Khotbah Minggu 1 Oktober 2017

19 September 2017

Perjamuan Kudus Ekumene
Stola  Merah

 

Bacaan 1         : Yehezkiel 18:25-32
Bacaan 2         : Filipi 2:1-13
Bacaan 3         : Matius 21:23-32

Tema Liturgis  : “Ketaatan Membangun Persekutuan”
Tema Khotbah : “Membangun Persekutuan Untuk Kemuliaan Tuhan”

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

  1. Yehezkiel 18:25-32

Cukup menarik dalam bagian Alkitab ini Israel menilai bahwa tindakan Tuhan tidak tepat. Kata “tindakan” menerjemahkan Ibrani “derek” yang secara harfiah berarti “jalan”. Berarti bukan suatu tindakan Tuhan yang dipersoalkan tetapi cara-Nya. Sebaliknya, Tuhan menilai tidak tepat jalan-jalan (jamak) Israel. Kata “tepat” dipakai untuk menimbang. Jadi, Israel menilai bahwa Tuhan kurang pas: orang fasik yang bertobat luput dari hukuman, sedangkan jasa orang benar yang berbalik dari kebenaran ke kejahatan dilupakan atau tidak dihitung sama sekali. Dalam kacamata Israel, semestinya, perbuatan dihitung secara rata: dosa pada awal, pertengahan dan akhir kehidupan sama bobotnya, dan sama juga perbuatan baik. Tetapi Tuhan mengetahui maksud atau cara pandang dari Israel. Mereka ingin perbuatan baik (menurut mereka) tetap diperhitungkan meskipun mereka kadang-kadang (atau mungkin sering) mereka juga berbuat jahat di hadapan Tuhan. Seperti banyak dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya, mereka menduakan Allah. Sepertinya, Israel tetap menganggap diri sebagai orang benar dan layak diselamatkan meskipun kadang-kadang berubah haluan hidup.

 

  1. Filipi 2:1-13

Sebetulnya, gereja Filipi adalah gereja yang bagus/ baik. Ini terlihat dari banyaknya pujian yang Paulus berikan kepada mereka (bdk. 1:5 4:10,14-18). Tetapi, bagaimanapun juga, ini bukan gereja yang sempurna. Dalam gereja ini ternyata ada perpecahan (bdk. 4:2). William Barclay memberikan komentar sebagai berikut: “Bahaya yang mengancam gereja Filipi adalah perpecahan. Dalam arti tertentu, ini adalah bahaya bagi semua gereja yang sehat. Kalau orang-orang bersungguh-sungguh dan kepercayaan mereka betul-betul penting/ berarti bagi mereka, maka mereka akan condong untuk berseteru satu dengan yang lain. Makin besar semangat mereka, makin besar bahaya bahwa mereka akan berseteru”. Paulus bersukacita kalau gereja Filipi bisa bersatu (ay 2). Adapun cara untuk bersatu dipaparkan oleh Paulus: Tidak mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang sia-sia (ay 3a), rendah hati dan menganggap orang lain lebih baik dari diri kita sendiri (ay 3b), jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepenting-an orang lain juga (ay 4) dan yang terpenting adalah meneladani Yesus Kristus (ay 5).

 

  1. Matius 21:23-32

Para tokoh Yahudi itu mempertanyakan dengan kuasa mana Yesus melakukan ‘hal-hal itu’. Yang dimaksud dengan ‘hal-hal itu’ mencakup beberapa hal:

  • masuknya Yesus ke Yerusalem dengan naik keledai (21:1-11).
  • Ia menerima puji-pujian (21:9-10,15-16).
  • Ia menyembuhkan orang sakit (21:14).
  • Ia ‘membersihkan’ Bait Allah (21:12-13).
  • Ia mengajar Firman Tuhan (21:23).

Menarik bahwa mereka tidak mempedulikan apakah ajaran atau tindakan Yesus itu baik,  benar, sesuai Kitab Suci atau tidak. Yang mereka persoalkan justru atas otoritas siapa Yesus mengajar atau bertindak karena secara resmi Yesus bukan imam atau ahli Taurat. Dari sini nampak bahwa mereka mau menjalankan organisasi keagamaan yang ketat tanpa mempedulikan apakah sebenarnya hal itu menghambat dinyatakannya kebenaran atau tidak.

 

Benang Merah Tiga Bacaan

Seringkali dalam kehidupan ini manusia merasa dirinyalah yang benar dan organisasi atau kelompoknyalah yang paling baik. Tanpa disadari, cara pandang yang seperti inilah yang sering menimbulkan kerenggangan atau bahkan perpecahan dalam hubungan manusia dengan sesamanya bahkan juga dalam hubungannya dengan Tuhan.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan…bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Jemaat kekasih Tuhan, hari ini kita merayakan sebuah hal yang nampaknya sepele akan tetapi mengandung pesan dan kehendak Tuhan yang luar biasa besar dan sulit untuk kita wujud nyatakan dalam kehidupan ini. Ekumene yang secara sederhana dapat kita pahami sebagai sebuah kehidupan bersama yang menyatu. Di dalamnya ada suasana atau sikap yang saling memahami, saling menghargai dan saling menerima.

Mengapa hal ini menjadi sulit? Agaknya memang sudah menjadi sifat dasar dari manusia untuk berorientasi pada diri sendiri. Hal ini tidaklah salah. Namun akan menjadi masalah jika orientasi pada diri sendiri itu menjadi berlebih sehingga menganggap dirinyalah segala-galanya. Inilah yang nampak dari bacaan Alkitab kita hari ini.

 

Isi

Lihatlah betapa Israel sampai menilai tindakan Tuhan tidak tepat oleh karena mereka merasa diri sebagai umat pilihan yang layak selamat meskipun dalam hidupnya sering mendukakan hati Tuhan. Mereka tidak terima jika karena kesalahannya kemudian menjadikan mereka tidak lagi selamat. Secara tersirat mereka ingin Tuhan tetap memasukkan mereka dalam lingkaran keselamatan karena mereka juga merasa punya perbuatan baik yang layak diperhitungkan.

Lihat pula para pemuka Yahudi yang mempersoalkan otoritas pengajaran dan tindakan Yesus. Mereka seakan tidak terima jika Yesus menjalankan peran yang selama ini merupakan “kaplingan” mereka. Mereka memandang bahwa merekalah yang sah. Maka mereka mempersoalkan siapakah Yesus dan atas pengesahan dari siapa Dia mengajar dan melakukan tindakanNya sekalipun ajaran dan tindakanNya itu mencerminkan bahkan mewujudkan kebenaran dan keselamatan yang sejati.

Dengan berlebihnya orientasi pada diri atau kelompok, jemaat di Filipi mengalami perpecahan. Sebuah jemaat yang luar biasa dibanggakan oleh Paulus namun ternyata juga mengalami perpecahan oleh karena ego yang berlebih.

 

Penutup

Di bulan ekumene inilah kita diajak untuk melihat diri kita dan kelompok kita secara jujur. Apakah sifat-sifat bahkan mungkin kondisi yang sama dengan bacaan kita terjadi dalam kehidupan kita. Sebagai umat Kristen kita dipanggil Tuhan untuk membangun persekutuan agar melalui persekutuan yang kita bangun nama Tuhan dimuliakan. Apakah kehendak Tuhan itu telah terjadi? Atau kehendakNya justru tidak akan terjadi oleh karena ego kita.

Sebagaimana Paulus memberikan “kisi-kisi” bagaimana membangun persekutuan yang indah di hadapan Tuhan kepada  jemaat Filipi, agaknya kisi-kisi itu juga relevan untuk kita upayakan dalam membangun kehidupan bersama atau kehidupan persekutuan ini. Tidak mencari kepentingan sendiri dan puji-pujian yang sia-sia (ay 3a), rendah hati dan menganggap orang lain lebih baik dari diri kita sendiri (ay 3b), jangan hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi kepenting-an orang lain juga (ay 4) dan yang terpenting adalah meneladani Yesus Kristus (ay 5).

Selamat membangun kebersamaan, persekutuan, berekumene. Kiranya nama Tuhan dimuliakan melalui kita para pengikutNya. [Abed]

 

Nyanyian: KJ 249:1-3

 —

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Pasamuwan kekasihipun Gusti, dinten punika kita mengeti satunggaling prekawis ingkang semunipun sepele nanging ngemu pitungkas karsanipun Gusti ingkang agung lan ewet kita wujudaken ing pigesangan punika. Ekumene gampilipun saged kita mangertosi minangka satunggaling pigesangan sesarengan ingkang manunggal. Ing pigesangan ingkang makaten punika wonten swasana lan patrap ingkang ajen-ingajenan, silih mangertosi lan anampeni satunggal lan satunggalipun.

Kenging punapa bab punika dados ewet? Ketingalipun sampun dados sipat dhasaring manungsa sami berorientasi dhateng dhiri pribadi (nengenaken kawontenaning dhiri pribadi). Punika boten lepat. Nanging badhe dados masalah menawi orientasi dhateng dhiri pribadi punika dados linangkung, temah nganggep bilih dhirinipun punika ngungkuli sadayanipun. Punika ingkang sinerat ing waosan Kitab Suci kita dinten punika.

 

Isi

Mangga kapirsanana saiba Israel kumawantun nganggep bilih tumindakipun Gusti punika boten trep karana bangsa punika rumaos minangka bangsa pinilih dados ingkang pantes nampeni karahayon nadyan gesangipun asring nguciwani manahipun Gusti. Bangsa Israel boten trima menawi awit kalepatanipun lajeng boten kaparingan karahayon. Pikajengipun, Gusti kedahipun tetep nglebetaken bangsa punika dhateng sengkeraning karahayon karana rumaos nggadhahi tumindak sae ingkang patut kapetung.

Makaten ugi para pengagenging bangsa Yahudi ingkang nggugat wewenang piwulang lan tumindakipun Gusti Yesus. Tiyang-tiyang punika boten trima yen Gusti Yesus nindakaken ayahan lan wewenangipun tiyang-tiyang punika. Para pengageng Yahudi punika nganggep bilih nggih namung para pangageng punika ingkang kagungan wenang. Pramila pangageng Yahudi punika sami nggugat Gusti Yesus punika sinten lan pikantuk wewenang saking pundi temah kumawantun paring piwulang lan nindakaken pakaryanipun, nadyan piwulang lan pakaryanipun nedahaken kayekten lan karahayon ingkang sejati.

Karana orientasi dhateng dhiri pribadi lan klompokipun, pasamuwan Filipi ngalami crah lan pecah. Satunggaling pasamuwan ingkang dipun agungaken dening Paulus punika, jebul ngalami crah lan pecah karana patrap nengenaken dhiri pribadi.

 

Panutup

Ing wulan ekumene punika kita kaajak niti priksa dhateng dhiri pribadi lan klompok kita kanthi jujur. Punapa watak lan patrap tuwin kawontenan ingkang sami kaliyan waosan kita ugi dumados ing pigesangan kita? Selaku umat Kristen kita dipun timbali dening Gusti kinen mbangun patunggilan supados asmanipun Gusti kaluhuraken. Punapa karsanipun Gusti punika sampun kelampahan? Utawi karsanipun Gusti boten kelampahan awit patrap kita ingkang egois.

Kados dene Paulus paring ancer-ancer dhateng pasamuwan Filipi kados pundi mbangun patunggilan ingkang endah, ancer-ancer punika ugi prayogi kita agem mbangun gesang sesarengan lan patunggilan kita. Boten ngudi kepentinganing dhiri pribadi lan pangalembana ingkang muspra (ay. 3a), andhap asor lan nganggep tiyang sanes langkung aji tinimbang dhiri kita piyambak (ay. 3b), sampun namung ngudi kapentinganing pribadi nanging ugi kapentinganing tiyang sanes (ay. 4), lan ingkang langkung utami nggih punika nulad dhateng tindakipun Gusti Yesus Kristus (ay. 5).

Sugeng mbangun patunggilan lan ekumene. Mugi asmanipun Gusti kaluhurna lumantar kita para pendherekipun. Amin. [terj. st]

 

Pamuji: KPK 319:1,3.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak