatkan kita.
Penutup
Masa Adven adalah masa penghayatan akan penantian datangnya Sang Mesias, datangnya Sang Juru Selamat untuk kedua kalinya. Penantian adalah hal yang tidak mudah, dan banyak hal yang dialami dan dirasakan. Seperti halnya, mengantri, semakin lama penantian itu berlangsung, berarti semakin dekat dengan kedatangan yang dinanti. Marilah, kita tetap berpengharapan dan dapat tetap setia dalam masa penantian ini. Karena Dia, Sang Juru Selamat juga setia memelihara kehidupan kita. Amin. (PMP)
Pujian : KJ. 84 : 1
RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi
Pambuka
Sedaya perkawis ingkang sae saged dipun wiwiti kanthi pakulinan ingkang sae ugi, sanajan to punika ketawis gampil utawi sepele. Umpamanipun bab ngantri, bab ngantri punika estunipun budaya ingkang kedah kita lampahi nalika kita taksih alit. Ananging kasunyatanipun, taksih wonten mawon tiyang ingkang nganggep sepele perkawis ngantri punika, piyambakipun dados tiyang ingkang mboten sabaran lan kanthi mareka warni alesan, piyambakipun kepingin wonten ing barisan ingkang ngajeng, mboten merdulikaken tiyang sanes, ingkang sampun ngantri sakderengipun. Ngantri sejatosipun nedahaken purun nengga sanajan to nalika niku sami wonten kegiatan sanesipun utawi saweg ngelih utawi madaran sakit. Mekaten gegambaran saking mangsa panganti-anti rawuhe Gusti, ingkang saged dipun umpamikaken tiyang ingkang saweg ngantri. Mula-mula, penganti-anti punika kraos dangu lan mbosenaken, nanging pungkasanipun, kabegjan lan kalegan punika saged dipun raosaken. Sapunika manungsa sami wonten ing mangsa panganti rawuhipun Gusti Yesus ingkang sampun miyos wonten ing alam ndonya punika, nanging ugi panganti rawuhipun Gusti ingkang kaping kalih.
Isi
Wonten salebeting mangsa panganti punika, tamtunipun kita saged ngalami mawarni kahanan salebeting gesang. Nanging kadang kahanan punika saged ambekta manungsa mboten saged ningali pakaryanipun Gusti Allah wonten gesangipun. Mboten benten kaliyan bangsa Israel kang minangka bangsa pilihanipun Allah ugi mboten saged uwal saking kahanan ingkang dipun lampahi langkung malih nalika bangsa Israel ngadepi bangsa sanes ingkang wonten sakupengipun, mliginipun bangsa Asyur ingkang nalika semanten badhe njembaraken panguasanipun. Kahanan bangsa Israel saged kagambaraken kados “ara-ara lan lemah mati, tangan sing lemes, dengkul sing theklok” (ayat 1-3), mboten namung bangsa Israel kemawon, mekaten ugi kaliyan Yokanan Pembaptis, kang saweg nyawisaken lampah kangge rawuhipun Gusti Yesus, kanthi mawartosaken pamratobat, nanging wonten ing pungkasanipun pakaryanipun Yokanan Pembaptis malah dipun kunjara.
Wonten salebeting gesang, pergumulan ingkang dipun alami kaliyan umatipun, saged ugi kathah tiyang ingkang semplah manah, bimbang, mangu-mangu, rumaos mboten dipun tresnani kaliyan Allah, ngrumaosi gesangipun mboten wonten ginanipun lan ngrumaosi gesangipun sampun mboten wonten pengajeng-ajeng. Menawi pangraos ingkang mekaten dipun lampahi mboten wonten kandheganipun ing gesangipun manungsa, piyambakipun badhe nggetuni gesangipun, kuciwa, panas ati, gesang ingkang dipun lampahi kraos kosong utawi muspra, mboten wonten malih pangajeng-ajeng kangge piyambakipun. Nanging kahanan ingkang kados mekaten asring dipun alami dening umatipun Gusti. Nabi Yesaya mawartosaken kabar kabingahan lan kabar kawilujengan kanthi rawuhipun sang Juru Wilujeng inggih punika, ” … Pangéran bakal rawuh mitulungi kowé … lan bakal nggebag para mungsuhmu.” (Yes. 35 : 4). Gusti Yesus rawuh mbetha pangajeng-ajeng kangge manungsa. Pangajeng-ajeng punika minangka kekiyatan kangge nglampahi pigesangan punika.
Salebeting Yokanan Pembaptis wonten pakunjaran, piyambakipun mireng kabar bab rawuhipun Gusti Yesus. Ingkang dipun lampahi inggih punika saweg sami ngutus para sakabatipun supados sami rawuh dhumateng Gusti Yesus lan sami munjuk pitakenan,”Menapa Panjenengan menika ingkang badhé rawuh, kados ingkang dipun ngandikakaken déning para nabi? Menapa kawula taksih kedah ngentosi tiyang sanèsipun?” (ayat 3). Kadosipun Yokanan Pembaptis mbetahaken pamanteb (paneges) dhumateng Gusti Yesus. Ananging pitakenanipun Yokanan Pembaptis mboten namung wangsulan “iya”, nanging Gusti Yesus ugi paring pamedhar ingkang luwih cetha lan gamblang tinimbang sami njawab “iya”, punika medharaken bilih panguawosipun Gusti Allah makarya wonten ing gesangipun. Gusti Yesus dhawuh dhumateng para sakabatipun Yokanan Pembaptis, “Wong wuta padha bisa ndeleng, wong lumpuh padha bisa mlaku, lan wong lara kusta padha kawarasaké; wong budheg bisa ngrungu, wong mati padha diuripaké, lan wong mlarat padha kawartanan Injil. ” (ayat 5). Ing mriki Gusti Yesus sami ngajak sedaya tiyang supados sami migatosaken sedaya pakarya ingkang sampun dipun tindhakaken lan wigatosaken malih dhawuhipun Gusti lumantar Nabi Yesaya (Maz. 11:10, Yes. 40:3). Ngingini rawuhipin Sang Juru Wilujeng kangge para umatipun.
Nalika manungsa nglampahi gesangipun sami nemahi mawarni kahanan ing gesangipun, manungsa ugi anggadhahi maneka warni kesibukan/kegiatan, ugi sami ngadepi maneka warni panggodha, tantangan, reribet ing gesang. Salebeting kahanan ingkang mekaten, asring pakaryaning Gusti ingkang langkung wonten ing gesangipun manungsa, dipun raosaken mboten ketawis. Pasamuwan ingkang sami nampeni seratipun Rasul Yakobus sami ngalami gesang dipun kuya-kuya. Saged ugi menapa kemawon ingkang dipun alami dening tiyang pracaya sami mboten pitados malih kaliyan pakaryanipun Gusti. Yakobus ngemutaken supados pracayanipun mboten semplah ananging tetep anggadhahi pangajen-ajeng lan tetep setya dhumateng Gusti Yesus. Ing satengahe pacoben sami ngaburaken pakaryanipun Gusti, saengga manungsa mboten saged malih ningali sih katresnanipun lan pitulunganipun Gusti wonten gesangipun. Awit ing satengahing pacoben ingkang dipun alami dening manungsa, mboten ateges Gusti mboten makarya. Manungsa kedah sadar lan yakin bilih Gusti tetep makarya lan nganthi lampah gesang umatipun lan tansah ngiyataken gesangipun.
Panutup
Salebeting mangsa Advent punika kita sedaya dipun ajak sami “menghayati” lan sami nganti-anti rawuhipun sang Mesiah, rawuhipun Sang Juru Wilujeng ingkang kaping kalih. Panganthi punika mboten gampil, lan kathah sanget ingkang dipun raosaken lan dipun alami. Kados dene antri, sansaya dangu anggenipun ngantri, lan lumampah, sangsaya celak kaliyan ingkang dipun antri. Sumangga kita sami tetep anggadhahi raos pangajeng-ajeng salebeting mapag rawuhipun Gusti ing mangsa Advent niki, karana Gusti Sang Juru Wilujeng tetep setya ngrimati gesang kita. Amin. (PMP)
Pamuji : KPJ. 222