Jangan Takut Kotor? Khotbah Minggu 10 Desember 2017

29 November 2017

Minggu Advent 2
Stola Hijau

Bacaan 1         : Yesaya 40:1-11
Bacaan 2         : 2 Petrus 3:8-15
Bacaan 3         : Markus 1:1-8

Tema Liturgis  : “Menyiapkan Jalan Menyambut Kedatangan Tuhan””
Tema Khotbah : “Jangan Takut Kotor?”

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 40:1-11

Keadaan bangsa Israel tak ubahnya seperti narapidana dalam penghukuman yang membutuhkan pembebasan. Hukuman yang dialaminya sangatlah menyiksa. 70 tahun mereka mengalami masa pembuangan di Babel (Bandingkan Yer. 25). Melalui nabi Yesaya Tuhan Allah menyampaikan kabar sukacita. Kata-kata yang menyemangati bangsa Israel untuk kembali bangkit, yakni hiburkanlah dan tenangkanlah hati mereka. Berita itu disampaikan agar mereka segera merespon berita sukacita itu. Inti dari berita sukacita itu adalah pembebasan. Perhambaannya sudah berakhir, kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya. Ini adalah nubuat yang disampaikan melalui nabi Yesaya untuk bangsa Israel. Ada orang yang secara khusus diutus untuk Allah untuk menandai dimulainya pembebasan, yaitu tampilnya orang yang berseru-seru. Orang tersebut berseru agar semua orang mempersiapkan jalan untuk TUHAN. Untuk menyambut kedatangan-Nya, semua jalan harus menjadi rata. Kabar baik in harus disampaikan, karena Allah akan datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya yang berkuasa. Manusia harus merespon berita ini, karena mereka lemah. Umat manusia digambarkan seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya.

 

2 Petrus 3:8-15

Tuhan masih memberi kesempatan manusia untuk senantiasa memperbaiki hidupnya. Tuhan akan datang yang kedua kalinya. Jika Dia tidak segera datang, itu bukan suatu kelalaian. Ia sabar, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Dalam kehancuran yang akan terjadi manusia harus dapat menampilkan hidup suci dan saleh. Oleh karena itu dalam masa penantian, Rasul Petrus menasehatkan agar dalam menjalani hidup manusia kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, tetap dalam perdamaian dengan Dia dan menganggap kesabaran Tuhan sebagai kesempatan untuk beroleh selamat.

 

Markus 1:1-8

Nubuat yang di sampaikan nabi Yesaya nyata dalam diri Yohanes Pembaptis. Ialah orang yang berseru-seru seperti yang telah dinubuatkan nabi Yesaya. Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Banyak orang yang merespon seruan Yohanes Pembabtis. Baptis berarti memandikan atau membasuh. Dalam Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta) baptis berarti menenggelamkan atau menyelamatkan. Maka datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. Yohanes pembabtis memberitakan bahwa Ia yang lebih berkuasa dari padanya akan datang setelah ia datang. Ia yang lebih berkuasa itu menunjuk pada diri Tuhan Yesus. Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan menerima Roh Kudus. Dengan Roh Kudus orang percaya akan dibimbing dalam menjalani kehidupan, dan tidak dikacaukan dengan roh kegelapan.

 

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Sudah terlalu lama bangsa Israel hidup dalam kesalahan dan dosa. Oleh karena itulah melalui Nabi Yesaya, Tuhan memberikan harapan, kabar sukacita, nubuat  pembebasan. Perhambaannya sudah berakhir, kesalahannya telah diampuni. Nubuat yang disampaikan nabi Yesaya tergenapi ketika Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan ajakan pertobatan dan pembaptisan. Yohanes pembabtis memberitakan bahwa Ia yang lebih berkuasa dari padanya akan datang setelah ia datang. Ia yang lebih berkuasa itu adalah Tuhan Yesus, yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Mereka yang bertobat dan dibaptis menjadi tak bercacad dan tak bernoda. Menjalani hidup tak bercacad dan bernoda, itulah yang harus dipertahankan sampai dengan kedatangan Yesus yang kedua.

 

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan…bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Apakah bapak, ibu dan saudara suka memakai pakaian warna putih? Kalau mengingat warna putih itu cepat kotor, pasti jarang yang mau memakai baju ataupun celana dengan warna tersebut di musim hujan. Apalagi celana putih, jika kita duduk di sembarang tempat, pasti kotoran itu menempel, sehingga kita malas memakainya lagi. Harus diakui, bahwa bukan hal yang mudah untuk dapat mempertahankan pakaian putih kita tetap bersih. Pakaian kita cepat kotor dapat dipengaruhi dua faktor, yakni internal dan eksternal. Faktor internal adalah dalam diri kita. Jika kita punya gaya hidup “kemproh” (jorok) selamanya pakaian putih kita akan selalu kotor. Faktor eksternal adalah dari luar diri kita. Faktor alam yang kotor dan tidak dapat dihindari, yakni hujan, debu, terkena oli tumpah dan lain-lain. Tetapi jika diperhatikan, memakai celana putih itu jika mengetahui cara memadukan pakaiannya, dapat terlihat sangat fashionable. Apalagi memakai celana putih ini membuat kita terkesan bersih. Hal yang harus dilakukan adalah melawan kotor. Dengan memakai celana putih, akan lebih baik. Cobalah style dengan memakai celana putih agar penampilan lebih stylish. (Jika memungkinkan pelayan menampilkan gambar orang yang memakai pakaian putih, misalnya dengan mengunduh gambar-gambar di: http://www.vemale.com/fashion/tips-and-tricks/78126-tips-cantik-dan-modis-dengan-celana-warna-putih.html)

 

Isi

Bersedia untuk berpakaian warna putih menjadi gambaran kehidupan kita untuk senantiasa hidup tanpa noda. Tuhan Allah menghendaki kehidupan manusia tanpa noda, dalam arti hidup kudus sesuai dengan kehendak-Nya. Inilah yang terjadi dalam kehidupan bangsa Israel. Sudah terlalu lama mereka hidup dalam noda, yakni kesalahan dan dosa. Oleh karena itulah melalui Nabi Yesaya Tuhan memberikan sebuah harapan berupa nubuat, yakni kabar sukacita. Kata-kata yang menyemangati bangsa Israel untuk kembali bangkit, yakni hiburkanlah dan tenangkanlah hati mereka. Berita itu disampaikan agar mereka segera merespon berita sukacita itu. Berita pembebasan pun mereka dengar. Inti dari berita sukacita itu adalah pembebasan. Perhambaannya sudah berakhir, kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya. Dengan berita sukacita itu, bangsa Israel diharapkan untuk merespon dan menyambut dengan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Ada orang yang secara khusus diutus oleh Allah untuk menandai dimulainya pembebasan, yaitu tampilnya orang yang berseru-seru. Orang tersebut berseru agar semua orang mempersiapkan jalan untuk TUHAN. Untuk menyambut kedatangan-Nya, semua jalan harus menjadi rata. Tidak dapat tidak, manusia harus merespon kebaikan Allah itu, karena manusia lemah yang digambarkan seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya.

Tuhan Allah berinisiatif untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tak bernoda. Nubuat yang disampaikan nabi Yesaya tergenapi. Nubuat yang di sampaikan nabi Yesaya nyata dalam diri Yohanes Pembaptis. Ialah orang yang berseru-seru seperti yang telah dinubuatkan nabi Yesaya. Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Banyak orang yang merespon seruan Yohanes Pembaptis, yakni orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. Baptis berarti memandikan atau membasuh. Juga dapat diartikan menenggelamkan atau menyelamkan. Dengan dibaptis berarti orang yang datang kepada Yohanes dibersihkan dan menjadi tak bernoda. Tetapi ia lebih menekankan baptisan yang akan dilakukan Tuhan Yesus, yaitu baptisan Roh Kudus. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan menerima Roh Kudus. Dengan Roh Kudus orang percaya akan dibimbing dalam menjalani kehidupan, dan tidak dikacaukan dengan roh kegelapan. Dengan Roh Kudus inilah orang percaya semakin dikuduskan, sehingga tidak ternoda oleh dosa.

Hidup kudus dan tak bernoda harus dipertahankan. Hal ini secara tegas dituliskan oleh Rasul Petrus. Dalam suratnya ia menjelaskan, “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia”. Rasul Petrus mengingatkan bahwa Tuhan Yesus akan datang yang kedua kalinya. KedatanganNya digambarkan seperti pencuri. Tidak ada satupun yang tahu kapan Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya. Jika Ia tidak segera datang bukan berarti iDa lalai, tetapi Dia sabar. Ia masih memberi kesempatan bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri.

 

Penutup

Jangan takut kotor. Itu adalah slogan iklan salah satu sabun cuci, yang dapat membersihkan noda walau membandel. Meski pakaian harus terkena noda berulang-ulang tidak akan jadi masalah. Ya, itu sah-sah saja. Tetapi jika hal itu diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, sangatlah tidak tepat. Kita harus takut kotor dan takut ternoda. Kita tidak bisa seenaknya ternoda lalu cuci, ternoda lalu cuci. Cuci lagi dan cuci lagi. Kita yang sudah dibaptis dan mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, sudah disucikan dan dikuduskan. Itulah yang harus kita pertahankan. Jangan ternodai dosa lagi. Pertahanan diri kita harus kuat. Godaan itu bisa datang dari dalam diri maupun luar diri kita. Mari kita tetap modis dan staylist dengan warna putih. Hidup tanpa noda. Amin. (SWT).

 

Nyanyian: KJ 79

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pembuka

Punapa bapa, ibu lan para sedherek remen ngagem rasukan warni pethak? Menawi enget bilih warni pethak punika gampil reget, tamtu mboten kathah tiyang ingkang kersa ngagem rasukan utawi celana warni kasebat, langkung-langkung ing mangsa jawah. Punapa malih celana warni pethak, menawi kita lenggah ing papan ingkang reget, tamtu rereget badhe nemplek, lan kita mboten purun ngagem malih. Kedah dipun akeni bilih mboten gampil kita saged njagi rasukan warni pethak tetep ketingal resik. Rasukan warni pethak ingkang kita agem gampil reget awit saking diri pribadi kita ingkang mbokmenawi nggadhahi pakulinan “kemproh”. Menawi punika dados pakulinan kita, salamining gesang rasukan kita warni pethak tetep reget. Nanging saged ugi saking njawi. Pancen kita mboten saged uwal saking kawontenan, upaminipun jawah, lebu, oli ingkang numplek, lan perkawis sanesipun. Menawi kita gatosaken, ngagem celana warni pethak, menawi mangertos setelanipun, saged ketingal pantes. Punapa malih celana pethak saged ketingal resik. Kita kedah saged ngelawan perkawis ingkang saged ndadosaken reget. Kanthi ngagem celana pethak, badhe ketingal sae. Mangga sami nyobi ngagem rasukan warni pethak. (Menawi saged pelados paring gambar tiyang ingkang ngagem ageman warni pethak, upaminipun mirsani ing: http://www.vemale.com/fashion/tips-and-tricks/78126-tips-cantik-dan-modis-dengan-celana-warna-putih.html)

 

Isi

Kersa ngagem rasukan warni pethak, dados gambaraning gesang kita supados gesang tanpa blentong (mboten reget). Gusti Allah ngersakaken gesanging manungsa tanpa blentong, ingkang ateges gesang suci miturut karsanipun. Punika ingkang kelampahan wonten ing gesangipun bangsa Israel. Sampun kedangon anggenipun gesang ing salebeting dosa lan kalepatan. Mila saking punika, lantaran nabi Yesaya Gusti kepareng paring pangajeng-ajeng minangka kabar kabingahan. Pameca wontenipun pangluwaran. Dhawuh pangandika ingkang wosipun panglipuran lan pangatag, supados bangsa Israel kersa nanggapi kabar kabingahan punika. Pangawulanipun sampun rampung, kalepatanipun sampun dipun apunten, awit sampun kaparingan paukuman dening astanipun Pangeran Yehuwah tikel ping kalih awit saking kathahing dosanipun. Kanthi kabar kabingahan punika, bangsa Israel sageda nanggapi kanthi nyawisaken margi kagem Panjenenganipun. Wonten tiyang ingkang mirunggan kautus dening Allah, minangka pratandha wiwitaning pangluwaran, inggih punika wontenipun tiyang ingkang nguwuh-uwuh. Tiyang punika nguwuh-uwuh supados sedaya tiyang sami nyawisaken margi kagem Pangeran Yehuwah. Kangge nampi rawuhanipun, sedaya margi kedah rata. Sedaya umat manungsa kedah nanggapi kasaenanipun Gusti punika, awit manungsa punika ringkih, kagambaraken kados dene suket lan kaendahanipun kados kembang ing ara-ara. Suket dados aking, kembang dados alum, menawi Pangeran Yehuwah ndamoni kalawan napasipun.

Gusti Allah kepareng mujudaken gesangipun manungsa dados sangsaya sae lan tanpa blentong. Pameca ingkang kadhawuhaken lantaran nabi Yesaya saetu kaleksanan, nalika Yohanes Pambaptis rawuh ing pasamunan lan ngandika: ”Kowé padha mratobata, ninggala dosa-dosamu lan nglakonana dibaptis, temah Gusti Allah bakal ngapura dosa-dosamu”. Kathah tiyang ingkang sami nanggapi panguwuhipun Yohanes Pembaptis, inggih punika tiyang saisining wilayah Yudea lan tiyang ingkang manggen ing Yerusalem, kanthi ngakeni dosanipun. Sedaya ingkang sowan dipun baptis ing lepen Yordan. Baptis ateges dipun dusi utawi dipun wisuhi. Pangertosan sanesipun inggih punika dipun klelepaken lan dipun slametaken. Kanthi nampi baptis ateges para tiyang ingkang sami sowan dhateng Yohanes Pembabtis sami dipun resiki lan mboten pating blentong malih. Nanging Yohanes pembaptis ngajak nggatosaken pambaptisan ingkang dipun tindakaken dening Gusti Yesus, inggih punika baptisan Roh Suci. Tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti badhe nampi Roh Suci. Roh Suci badhe nuntun lampah gesanging tiyang pitados, nebihaken saking roh pepeteng. Klayan Roh Suci tiyang pitados sangsaya dipun sucekaken, satemah mboten pating blentong awit saking dosa.

Tiyang pitados kedah tansah saged gesang suci lan tanpa blentong. Ing seratipun, Rasul Petrus ngengetaken, “Mulane para Sadulur kinasih, sajrone kowe padha nganti-anti marang iku mau, padha mbudidayaa supaya tinemu tanpa cacad sarta tanpa blentong ana ing ngarsane kalawan tentrem rahayu”. Gusti Yesus badhe rawuh ingkang kaping kalih. Anggenipun Gusti Yesus rawuh punika patrapipun kados maling, mboten wonten satunggal tiyang ingkang nyumerepi. Menawi Gusti mboten enggal rawuh, mboten ateges, Panjenenganipun supe, nanging Gusti taksih sabar. Panjenenganipun taksih paring wegdal kangge kita supados ndandosi dhiri, supados sangsaya sae.

 

Panutup

Jangan takut kotor!” Punika salah satunggaling iklan sabun, ingkang saged ngresiki rereget ingkang ewet icalipun. Senaosa rasukan wongsal-wangsul kenging rereget, mboten dados punapa. Awit punika iklan nggih limrah kemawon. Nanging menawi perkawis punika kita trepaken ing gesang kita minangka tiyang pitados, nggih mboten sae lan mboten trep. Kita kedah ajrih kaliyan rereget, gesang pating blentong. Kita mboten saged sasekecanipun piyambak, reget lajeng dipun umbah, reget malih lajeng dipun umbah malih. Kita ingkang sampun nampi pratandha baptis lan pitados dhumateng Gusti Yesus sampun dipun sucekaken dening Sang Roh Suci. Punika ingkang kedah kita cepeng. Sampun ngantos uwal. Panggodha pancen taksih wonten, saking diri pribadi lan saking njawi. Nanging kita kedah kiyat. Mangga kita gesang kanthi warni pethak, nggih gesang tanpa blentong, ngantos Gusti Yesus rawuh ingkang kaping kalih! Amin. [SWT]

 

Pamuji: KPK 72

Renungan Harian

Renungan Harian Anak