Transfigurasi Kristus (Kristus Dimuliakan di Atas Bukit) Khotbah Minggu 11 Februari 2018

29 January 2018

Transfigurasi
Stola Putih

Bacaan 1         : 2 Raja-raja 2: 1-12
Bacaan 2         : 2 Korintus  4: 3-6
Bacaan 3         : Markus  9: 2-9

Tema Liturgis  : Injil Adalah Kuasa dan Terang Kemuliaan Tuhan
Tema Khotbah: Transfigurasi Kristus (Kristus dimuliakan di atas bukit)

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

2 Raja-raja 2: 1-12

Dalam I Raja-raja 19:15-16, sebelum meninggalkan dunia Nabi Elia mendapat 3 tugas yang harus dilaksanakan, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram, Yehu menjadi raja atas Israel Utara dan Elisa bin Safat untuk menjadi nabi menggantikannya.  Semua sudah terlaksana.  Panggilan Tuhan untuk kembali kepadaNya itu sudah diketahui oleh Elisa, bahkan juga 50 an nabi-nabi yang berkumpul di tempat pendidikan nabi.  Justru karena itu Elisa tidak mau ditinggalkan Nabi Elia gurunya.  Mulai dari Gilgal, sampai Yerikho, hingga di Yordan, Elisa mengikuti terus gurunya.  Sesampai di pinggir sungai Yordan, Elia memukulkan jubahnya untuk menyibak air lalu menyeberang.  Elisa masih mengikutinya  terus.  Elia pun berkata kepada Elisa: “Mintalah apa yang harus kulakukan kepadamu sebelum aku terangkat daripadamu!”  Jawab Elisa, “biarlah aku mendapatkan 2 bagian dari rohmu”.  Yang kau minta itu sukar, tetapi jikalau engkau dapat melihat aku terangkat daripadamu, akan terjadilah!” jawab Elia.  Tiba-tiba saja datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan mereka dan mengangkat Elia.  Bapaku, bapaku!, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkan menjadi dua serta dipungutnya jubah Elia yang terjatuh.  Dengan jubah itu ia pukulkan ke air sungai Yordan, airpun tersibak, dan menyeberanglah Elisa.  Roh Elia telah hinggap pada Elisa” kata sekumpulan nabi-nabi yang melihatnya dari jauh itu.  Elisa harus meneruskan mengemban tugas nabi Elia.

2 Korintus 4: 3-6

Injil Yesus Kristus adalah seperti harta rohani yang tersimpan dalam bejana.  Oleh kemurahan Allah Paulus menerima tugas pelayanan Injil itu.  Jika Injil yang diberitakan itu masih tertutup juga, maka ia akan tertutup bagi mereka yang akan binasa, yang tidak percaya, yang pikirannya dibutakan oleh ilah zaman.  Sehingga mereka tidak melihat Injil dan kemuliaan Kristus sebagai gambaran Allah.  Allah juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

Markus 9: 2-9

Enam hari setelah pengakuan Petrus dan pengajaran-Nya tentang salib, kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah bukit.  Di atas bukit itu tiba-tiba ketiga murid itu menyaksikan Yesus berubah rupa.  Wajah-Nya bercahaya, pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat dan Nampak Elia dan Musa, dua tokoh besar dari Perjanjian Lama berbincang-bincang dengan Yesus.  Elia adalah tokoh yang gagah berani dalam melawan baalisme di Israel, sedangkan Musa adalah tokoh pembebasan Israel dari Tanah Mesir.  Respon Petrus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.  Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, Satu untuk Musa dan satu untuk Elia”.  Murid-murid itu ingin terus menikmati kebahagiaan itu.  Belum waktunya, mereka harus turun gunung dan di sana tugas besar menanti.  Bahkan tugas yang tak terpikirkan oleh para murid, yaitu pengorbanan Yesus di kayu salib.  Kemudian Datanglah awan menaungi mereka dan terdengar suara: “Inilah AnakKu yang kukasihi, dengarkanlah Dia”

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Estapet penugasan harus terjadi.  Elisa harus meneruskan tugas Elia yang terangkat ke surga, demikian juga kita Gereja Kristus harus melanjutkan misi Kristus.  Pengalaman para murid yang menyaksikan Kristus dimuliakan untuk menjadikan mereka makin berani dan teguh dalam membagi damai sejahteraNya di dunia.

 

RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan… bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Sering suatu penglihatan, pendengaran atau pengalaman yang begitu dahsyat dan menyentuh begitu membekas dalam hati dan berpengaruh dalam perilaku.  Misalnya orang-orang yang menonton film cowboy, keluar dari gedung bioskop jalannya menjadi seperti cowboy, film India gayanya menjadi geleng-geleng seperti tokoh-tokoh India, demikian juga yang menonton film silat, keluar gedung gayanya seperti pendekar-pendekar.

Bacaan kita kali ini juga menyatakan orang-orang yang melihat, mendengar dan mengalami peristiwa yang sangat dahsyat dan menakjubkan.  Pertama, Elisa yang menyaksikan peristiwa naiknya Nabi Elia ke surga dan kedua,  Petrus, Yakobus dan Yohanes yang menyaksikan Yesus Sang Guru mereka dimuliakan di atas bukit.

Elisa Meneruskan tugas Nabi Elia

Sebelum wafatnya, tugas Nabi Elia mengurapi Elisa untuk menggantikannya telah dilaksanakan.  Hubungan antara Elia dan Elisa demikian dekatnya.  Elisa selalu terikat dengan pelayanan Elia, ia sangat mengasihi Elia dan begitu setia kepadanya.  Elisa tampaknya tahu bahwa kepergian gurunya itu sudah dekat.  Karena itu ia terus mengikuti gurunya kemanapun ia pergi.  Dari Gilgal, ke Yerikho, hingga ke seberang sungai Yordan.  Ia  bertekad ingin melihat saat-saat akhir gurunya.  Ketika sampai di tepi Sungai Yordan Nabi Elia memukul air dengan jubahnya, dan airpun tersibak sehingga mereka dapat melewatinya.

Sesampai di seberang sungai Nabi Elia berkata kepada Elisa: “Mintalah apa yang harus kulakukan kepadamu sebelum aku terangkat daripadamu!”  Jawab Elisa, “biarlah aku mendapatkan dua bagian dari rohmu”.  Yang kau minta itu sukar, tetapi jikalau engkau dapat melihat aku terangkat daripadamu, akan terjadilah!” jawab Elia.  Dua bagian dari roh Elia itu adalah roh kesetiaan kepada tugas dan iman yang melawan dosa, roh keberanian menghadapi tantangan, bahaya dan kasih, kelembutan. Tiba-tiba saja datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan mereka dan mengangkat Elia.  Bapaku, bapaku!, seru Elisa dengan sedih sekali, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkan menjadi dua serta dipungutnya jubah Elia yang terjatuh.  Sejurus ia terdiam.  Dengan jubah itu ia pukulkan ke air sungai Yordan, airpun tersibak, dan menyeberanglah Elisa.  Roh Elia telah hinggap pada Elisa” kata sekumpulan nabi-nabi yang melihatnya dari jauh itu.

Estapet pelayanan itu harus terjadi.  Hamba yang satu makin menua dan yang lain datang.  Penerusan, bahkan pelipat gandaan misi dari Tuhan itu harus terjadi.  Elisa harus meneruskan mengemban tugas nabi Elia.  Ia tidak hanya mendapatkan pengalaman dan penglihatan yang luar biasa saja, melainkan juga menerima dua bagian dari roh Elia.  Roh yang sangat penting untuk mengemban tugas selanjutnya yang tidak ringan.  Demikian juga di dalam jemaat, gereja dan masyarakat, pelayan dan pemimpin yang hebat pergi, Tuhan menyiapkan, memilih dan menugasi para pelayan dan pemimpin baru.  Pendeta, penatua, diaken yang tua pergi, yang baru datang, harus dipersiapkan untuk mengemban tugas mereka.

Para murid meneruskan tugas Kristus

Transfigurasi Yesus – Gambar oleh: Alexander Andreyevich Ivanov

Saudaraku, 6 hari setelah pengakuan Petrus dan pengajaran Yesus tentang salib, Tuhan Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah bukit.  Di atas bukit itu tiba-tiba ketiga murid itu menyaksikan Yesus berubah rupa (transfigurasi).  Wajah-Nya bercahaya, pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat dan nampak Elia dan Musa, dua tokoh besar dari Perjanjian Lama berbincang-bincang dengan Yesus.  Elia adalah tokoh yang gagah berani dalam melawan baalisme di Israel, sedangkan Musa adalah tokoh pembebasan Israel dari Tanah Mesir.  Nabi Elia penuh dengan nubuat-nubuat, Musa adalah pemberi hukum yang keduanya digenapi di dalam pelayanan Tuhan Yesus.

Melalui transfigurasi Yesus menunjukkan jati diri-Nya yang sebenarnya sebagai Anak Bapa seru sekalian alam yang satu dengan Bapa-Nya.  Dalam transfigurasi ini dinyatakan Bapa: “AnakKu yang kekasih” karena hubungan khusus Yesus dengan Bapa, karena tindakan Yesus yang sangat menyenangkan hati Bapa, yaitu ketaatan akan missi-Nya dan penyerahan totalnya kepada Bapa.  Maka Firman-Nya supaya para murid mendengar Nya dan taat kepada-Nya.  Apa yang dialami Kristus itu tentu juga akan dialami oleh para murid-Nya

Dalam transfigurasi terang dari surga bersinar menguak masa lalu, masa kini dan masa akan datang.  Maka pemuliaan Yesus di atas bukit ini selain merupakan penyataan atau pewahyuan pembukaan diri Yesus sendiri, sebenarnya juga merupakan peneguhan dan pemantaban kepada para murid yang akan meneruskan mengemban penugasan dari Tuhan Yesus.  Walaupun semua itu belum dimengerti oleh ketiga murid itu sepenuhnya.

Sungguh suatu penglihatan yang sangat menakjubkan, ketiga murid itu merasa sangat bahagia sekali. Sehingga respon Petrus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.  Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, Satu untuk Musa dan satu untuk Elia”.   Itulah yang belum dimengerti oleh murid –murid itu, sehingga mereka ingin terus menikmatinya di atas gunung.  Namun waktunya belum tiba, mereka harus turun gunung dan di sana tugas besar menanti.  Yaitu tugas untuk mengemban misi Yesus.  Bahkan tugas yang tak terpikirkan oleh para murid, yaitu pengorbanan Yesus di kayu salib.

Terang kemuliaan Kristus itu telah menerangi hati para murid, juga hati dan pikiran Paulus sehingga ia memandang hidup lamanya yang sebelumnya begitu dibanggakannya itu kemudian menjadi seperti sampah ketika menerima terang kemuliaan Kristus.  Terang kemuliaan-Nya itu juga telah menerangi hati kita untuk kita pancarkan ke sekeliling kita.  Namun terang kemuliaan-Nya itu tidak serta merta mudah dipahami oleh setiap orang.  Paulus menghadapi banyak orang yang begitu tertutup terhadap Injil karena pikirannya dibutakan oleh ilah zaman seperti kesombongan, harta, kuasa, popularitas, hedonism, konsumerisme (2 Kor 4:3-6).  Mereka seperti kaca yang penuh jelaga yang tidak dapat ditembus oleh terang kemuliaan itu.  Namun semua itu tidak boleh membuat kita surut.  Jikalau masih tertutup juga terhadap Injil, kata Paulus: memang ia akan tertutup untuk mereka yang akan binasa.

Penutup 

Tuhan Yesus sampai kini juga dimuliakan.  Dia dimuliakan di dalam gereja-Nya, di tengah puja-puji umat-Nya kepada-Nya, di tengah ibadah gereja persekutuan umat-Nya.  Karena kemuliaan-Nya, para murid-Nya juga dimuliakan.  Pemuliaan Kristus di atas bukit memantabkan kita untuk meneruskan mengemban tugas daripada-Nya.  Amin (BRU).

 Nyanyian: KJ.161: 1,2

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Satunggaling  tetingalan ingkang ngedab-edabi, pengalaman ingkang mranani manah asring tansah gawang-gawang ing engetan lan nggadhahi pengaruh ingkang ageng ing tindak-tandukipun tiyang.  Contonipun tiyang-tiyang ingkang nonton film cowboy ingkang serem, medal saking gedung bioskop lampahipun dados pethenthang-pethentheng kados cowboy, film India ingkang kebak nyanyian kidung katresnan, medal terus rengeng-rengeng nglagokaken lagu-lagu India punika kanthi gela-gelo kados bintang-bintang India.  Menapa malih ingkang nonton film silat, medal gedung lampahipun kados pendhekar-pendhekar silat.

Waosan kita samangke ugi nyariosaken tiyang-tiyang ingkang ningali tetingalan lan ngalami  pengalaman ingkang ngedab-edabi.  Inggih punika  Elisa ingkang ngalami kapulungipun Nabi Elia gurunipun miwah Petrus, Yakobus lan Yohanes ingkang ngalami Gusti Yesus kamulyakaken ing puncaking redi.

Elisa nglajengaken tugasipun  Nabi Elia

Sakderengipun Nabi Elia katimbalan Gusti, wonten satunggal malih tugas ingkang kedah katindakaken dening Elia, inggih punika njebadi Elisa ingkang badhe nglajengaken tugasipun Elia.  Elisa saestu murid ingkang tuhu tresna, ingkang sesambetan kaliyan Elia gurunipun akrab sanget.  Bebasan ing pundi wonten Elia, Elisa ugi ndherek wonten ing ngriku.  Elisa sumerep bilih titi wanci sedanipun Elia sampun mboten dangu malih.  Mila Elisa sangsaya caket rumaket terus ndherekaken gurunipun dhateng pundia kemawon tindakipun.  Wiwit saking Gilgal, tumuju Yerikho, ngantos ing sabrangipun Bengawan Yarden.  Piyambakipun kepengin nyekseni titi wanci pungkasan gurunipun.  Nalika dumugi pinggiring bengawan, Nabi Elia mundhut jubahipun, kagulung, lajeng kasabetaken ing toya, sakala toya piyak ngiwa-nengen.  Nabi Elia kadherekaken Elisa lajeng tindak nyabrang ngantos dumugi gisikan.  Nabi Elia ngendika: “Kowe njaluk apa, kang bakal daktandukake marang sira sakdurunge aku kapulung saka ngarepmu?  Wangsulanipun Elisa: “Kula mugi kadunungana kalih bageaning roh panjenengan”. Tumrap Elisa roh punika ingkang paling penting kangge nglajengaken timbalanipun Gusti.  Sanes bandha-bandhu, drajat miwah pangkat.  “Kang kokjaluk iku prakara kang angel.  Nanging menawa kowe bisa ndeleng enggonku kapulung saka ngarepmu, kowe mesthi bakal kelakon kaya mangkono”, pangandikanipun Nabi Elia.  Kalih bageaning rohipun Elia punika mboten sanes inggih roh kasetyan dhumateng tugas miwah iman ingkang nolak dosa, roh kawanteran (kekendelan) ngadhepi sawarnining tantangan lan bebaya miwah sih katresnan lan ambek welasan.

Dumadakan wonten kreta murub, katarik jaran ingkang murub misahaken kekalihipun sarta mulung Nabi Elia lajeng mumbul ngawiyat.  “Dhuh rama kawula! Rama kawula! Panjeritipun Elisa kanthi angles manahipun.  Piyambakipun nyandhak pangagemipun kasuwak dados kalih, lajeng mendhet jubahipun Nabi Elia ingkang dhawah, wangsul dhateng pinggiring bengawan Yarden.  Jubah punika kasabetaken ing toyaning Yarden kanthi nguwuh : “Endi Pangeran Yehuwah, Gusti Allahe Rama Elia?  Sakala toyaning bengawan piyak ngiwa-nengen lajeng Elisa tindak nyabrang.  Saking katebihan pepanthaning para nabi sami ngucap: “Elisa wus kadunungan rohe Elia”

Estapet peladosan kedah lumampah.  Regenerasi miwah tangkar tumangkaring peladosan kedah katindakaken murih tuwuh lan ngrembakaning Kratoning Allah.  Abdining Gusti ingkang sepuh sangsaya sayah lan abdi ingkang enggal tuwuh  kanthi semangat makantar-kantar.  Asring masalahipun ingkang sepuh bot-boten mengkeraken posisinipun, ingkang enem gamang utawi kepara kepengin enggal njongkeng ingkang sepuh.  Elisa kedah nglajengaken ngemban tugasipun Nabi Elia.  Piyambakipun mboten namung ngalami pengalaman ingkang ngedab-edabi kapulungipun Nabi Elia minangkan bukti sih kasetyanipun Allah dhumateng abdinipun, ananging ugi kalih bagian sakingipun rohipun Nabi Elia.  Sadaya punika sangu ingkang cekap tumrap Elisa kangge ngayahi timbalanipun saklajengipun ingkang saestu mboten entheng.  Mekaten ugi ing saktengahing  brayat, pasamuan lan bebrayan.  Para pelados lan pemimpin ingkang peng-pengan sampun mengker, Gusti nyawisaken, miji, nimbali sarta nugasi para pelados miwah pemimpin ingkang enggal.  Pandhita, pinisepuh, diaken, Guru Injil ingkang sepuh mengker, pelados ingkang enggal prapta lan kedah siyaga nglajengaken peladosanipun.  Sih katresnan lan kasetyaning Allah miwah rohing kasetyan dhumateng tugas, iman ingkang teguh, kewanteran ngadhepi tantangan lan bebaya sarta sih katresnan lan ambeg welasan dados sangu ingkang ampuh.

Para murid meneruskan tugas Kristus

Mekaten ugi ingkang dipun alami dening para murid.  Sakderengipun nglajengaken tugas peladosan ingkang awrat, murid-murid punika katedahaken sinten ta Gusti Yesus punika sakyektinipun saengga para murid sembada nglajengaken tugas saklajengipun.  Para sadherek, 6 ndinten sasampunipun pangakenipun Petrus miwah piwucalipun Gusti Yesus bab salib, Gusti Yesus lajeng minggah satunggaling redi kadherekaken Petrus, Yakobus lan Yohanes.  Ing nginggil redi punika dumadakan Gusti Yesus salin rupa.  Pasuryanipun mencorong, agemanipun putih memplak sumorot miwah ketingal Nabi Elia lan Nabi Musa, kalih paraga Prajanjian Lami ingkang luhur saweg imbal wacana kaliyan Panjenenganipun.  Nabi Elia minangka paraga kanthi wanter lumawan panyembahan Dewa Baal, dene Nabi Musa paraga pangluwaran Israel saking Tanah Mesir, Tanah Pangawulan.  Nabi Elia kebak nubuwat lan Nabi Musa ingkang paring pepaken, kalih-kalihipun kaganepi ing peladosanipun Sang Kristus.

Lumantar salin rupa (transfigurasi) punika saestunipun Gusti Yesus nedahaken jati dhirinipun ingkang sakyektosipun minangka Putra kekasihipun Sang Rama ingkang nguwaosi jagad raya, ingkang satunggal kaliyan Ramanipun ing saklebeting nindakaken missinipun.  Mila murid-murid punika sami mireng: “Iki PutraningSun kang Sun kasihi, estokna dhawuhe”.  Pangandika punika nedahaken sesambetan ingkang mirungan antawisipun Gusti Allah Sang Rama lan Gusti Yesus Sang Putra, tindakanipun Sang Kristus ingkang nindakaken missinipun kanthi setya tuhu, sumarah kanthi sampurna nindakaken kersanipun Sang Rama ingkang ndadosaken karenaning penggalihipun Sang Rama.  Mila pangandikanipun supados para murid sami ngestokaken dhawuhipun.  Para murid ugi ndherek ngraosaken kamulyanipun lan karahayonipun.

Ing saklebeting transfigurasi punika pepadhang saking Swarga miyak dinten kapengker, dinten sakpunika miwah dinten ngajeng madhangi manahipun para murid, matemah saged ningali kanyatan punika kanthi enggal lan benten.  Mila Gusti Yesus kamulyakaken ing redi punika saksanesipun pambukaning jati dhirinipun Gusti Yesus kanthi trawaca, saestunipun ugi kangge neguhaken lan ngantebaken para murid ingkang badhe nglajengaken ngemban tugas saking Gusti Yesus.  Sanadyan ketingalipun para murid taksih dereng mangertosi sadayanipun.

Saestu satunggaling tetingalan ingkang ngedab-edabi.  Murid-murid punika rumaos sakeca lan raharja.  Saengga responipun Petrus: Rabbi (guru), saiba saenipun bilih kawula sami wonten ngriki.  Prayoginipun kawula sami ngadegaken tarub tiga, satunggal kagem Paduka, satunggal kagem nabi Musa, satunggaling malih kagem Nabi Elia.  Ateges murid-murid punika dereng mangertos ingkang dados kersanipun Gusti.  Para murid kepengin nikmati kamukten miwah karaharjan ing puncaking redi punika ingkang dangu.  Wekdal ingkang mekaten punika dereng dumugi.  Suwalikipun para murid kedah taksih mandhap saking redi lan ing ngandhap sampun nengga marupi-rupining tugas lan peladosan ingkang kedah katindakaken.  Malahan tugasipun Gusti Yesus ingkang pokok, inggih punika ngorbanaken dirinipun ing kajeng salib.

Saklajengipun pepadhang miwah kamulyanipun Gusti Yesus minangkan citraning Allah punika terus sumunar nelahi manahipun para muridipun Gusti, kalebet manah lan pikiranipun Paulus, saengga sasampunipun pepangihanipun kaliyan Gusti Yesus, piyambakipun ningali sadaya ingkang kabanggaaken saderengipun, sakpunika dados larahan, sampah.  Pepadhang lan kamulyan punika ugi nelahi manah kita sakpunika lan kedah kita sunaraken ing sakiwa tengen kita.  Ananging pepadhang lan kamulyan punika pranyata mboten gampil dipun tampi miwah dipun mangertosi dening saben tiyang.  Malah wonten ingkang tinutup rapet manahipun.  Paulus ngadhepi tiyang-tiyang ingkang nutup dhiri dhumateng Injil punika karana pikiran lan pangangen-angenipunipun sampun kawutaaken dening allahing zaman punika.  Kadosta raja brana, panguwasa, popularitas hedonism, konsumerisme (2 Kor 4:3-6).  Manah lan pangangen-angenipun tiyang-tiyang punika sampun kadosdene kaca ingkang katutupan langes ingkang mboten saged katembus dening pepadhanging kamulyanipun Gusti punika.  Menawi sampun mekaten punika miturut pangandikanipun Paulus, pancen tiyang-tiyang punika badhe manggih karisakan.  Mila sampun ngantos kita mundur.

Panutup

Ngantos samangke Gusti Yesus kamulyakaken.  Panjenenganipun kamulyakaken ing pasamuanipun, ing sak tengahing pamujinipun umatipun, ing saktengahing pangabektining umatipun.  Karana kamulyanipun Gusti, para murid ugi kamulyakaken.  Gusti kamulyakaken ing nginggiling redi sangsaya ngantebaken kita kangge nglajengaken ngemban tugas peparingipun ing zaman samangke.  Amin. (BRU) 

Pamuji: KPK. 31: 1,3.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak