Saksi Kristus yang Mengusahakan Kedamaian dan Keadilan Sosial di Tengah Dunia Khotbah Ibadah Kenaikan Yesus Kristus 9 Mei 2024

28 April 2024

Kenaikan Tuhan Yesus | Pembukaan Bulan Kespel
Stola  Putih

Bacaan 1: Kisah Para Rasul 1 : 1 – 11
Mazmur: Mazmur 47
Bacaan 2: Efesus 1 : 15 – 23
Bacaan 3: Lukas 24 : 44 – 53

Tema Liturgis: GKJW sebagai Saksi dan Pelayan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Saksi Kristus yang Mengusahakan Kedamaian dan Keadilan Sosial di Tengah Dunia

Penjelasan Teks  Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Kisah Para Rasul 1 : 1 – 11
Kisah Para Rasul adalah bagian kedua dari karya penulis Injil Lukas. Dalam Injil Lukas dituliskan segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus sampai pada hari Ia terangkat ke surga. Sedangkan Kisah Para Rasul dimulai dari saat Yesus terangkat ke surga serta menceritakan tentang penyebarluasan pekabaran Injil oleh para rasul. Yesus telah mempersiapkan para murid untuk tugas perutusan dengan mengajar mereka selama Ia hidup dan pada saat menampakkan diri sekitar 40 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia memberikan tugas kepada para murid agar menanti di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan memberi mereka kuasa menjadi saksi Kristus di Yerusalem (diceritakan dalam Kisah 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (diceritakan dalam Kisah 8-12) dan sampai ke ujung bumi (diceritakan dalam Kisah 13-26). Kuasa dari Roh Kudus itu memberikan kemampuan dan kekuatan dalam kehidupan para murid untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai saksi Kristus dengan penuh sukacita. Kuasa (Yunani: δυναμισ: dunamis) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif), termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para murid untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus. Para murid adalah saksi yang otentik, karena mereka melihat dan mendengarkan Yesus dalam karya pelayanan-Nya serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Para murid diberi kuasa, kekuatan, dan kemampuan menjadi saksi Kristus di Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Dengan kuasa Roh Kudus inilah, para murid melanjutkan tugas Yesus di dunia yang bukan perkara mudah. Dalam pelayanan-Nya, Yesus mengusahakan keadilan bagi orang-orang yang termarginalkan, sehingga banyak timbul pertentangan dan penolakan kepada Yesus. Oleh karena itu, para murid perlu diperlengkapi kuasa dari Roh Kudus, agar mereka tetap setia dan kuat melanjutkan karya Yesus di dunia, sebagai saksi Kristus yang otentik.

Efesus 1 : 15 – 23
Surat Efesus ditulis dengan tujuan memberi penekanan bahwa mereka adalah persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil keluar untuk bersaksi dan melayani. Pada saat itu, orang-orang di Efesus masih menyembah dewi Artemis (dewi kesuburan) dan menyembah kepada Kaisar. Akan tetapi, Paulus  mengingatkan orang-orang percaya di Efesus untuk senantiasa hidup di dalam Kristus, karena Dialah yang mempersatukan seluruh isi dunia dan sebagai penguasa bumi dan surga. Efesus 1:15-23 adalah bagian dari doa syukur dan permohonan Paulus untuk kehidupan iman orang-orang percaya di Efesus. Paulus bersyukur karena saat mengenal Yesus, orang percaya di Efesus mengalami perubahan dalam kehidupannya, mereka benar-benar hidup di dalam Sang Kristus. Mereka semakin kuat dalam iman secara pribadi sekaligus mereka memahami bahwa mereka dipilih dan dipanggil menjadi saksi Kristus, sehingga mereka memiliki kasih kepada sesama. Oleh karena apa yang telah mereka lakukan, maka Paulus menaikkan doa syukur atas keberadaan mereka yang telah menjadi saksi Kristus dan melayani dalam kasih bagi sesama. Sekaligus memohon supaya mereka senantiasa mendapatkan Roh Hikmat dan wahyu agar terus mengenal Kristus dengan benar. Hikmat yang mereka dapatkan akan memampukan mereka untuk memahami pengharapan dalam panggilan Kristus untuk mereka, kemuliaan yang diberikan untuk orang-orang kudus, serta kuasa bagi orang-orang percaya (Ay. 18-19). Dengan itu semua, mereka akan semakin berhikmat untuk terus bersaksi tentang Kristus dan melayani sesama dengan kasih Kristus.

Lukas 24 : 44 – 53
Yesus menampakkan diri kepada para murid dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Ay. 45). Saat pikiran mereka terbuka dan mengerti Kitab Suci, mereka dikuatkan dan dimampukan untuk menjadi saksi Kristus. Mereka pun mengerti tugasnya, bukan untuk kepentingan dan kepuasan diri mereka sendiri, tetapi untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem sampai ke segala bangsa. Akan tetapi sebelum mereka berangkat menjalankan tugasnya sebagai saksi Kristus, mereka terlebih dahulu harus tinggal di Yerusalem sampai diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Yunani : δυναμισ : dunamis). Kuasa yang diterima oleh para murid dalam ayat 49 sama dengan kuasa yang diterima para murid yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama). Para murid adalah orang Yahudi yang setia, sehingga perutusan mereka awal mulanya masih tetap di Yerusalem sampai mereka dibimbing oleh kuasa yang akan diberikan kepada mereka melalui Roh Kudus. Kuasa yang menjadikan mereka kuat dan setia untuk bersaksi akan Kristus dan melayani sesama seperti halnya Kristus. Mereka akan melakukan tugas pelayanan yang besar dan berat, karena ada perlawanan yang akan mereka hadapi dan mereka akan mengalami banyak penderitaan. Namun kuasa Roh Kudus akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa yang mereka terima bersifat aktif.

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Kali ini para murid tidak sedih atas kepergian Yesus, berbeda saat berhadapan dengan kematian Yesus, para murid merasa sangat ketakutan. Dengan berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka, para murid kembali ke Yerusalem dengan perasaan penuh sukacita dan kegembiraan. Mereka siap melanjutkan karya Yesus di dunia. Karya yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan bagi yang tersisih, termarginalkan dalam kehidupan masyarakat maupun keagamaan. Walaupun mereka menyadari konsekuensinya untuk memperjuangkan itu semua, akan ada penolakan dan tantangan yang harus dihadapi. Tetapi para murid tetap merasa bersukacita karena yakin bahwa kuasa Yesus akan melingkupi mereka. Kuasa (Yunani : δυναμισ : dunamis (Luk 24:49, Kisah 1:8)) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif), termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para murid untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus. Para murid adalah saksi yang otentik karena mereka melihat dan mendengarkan Yesus dalam karya pelayanan-Nya serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang kesiapan para murid Yesus dan orang percaya untuk melanjutkan karya Yesus setelah naik ke sorga. Para murid sudah memiliki modal, saat hidup bersama-sama dengan Yesus, mereka dapat melihat langsung sebagai saksi akan apa yang telah Yesus lakukan di dunia, karya yang membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang tersisih dan termarginalkan. Para murid juga mendengarkan langsung pengajaran-pengajaran Yesus yang melawan kesewenang-wenangan. Berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka akan memampukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus di dunia, walau akan ada pertentangan dan penolakan yang mereka alami. Demikian juga dengan orang-orang percaya di Efesus, Roh Hikmat yang mereka terima memampukan umat untuk hidup di dalam Kristus dan menjadi saksi Kristus, melayani sesama dengan penuh sukacita walaupun kepada sesama yang berbeda.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan kotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Dalam proses persidangan di pengadilan, selalu dihadirkan saksi. Baik itu saksi yang meringankan maupun saksi yang memberatkan bagi terdakwa. Dalam KBBI online, kata saksi berarti orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian) atau juga orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengarnya, dilihatnya, atau dialaminya sendiri. Saat hendak bersaksi, terlebih dahulu seorang saksi disumpah agar dapat memberikan keterangan yang sebenar-benarnya sesuai yang dia ketahui di dalam persidangan. Keterangan saksi ini dijadikan sebagai alat bukti dan jika berbohong dalam kesaksiannya, maka seorang saksi bisa dipidanakan. Dari sini kita tahu bahwa tugas dan tanggungjawab seorang saksi tidaklah mudah. Dia harus bersaksi sebenar-benarnya, sesuai akal budi dan hati nuraninya. Tak jarang dari kesaksian yang disampaikan bisa menimbulkan konflik atau bahkan penolakan baik dari penggugat ataupun terdakwa. Sehingga tidak banyak orang yang bersedia menjadi saksi, karena tanggungjawabnya berat. Tetapi seorang saksi tetap harus bersaksi dengan sebenar-benarnya, sesuai akal budi dan hati nuraninya, harapannya tentu agar sang hakim bisa mempertimbangkan keadilan dalam setiap putusannya.

Isi
Para murid yang telah dipanggil, dipilih, dan mengikut Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya dijadikan saksi oleh Tuhan Yesus. Tentu itu bukan suatu tanggungjawab yang mudah bagi mereka, walaupun selama 3 tahun mereka mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi serta mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat karya-Nya. Menjadi saksi dan melanjutkan pekerjaan Yesus bukanlah perkara yang mudah. Selama hidupnya banyak pertentangan dan penolakan yang diterima oleh Yesus. Mengapa? Karena di dalam setiap pengajaran dan karya-Nya, Yesus menentang kesewenang-wenangan, Yesus membela orang-orang yang tersisihkan, terpinggirkan, dan termarginalkan baik di dalam kehidupan sosial maupun keagamaan. Dalam karya-Nya, Yesus membawa kedamaian dan keadilan bagi orang-orang yang termarginalkan, tersisihkan, terpinggirkan, dan mengalami kesewenang-wenangan baik dari penguasa pemerintah maupun pemimpin agama. Tentu perubahan paradigma yang seperti itu tidak mudah dipahami, sehingga banyak orang yang menentang Yesus, karena terusik kenyamanan dan dogma mereka. Memang, biasanya manusia saat terusik kenyamanan hidupnya untuk masalah dogma dan kesejahteraan hidup, mereka akan mudah bereaksi.

Untuk hal itulah para murid diutus menjadi saksi Kristus di dunia. Melanjutkan karya Yesus di dunia, membawa kedamaian, dan mengusahakan keadilan bagi orang-orang yang termarginalkan, tersisihkan, terpinggirkan dan mengalami kesewenang-wenangan, baik dari penguasa pemerintah maupun pemimpin agama. Tentu bukanlah hal yang mudah dilakukan bagi para murid. Jangankan memikirkan orang lain, selama tiga tahun mengikuti Yesus saja mereka lebih banyak memikirkan kepentingan dan kebutuhan diri sendiri. Sehingga sebelum memberikan perutusan untuk menjadi saksi-Nya, terlebih dahulu Yesus membuka pikiran para murid (Ay. 45), agar mereka mengerti akan Kitab Suci, mengerti pengajaran Yesus dan karya Yesus di dunia. Mereka pun mengerti tugasnya, bukan untuk kepentingan dan kepuasan diri mereka sendiri, tetapi untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Ada perubahan paradigma dalam diri para murid, dari yang sebelumnya berfokus kepada diri sendiri, sekarang berfokus kepada orang lain. Tugas dan tanggung jawab yang akan dilakukan oleh para murid tidak  mudah, oleh karena itu sebelum naik ke sorga, Yesus memberikan pesan bahwa mereka harus menanti di Yerusalem untuk menerima kuasa dari Roh Kudus.

Lalu mengapa mereka harus menunggu dulu di Yerusalem? Mengapa kuasa itu tidak langsung diberikan oleh Yesus saat Dia terangkat ke surga, seperti halnya Elia yang memberikan rohnya kepada Elisa? Para murid diutus menunggu ke Yerusalem, agar mereka dapat benar-benar mempersiapkan diri menjadi saksi Kristus. Bahwa perubahan paradigma dari diri para murid perlu proses, bukan sekedar perubahan instan sebelum Yesus naik ke surga. Oleh karena itu, Kisah Para Rasul menuliskan kuasa yang diberikan oleh Roh Kudus yang akan memampukan mereka menjadi saksi Kristus di Yerusalem (diceritakan dalam Kisah 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (diceritakan dalam Kisah 8-12) dan sampai ke ujung bumi (diceritakan dalam Kisah 13-26). Hal ini bermakna bahwa para murid akan menjadi saksi Kristus, tetapi ada proses yang harus dilalui. Di mulai dari Yerusalem, yaitu orang-orang yang terdekat dengan dirinya, baik itu dirinya sendiri maupun keluarganya. Dilanjutkan menjadi saksi bagi Yudea, yaitu sesama orang-orang Yahudi yang seagama dengan mereka. Saksi bagi Samaria, yaitu orang-orang yang berbeda bangsa dan berbeda dogma ajaran agama dengan mereka. Saksi bagi seluruh bumi, yaitu semua orang yang ada, baik itu Yahudi maupun non-Yahudi. Sehingga sebelum para murid menjadi saksi Kristus yang melanjutkan karya Yesus membawa kedamaian dan keadilan bagi banyak orang, mereka harus benar-benar sudah selesai dengan kepentingan diri mereka sendiri. Sehingga benar-benar perubahan paradigma itu tidak hanya instan saat Yesus akan terangkat ke surga tetapi juga sampai paripurna tugas mereka. Itulah mengapa para murid harus menunggu di Yerusalem terlebih dahulu untuk diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus. Perubahan paradigma kehidupan inilah juga yang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus. Mereka yang dipanggil menjadi milik Kristus telah diperlengkapi roh hikmat yang merubah paradigma kehidupan mereka untuk dapat menjadi saksi Kristus dan berkat bagi sesamanya.

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Kali ini para murid tidak sedih atas kepergian Yesus, berbeda saat berhadapan dengan kematian Yesus, para murid merasa sangat ketakutan. Dengan berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka, para murid kembali ke Yerusalem dengan perasaan penuh sukacita dan kegembiraan. Mereka siap melanjutkan karya Yesus di dunia. Karya yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan bagi yang terpinggirkan, tersisih, termarginalkan, mengalami kesewenang-wenangan dalam kehidupan masyarakat maupun keagamaan. Walaupun mereka menyadari konsekuensinya untuk memperjuangkan itu semua, akan ada penolakan dan tantangan yang harus mereka hadapi. Tetapi para murid tetap bersukacita karena yakin kuasa Yesus akan melingkupi mereka. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus sampai paripurna tugas dan tanggungjawab mereka. Para murid adalah saksi yang otentik karena mereka melihat dan mendengarkan Yesus dalam karya pelayanan-Nya serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati.

Penutup
Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang kesiapan para murid Yesus dan para orang percaya untuk melanjutkan karya Yesus setelah kenaikan-Nya ke surga. Para murid sudah memiliki modal, saat hidup bersama-sama dengan Yesus. Mereka dapat melihat langsung sebagai saksi akan apa yang telah Yesus lakukan di dunia, karya yang membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, tersisih, termarginalkan dan mengalami kesewenang-wenangan dari penguasa pemerintah maupun pemimpin agama. Para murid juga mendengarkan langsung pengajaran-pengajaran Yesus yang melawan kesewenang-wenangan. Berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka akan memampukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus di dunia, mulai dari Yerusalem (diri mereka dan keluarga mereka), Yudea (orang-orang yang seiman), Samaria (orang-orang yang tidak seiman), sampai ke ujung dunia (semua orang yang ditemui para murid). Walau akan ada konsekuensi berupa pertentangan dan penolakan yang mereka alami. Demikian juga dengan orang-orang percaya di Efesus, roh hikmat yang mereka terima memampukan mereka untuk hidup di dalam Kristus dan menjadi saksi Kristus, melayani sesama dengan penuh sukacita walaupun kepada sesama yang berbeda. Kuasa Roh Kudus akan senantiasa memampukan mereka setia menjadi saksi Kristus yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan sampai paripurna kehidupan mereka.

Demikian juga kita sebagai orang percaya dipanggil menjadi seperti para murid. Menjadi saksi Kristus di dunia, menjadi saksi Kristus dimanapun kita berada, baik di lingkungan keluarga kita, gereja, masyarakat, dan pekerjaan. Bagaimana kita senantiasa menjadi pembawa damai dan mengusahakan keadilan di semua tempat. Tidak mudah, karena kita akan berhadapan dan berjumpa dengan kenyamanan dogma dan kesejahteraan hidup yang tidak mudah digoyahkan. Kemiskinan, ketidakadilan kehidupan, dan peradilan, sumber daya alam yang melimpah tetapi rakyat kesusahan mendapatkan hasil sumber daya alam tersebut, prasangka kepada orang-orang yang berbeda dengan kita atau yang beragama lain ataupun agamanya sama tetapi dogmanya berbeda, dan masih banyak lagi ketidakadilan yang akan kita temui. Semuanya itu ada di tengah kehidupan kita, semuanya nyata di depan mata kita. Lalu bagaimana kita sebagai orang percaya? Apakah kita benar-benar mau menjadi saksi Kristus di dunia untuk mengusahakan kedamaian dan keadilan bagi semua orang, walaupun resiko besar menanti kita, ataukah kita mengambil sikap nyaman dan berdiam diri untuk diri kita sendiri? Para murid telah dibuka hatinya sehingga ada perubahan paradigma dan mereka diberikan kuasa untuk berkarya. Maka kuasa yang sama itu juga akan diberikan kepada kita. Kita menjadi saksi Kristus di dunia yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan. Jangan hanya berdiam diri, jangan takut dan berkecil hati karena kuasa dari Roh Kudus memperlengkapi dan memampukan kita menjadi saksi-Nya. Amin. [cha].

 

Pujian:

  1. KJ. 426     Kita Harus Membawa Berita
  2. PKJ. 267  Damai di Dunia

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Wonten ing proses pengadilan, wonten saksi ingkang dipun dugikaken. Nggih punika saksi ingkang ngenthengaken utawi ngrawataken kangge terdakwa. Wonten KBBI online, saksi punika nggadahi teges tiyang ingkang mirsani utawi mangertos piyambak satunggaling prekawis utawi tiyang ingkang saged maringi katrangan kangge kepentinganipun penyidikan, penuntutan wonten ing pengadilan bab prekawis pidana ingkang dipun pirengaken, dipun pirsani utawi dipun lampahi piyambak. Saderengipun piyambakipun paring kesaksian, piyambakipun dipun sumpah rumiyin supados saged maringi katrangan ingkang saestu wonten ing pengadilan. Katranganipun saksi punika saged dipun dadosaken alat bukti lan menawi saksi punika ngapusi ing kesaksianipun, piyambakipun saged dipun pidana. Saking prekawis punika, kita sumerap bilih tugas lan tanggeljawabipun saksi punika mboten gampil. Piyambakipun kedah paring kesaksian ingkang saestu leres, miturut pangerten lan manahipun. Asring ugi kesaksian ingkang dipun aturaken malah dadosaken konflik utawi ugi dipun tolak kaliyan penggugat utawi terdakwa. Matemah mboten kathah tiyang ingkang purun dados saksi, karana tanggeljawabipun awrat sanget. Kedah paring kesaksian ingkang saestu leres, miturut pangerten lan manahipun supados saged dados pertimbanganipun hakim nalika mutus prekawis sacara adil.

Isi
Para sakabat ingkang dipun timbali, dipun piji, lan setya ndherek Gusti Yesus wonten ing peladosanipun, samangke dipun dadosaken saksinipun Gusti Yesus. Tamtu punika sanes tanggeljawab ingkang gampil, sanadyan sampun wetawis tigang taun para sakabat punika nderek Gusti Yesus, mirengaken piwulangipun lan mirsani pakaryanipun. Ananging dipun utus dados saksi lan nglajengaken peladosanipun Gusti Yesus punika sanes prekawis ingkang gampil. Wonten ing gesanipun, kathah tiyang ingkang nentang lan nolak Gusti Yesus. Kenging punapa? Karana ing piwucal lan pakaryanipun, Gusti Yesus mboten sarujuk kaliyan kesewenang-wenangan, Yesus paring pambela kanggenipun tiyang ingkang dipun sisihaken, dipun pinggiraken, dipun marginalaken wonten ing gesang sosial lan keagamaan. Ing pakaryanipun Gusti Yesus memucal bab katentreman lan kaadilan kangge tiyang-tiyang ingkang dipun marginalaken, dipun sisihaken, dipun pinggiraken lan ngalami kesewenang-wenangan saking panguasa negari lan pemimpin agama. Ewah-ewahan paradigma punika mboten gampil dipun mangertos, matemah kathah tiyang ingkang nentang Gusti Yesus karana kausik kanyamanan lan dogmanipun. Padatanipun manungsa wonten ing alam donya punika nalika kausik kanyamanan gesang mliginipun bab dogma lan kasejahteraanipun gesang, gampil sanget nanggepi mboten sekeca.

Kangge prekawis punika, para sakabat dipun utus dados saksinipun Gusti Yesus wonten ing alam donya. Nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus wonten ing alam donya, dados margining katentreman lan ngusahakaken kaadilan kangge tiyang ingkang dipun marginalaken, dipun sisihaken, dipun pinggiraken lan ngalami kesewenang-wenangan saking panguasa negari lan  pemimpin agama. Tamtu punika sanes prekawis ingkang gampil. Kok nggih mikiraken tiyang sanes, sadangunipun tigang taun ndherek Gusti Yesus, para sakabat langkung kathah mikiraken kepentingan lan kabetahanipun piyambak. Matemah saderengipun dipun utus dados saksinipun, manah lan nalaripun para sakabat dipun bikak dening Gusti Yesus (Ay. 45). Manah lan nalaripun para sakabat dipun bikak supados mangertos Kitab Suci, matemah saged mangertos kanthi saestu piwucal lan pakaryanipun Gusti Yesus wonten ing alam donya. Para sakabat lajeng mangertos, bilih tugas ingkang badhe dipun lampahi mboten namung kangge kepentingan lan kabetahanipun piyambak ananging kangge mbabaraken kabar bab pamratobat lan pangapuntening dosa. Wonten ewah-ewahan paradigma wonten ing gesangipun para sakabat, saderengipun namung fokus dhateng dhirinipun piyambak, samangke fokusipun dhateng tiyang sanes. Tugas lan tanggeljawab ingkang dipun lampahi para sakabat mboten gampil. Matemah saderengipun mekrad dhateng swarga, Gusti Yesus paring dhawuh bilih para sakabat kedah ngrantos wonten ing Yerusalem kangge nampeni kuwaos saking Roh Suci.

Kenging punapa kedah ngrantos wonten ing Yerusalem? Kenging punapa kuwaos punika mboten langsung dipun paringaken nalika Gusti Yesus mekrad dhateng swarga, kados Elia ingkang maringi rohipun dhateng Elisa. Para sakabat dipun utus ngrantos wonten ing Yerusalem, supados saestu saged nyawisaken dhiripun dados saksinipun Sang Kristus. Ewah-ewahanipun paradigma saking gesangipun para sakabat punika mbetahaken proses, mboten namung instan nalika Gusti Yesus mekrad dhateng swarga. Matemah wonten ing Lelakone Para Rasul dipun serat bilih kuwaos ingkang dipun paringaken dening Roh Kudus punika ingkang nyagedaken para sakabat dados saksi wonten ing Yerusalem (diserat wonten ing Lelakone Para Rasul 2-7), satlatah Yudea lan Samaria (diserat wonten ing Lelakone Para Rasul 8-12) lan ngantos pungkasaning bumi (diserat wonten ing Lelakone Para Rasul 13-26). Punika nedahaken bilih para sakabat saestu badhe dados saksinipun Sang Kristus ananging wonten proses ingkang kedah dipun lampahi. Wiwit saking Yerusalem nggih punika tiyang ingkang celak kaliyan piyambakipun, nggih punika dhirinipun piyambak lan brayatipun. Lajeng dados saksi satlatah Yudea nggih punika kangge tiyang Yahudi ingkang sami agamanipun. Saksi kangge tiyang Samaria nggih punika tiyang ingkang bangsa lan agama sarta dogma agamanipun benten kaliyan para sakabat. Saksi ngantos pungkasaning bumi nggih punika kangge sedaya tiyang Yahudi lan non-Yahudi. Saderengipun para sakabat dados saksinipun Gusti Yesus ingkang nglajengaken dados pawartos katentreman lan ngastha kaadilan kangge tiyang kathah, para sakabat saestu kedah sampun rampung rumiyin kaliyan kepentinganipun piyambak. Matemah saestu wonten ewah-ewahan paradigma ingkang mboten instan wonten ing gesangipun para sakabat, mboten namung nalika Gusti Yesus mekrad ananging setya tuhu ngantos salaminipun gesang. Matemah para sakabat kedah ngrantos wonten ing Yerusalem supados dipun paringi kuwaos saking Roh Suci. Ewah-ewahanipun paradigma gesang punika ugi dipun dhawuhaken dening Paulus kangge pasamuwan Efesus. Tiyang pitados ing kutha Efesus sampun dipun timbali dados pandherekipun Sang Kristus lan sampun dipun paringi roh kawicaksanan ingkang saged dados ewah-ewahanipun paradigma supados dados saksinipun Sang Kristus lan dados sarananing berkah kangge sedherek sanesipun.

Sasampunipun maringi printah punika, Gusti Yesus nuli ngangkat astanipun lan paring berkah tumraping para sakabat. Berkah ingkang dipun paringaken nedahaken bilih Gusti Yesus sampun maringaken pangutusan dhateng para sakabat lan paring prajanji badhe tansah nganthi para sakabat nglampahi tanggeljawabipun dados saksinipun Kristus. Para sakabat sujud manembah urmat dhumateng Gusti Yesus lan sagah nampi tugas dados saksinipun. Samangke para sakabat mboten ngraosaken sisah karana dipun tilar dening Gusti Yesus, benten nalika mirsani kasangsaran lan pejah-Ipun, para sakabat ngraosaken ajrih sanget. Kanthi berkah lan kuasa ingkang dipun tampi, para sakabat wangsul dhateng Yerusalem kanthi manah ingkang sukabungah. Para sakabat sagah nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus wonten ing alam donya. Pakaryan ingkang mbabaraken katentreman lan nuwuhaken kaadilan kangge tiyang-tiyang ingkang dipun marginalaken, dipun sisihaken, dipun pinggiraken lan ngalami kesewenang-wenangan saking panguasa negari lan ugi pemimpin agama. Sanadyan para sakabat saestu pirsa konsekuensi ingkang badhe dipun adepi, wonten tiyang ingkang nolak lan tiyang ingkang nentang piyambakipun. Ananging para sakabat tansah ngraosaken kabingahan karana pitados bilih kuwaosipun Gusti Yesus saestu wonten ing gesangipun. Kuwaos saking Roh Suci punika ingkang maringi daya kakiyatan lan kasagedan supados para sakabat setya tuhu dados saksinipun Gusti lan setya tuhu dhateng prentah lan piwucalipun Gusti Yesus ngantos paripurnaning gesang, tugas, lan tanggeljawabipun. Para sakabat punika saestu dados saksi ingkang otentik karana mirsani piyambak lan mirengaken piyambak Gusti Yesus wonten ing pakaryan lan wungunipun saking antawisipun tiyang pejah.

Panutup
Saking tigang waosan punika kita saged nyumerepi bilih para sakabat lan sedaya tiyang pitados kedah sagah nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus sasampunipun Panjenenganipun mekrad dhateng swarga. Para sakabat sampun nggadhahi modal, nalika gesang sareng kaliyan Gusti Yesus saged mirsani sacara langsung dados saksinipun Gusti, saksi punapa kemawon ingkang dipun lampahi dening Gusti Yesus wonten ing alam donya punika. Pakaryan ingkang mbabaraken katentreman lan nuwuhaken kaadilan tumrap tiyang-tiyang ingkang dipun marginalaken, dipun sisihaken, dipun pinggiraken lan ngalami kesewenang-wenangan saking panguasa negari lan pemimpin agama.  Para sakabat ugi mirengaken piyambak punapa ingkang dados Dhawuh Pangandikanipun Gusti Yesus kangge nglawan kesewenang-wenangan. Berkah lan kuwaos ingkang dipun paringaken dhateng para sakabat ndadosaken kakiyatan kangge nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus wonten ing alam donya punika. Wiwit saking Yerusalem (kangge dhirinipun piyambak lan brayatipun), Yudea (kangge tiyang ingkang seiman), Samaria (tiyang ingkang mboten seiman), ngantos pungkasanipun bumi (sedaya tiyang ingkang dipun panggihi dening para murid, tiyang Yahudi lan non-Yahudi). Sanadyan wonten konsekuensi ingkang kedah dipun tampi nggih punika tiyang ingkang nentang lan nolak, ananging para sakabat tansah dipun kiyataken nglampahi sedaya punika. Mekaten ugi tiyang pitados wonten ing pasamuwan kutha Efesus, roh kawicaksanan ingkang dipun tampi nyagedaken gesang wonten ing Sang Kristus lan dados saksinipun leladi kangge sesami kanthi sukarena sanadyan kedah manggihi tiyang sanes ingkang benten kaliyan piyambakipun. Kuwaosnipun Roh Suci punika nyagedaken para sakabat lan sedaya tiyang pitados tansah setya tuhu dados saksinipun Sang Kristus ingkang mbabaraken katentreman lan nuwuhaken kaadilan ngantos paripurnaning gesang.

Mekaten ugi kita sedaya tiyang pitados ingkang dipun timbali dados sakabatipun Gusti Yesus. Kita ugi dipun paringi tugas dados saksinipun Sang Kristus wonten ing alam donya, dados saksi wonten papan lan panggenan nggih punika wonten ing brayat, greja, masyarakat, lan pendamelan. Kados pundi kita saged dados tiyang ingkang mbabaraken katentreman lan nuwuhaken kaadilan wonten ing sedaya panggenan. Tamtunipun mboten gampil, karana kita  badhe pepanggihan kaliyan dogma lan kesejahteraanipun gesang ingkang mboten gampil dipun goyahaken. Ananging tiyang-tiyang mlarat, prekawis mboten adil wonten ing gesang, mboten adil wonten ing putusan peradilan, sumber daya alam ingkang katah ananging sisah dipun raosaken dening sedaya masyarakat, prasangka tumraping tiyang ingkang benten agamanipun lan benten dogmanipun lan taksih kathah malih tumindak boten adil ingkang kita panggihi. Sedaya punika wonten ing gesang kita, sedaya punika wonten ing ngajeng kita. Lajeng kados pundi tugas kita tiyang pitados? Punapa kita saestu sedya dados saksinipun Gusti Yesus wonten ing alam donya mbabaraken katentreman lan nuwuhaken kaadilan kangge sedaya tiyang, sanadyan resikonipun ageng sanget. Utawi kita milih mendel kemawon supados kenyamanan kita mboten kausik lan kaganggu. Para sakabat sampun tinarbuka manah lan nalaripun supados wonten ewah-ewahan paradigma wonten ing gesangipun, mboten namung mikir dhirinipun piyambak ananging mikir kabetahanipun tiyang sanes lan sampun dipun paringi kuwaos kangge makarya. Kuwaos saking Roh Suci ingkang sami kaliyan ingkang dipun paringaken dhateng para sakabat, kuwaos punika ugi ingkang dipun paringaken dhateng kita supados kita saged dados saksinipun Sang Kristus wonten ing alam donya, mbabaraken katentreman lan nuwuhaken kaadilan. Sampun ngantos kita mendel kemawon, sampun ngantos kita ajrih lan kuatos karana kuwaosipun Sang Roh Suci sampun njangkepi lan nyagedaken kita dados saksinipun Gusti ingkang setya ngantos paripurnanipun gesang. Amin. [cha].

 

Pamuji: KPJ. 452 : 1  Tekading Manah Kawula

Renungan Harian

Renungan Harian Anak