Jangan Takut! Tuhan Peduli! Khotbah Minggu 1 Agustus 2021

19 July 2021

Minggu Biasa – Perjamuan Kudus Pembangunan GKJW
Stola Putih

Bacaan 1: Keluaran 16 : 2 – 4, 9 – 15
Bacaan 2:
Efesus 4 : 1 – 16
Bacaan 3:
Yohanes 6 : 24 – 35

Tema Liturgis: Bersedia, Berkarya, dan Bersinergi Membangun GKJW sebagai Perwujudan Taat kepada Allah
Tema Khotbah: Jangan Takut! Tuhan Peduli!

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Keluaran 16 : 2 – 4, 9 – 15
Israel dalam perjalanan panjang menuju tanah terjanji, tanah yang bahkan tidak pernah mereka ketahui wujudnya seperti apa. Yang mereka tahu, ada janji TUHAN melalui Musa dan Harun bahwa di tanah itu segalanya serba indah, lebih indah daripada yang selama ini mereka alami di Mesir. Israel menjadi kelompok nir identitas (tanpa identitas yang jelas) siapakah mereka, akan ke mana mereka, yang mereka tahu TUHAN menyertai mereka. Namun, agaknya janji itu tak cukup untuk berhadapan dengan realitas hidup yang tak juga menunjukkan tanda-tanda segalanya akan membaik, yang mereka jumpai di Gurun Sin hanyalah pasir tak habis-habis. Mereka lapar, lebih baik mereka mati di Mesir sebagai orang tertindas, bisa makan kenyang daripada mengembara tanpa kejelasan bersama TUHAN. Janji saja ternyata tak mengenyangkan, sekalipun itu janji TUHAN. Padahal mereka baru dua bulan lima belas hari di gurun itu. Kebutuhan mereka realistis, makan.

TUHAN mendengarkan keluhan mereka. TUHAN tidak diam. Makan adalah kebutuhan mendasar seseorang untuk hidup. Dan TUHAN mengirimkan burung puyuh ketika sore hari dan roti manna ketika pagi hari. Mereka diminta mengambil secukupnya untuk kebutuhan mereka. Ukuran TUHAN adalah ukuran pas. Tidak berlebihan, tidak berkekurangan. TUHAN menjamin hak hidup para pengikutnya.

Mametir lakem lekhem min-hasyamayim, dalam bahasa Ibrani secara harafiah berarti ‘hujan makanan dari langit bagi mereka’. Tentu tidak berarti makanan turun dari langit seperti hujan, tapi istilah ‘dari langit’ menunjukkan bahwa semua berkat itu berasal dari TUHAN, bukan dari usaha mereka sendiri dengan berjerih lelah. Dan hujan menunjukkan keberlimpahan – sekalipun hujan di dunia Timur Tengah tidak sederas di Indonesia yang merupakan negara tropis. Artinya TUHAN menyediakan segalanya serba berlimpah, mengambil secukupnya menjadi nasah, ujian, bagi mereka (ay. 4). Apakah Israel akan benar-benar mengambil secukupnya atau menghendaki lebih dari ukuran cukup. Setiap keluarga berbeda, ada yang banyak ada yang sedikit (ay. 17) karena jumlah anggota keluarga mereka berbeda-beda. Dalam ayat 20, mereka yang mengambil berlebihan, makanan itu menjadi berulat dan busuk. Sesuatu yang berlebihan, tidak mengikuti ukuran TUHAN, akan menjadi bencana bagi mereka sendiri dan orang lain.

Efesus 4 : 1 – 16
Paulus menulis surat Efesus ketika di berada di penjara. Penjara – situasi sulit dalam hidup karena segala keterbatasan, tercabutnya kebebasan – tidak menghalangi kesetiaannya untuk menemani Jemaat binaannya. Kata ‘satu’ menjadi kata kunci dalam bagian surat gembalanya di perikop ini. Kata itu diucapkan hingga sepuluh kali. Efesus adalah jemaat yang beragam kasih karunia, tetapi ‘satu’ menjadi pengikat mereka. Artinya, perbedaan adalah sebuah keniscayaan, kepastian, yang tak dapat ditolak. Tidak bisa orang memaksakan yang lain untuk menjadi sama seperti diri mereka. Karena perbedaan itu adalah kasih karunia Allah bagi mereka. Allah mengizinkan dan menghendaki mereka berbeda-beda. Namun, perbedaan itu bukan untuk membuat mereka mencari menang, siapa yang paling baik dan benar. Perbedaan itu adalah untuk mengikat mereka menjadi satu pelayanan Kristus.

Kata kunci lain dalam perikop ini adalah dewasa, dibandingkan dengan anak-anak. Anak-anak dikatakan mudah ‘diombang-ambingkan’ oleh dunia. Namun, kedewasaan ditunjukkan dengan keseriusan mereka ‘berpegang teguh’ pada Kristus. Kata diombang-ambingkan (periferomenoi – Yunani: dibawa) adalah kata pasif, mereka tidak secara mandiri bersikap. Kata berpegang teguh (aletheuontes – Yunani: menyuarakan kebenaran) menunjukkan perubahan sikap dari pasif menuju aktif. Artinya jemaat yang bersatu itu diharapkan tidak menjadi jemaat yang pasrah dibawa ke mana dunia membawa mereka (kepalsuan, kelicikan, penyesatan), tetapi diharapkan secara aktif untuk menyuarakan kebenaran, kasih, dan bertumbuh bersama ke arah Kristus. Harapan Paulus sederhana, jemaat yang berbeda-beda kasih karunia itu, secara aktif bersatu menyuarakan Kristus dalam hidup mereka. Jangan justru saling memecah-mecahkan diri karena berbagai tantangan hidup di dunia.

Yohanes 6 : 24 – 35
Banyak orang mengikuti Yesus karena mereka melihat mukjizat-Nya memberi makan lima ribu orang dalam perikop sebelumnya (Yoh. 6:1-15). Mereka mengikut Yesus karena mereka telah mendapatkan berkat dari-Nya, mereka kenyang, dan berharap untuk terus dikenyangkan. Yesus menegur sikap mereka ini. Yesus tidak keberatan orang banyak itu mengikuti-Nya, tetapi jangan itu alasannya. Yesus membalikkan pola pikir mereka – ikut Yesus bukan sekadar untuk mendapatkan berkat, tetapi supaya bekerja keras mewujudkan hidup sebagaimana Sang Roti Hidup, Yesus sendiri. Mereka diajak untuk mengenal kasih, keadilan, kebenaran, dan damai sejahtera Yesus.

Yesus membandingkan hal tersebut dengan sikap Musa. Musa memberikan orang Israel roti supaya mereka kenyang. Namun, bagi Yesus setelah orang kenyang – secukupnya – mereka diajak untuk terlibat dalam karya-Nya membuat dunia yang haus akan kasih, kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera menjadi tercukupi. Menjadi salah kalau mengikut Yesus untuk mencari kepuasan pribadi saja – Tuhan akan menyediakan, percayalah! – tetapi mengikut Yesus adalah untuk menghadirkan Yesus di dunia yang haus akan kasih, kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera. Kenyang, tapi melupakan keempat hal tersebut – membiarkan dunia tetap dalam kondisi kehausan, tidak akan ada artinya. Perspektif atas makanan (roti) dari sorga itu diubah, dari makanan fisik menjadi makanan yang non fisik. Keduanya diberikan oleh Yesus. Maka panggilan para pengikutnya adalah memberikan makanan fisik dan non fisik itu bagi dunia sekitarnya.

Benang Merah Tiga Bacaan:

  1. Tuhan memberikan berkat kepada para pengikut-Nya, ukurannya jelas: cukup.
  2. Menerima berkat yang cukup saja tidak ada artinya jika seseorang tidak menghadirkan karya Allah di dunia.
  3. Menghadirkan karya Allah dilakukan dengan bersatu untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih, kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera.  

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan
Over Alle Bergen yang ditulis pada tahun 1951 itu mencatatkan perjumpaan Ds (Dominus – Pendeta) Drijo Mestoko dengan Ds DR BM Schuurman di Penjara Malang. Keduanya dipenjarakan Kenpeitai (polisi militer Jepang 1881-1945) karena dituduh sebagai mata-mata Belanda pada masa pendudukan Jepang di Nusantara. Kenpeitai selalu berusaha untuk memisahkan penjara mereka, sehingga mereka tidak sampai bertemu. Namun, atas kehendak Tuhan, 14 Juni 1945 mereka bertemu, dan perjumpaan tersebut sangat bermakna bagi Drijo Mestoko. Pesan Schuurman yang sedang sakit parah kepadanya adalah daerah misi di Jawa yang telah hancur harus dipulihkan bahkan dibuat lebih baik banyak lagi. Karya Tuhan tidak boleh berhenti.

Pendudukan Jepang mengguratkan sejarah kelam di GKJW, karena GKJW harus terbagi menjadi MA GKJW dan Raad Pasamuwan Kristen. Masing-masing kelompok berpegang pada pendapat mereka tentang bagaimana hidup di masa sulit pendudukan Jepang. Situasi krisis memang kerap menghadirkan tantangan dalam perjalanan iman seseorang atau sebuah kelompok. Namun, nyatanya baik para pendeta yang tetap bergabung di MA GKJW maupun Raad Pasamuwan Kristen sama-sama dipenjarakan oleh Jepang. Setelah Jepang kalah dan Indonesia merdeka, kedua kelompok ini kembali berangkulan. Dalam Sidang Majelis Agung yang diadakan pada tanggal 4-6 Agustus 1946 di Mojowarno, mereka menyatakan persatuan kedua kelompok ini kembali. Karenanya setiap tanggal 5 Agustus, di GKJW dirayakan Hari Pembangunan GKJW. Sedemikian pentingnya peristiwa itu, Perjamuan Kudus dilayankan bagi segenap jemaat untuk mengingat karya Tuhan yang menyatukan gereja ini untuk terus menyatakan karya Tuhan di dunia.

Isi
Situasi krisis kerap menghadirkan tantangan bagi iman seseorang. Demikian yang juga dialami oleh Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun. Mereka lapar dan kelaparan itu membuat mereka mengeluh kepada Musa dan Harun, “Lebih baik mati sebagai budak Mesir yang bisa makan kenyang daripada mengikut TUHAN dan mati kelaparan.” Ketika kita membutuhkan sesuatu yang memang benar-benar dibutuhkan untuk terjaminnya kehidupan kita, mintalah kepada Tuhan!

Kekhawatiran atas hidup itu membuat GKJW hampir terpecah di masa lalu. Para warga jemaat dan pendeta hidup di masa sulit, ketika segala hal terbatas. Secara khusus, kondisi para pendeta yang dipenjarakan pada masa pendudukan Jepang itu mengingatkan pada kisah Paulus yang dipenjarakan. Dalam masa sulit itu pikiran mereka tetap sama, jangan sampai krisis itu menghentikan karya Tuhan. Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat Efesus, Kolose, Filipi, dan kepada Filemon. Ds. Schuurman menitipkan pesan kepada Drijo Mestoko agar karya misi terus berjalan.

Namun, Tuhan menunjukkan perhatian sungguh-sungguh kepada orang-orang dalam krisis hidup mereka. Jadi jangan takut! Tuhan tidak diam dalam krisis kita. Dia adalah Allah yang peduli kepada umat-Nya. Lihatlah kisah di Gurun Sin hari ini, Tuhan mengirimkan burung puyuh dan manna bagi Israel. Lihatlah kisah GKJW, kelompok yang terpecah-pecah karena krisis itu kembali disatukan, dan karya Kristus melalui gereja kita, dengan segala dinamikanya, tetap terjadi di gereja kita hingga hari ini. Sekali lagi, jangan takut! Gusti mboten sare. Apa pun masalah Anda, Tuhan peduli. Tuhan tidak menahan berkat-Nya ketika umat-Nya benar-benar membutuhkan.

Namun, dalam bacaan Injil kita, Yesus melihat sebuah kisah lain: ketika seseorang sudah mendapatkan berkat, kadang orang berfokus pada berkat itu dan lupa kepada karya Sang Pemberi Berkat. Banyak orang lalu mengikut Tuhan supaya menjadi berkelimpahan. Dan ketika itulah Yesus mengatakan cukup. Kelimpahan kadang justru mengalihkan perhatian seseorang dari kasih, kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera dari Tuhan. Orang menjadi egois untuk melihat saudara-saudaranya yang mengalami masalah dan ketidakadilan dalam hidupnya karena hanya berorientasi pada semakin banyak dan banyak lagi menumpuk berkat. Berkat tidak lagi menjadi berkat, tetapi justru menjadi bencana bagi yang lain. Ada orang yang mencari berkat dengan mengakali orang lain. Untuk diri sendiri sebanyak-banyaknya, untuk orang lain kalau bisa sesedikit mungkin. Sumber-sumber berkat dikuasai, hingga hari ini untuk air saja orang harus membeli, kerap dengan harga mahal. Sumber-sumber berkat tidak dijaga tetap lestari, dampaknya banyak wilayah di Jawa Timur menjadi sangat rentan pada bencana banjir dan longsor. Bukan hanya bertindak tidak adil pada sesama manusia, tetapi juga kepada alam sebagai sesama ciptaan.

Karena itu, Yesus mengatakan kepada mereka, tidak perlu khawatir dengan lapar, jangan sekadar mengikut Yesus hanya karena mencari kenyang. Menjadi konsumen-konsumen iman yang ingin selalu dipuaskan. Laku hidup sebagai pengikut Kristus adalah berjalan bersama mewujudkan Sang Roti Hidup dalam keseharian. Membiasakan diri untuk memberlakukan kasih, kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera sejak dalam lingkungan terkecil. Lakukan itu bersama-sama, segala kasih karunia kita yang berbeda-beda mari kita satukan, kita arahkan untuk menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang memberlakukan keempat hal tersebut setiap hari. Menjadikan gereja kita gereja yang nyaman untuk semua orang yang ada di dalamnya, termasuk kepada orang-orang di luar kita. Sehingga hal tersebut juga menjadi kesaksian kita bagi dunia: orang-orang Kristen itu luar biasa. Mari mewujudkannya dalam pekerjaan kita, di dunia pergaulan kita, di mana Tuhan menempatkan kita. Hingga karya-Nya terus nyata dirasakan.

Perjamuan Kudus Hari Pembangunan GKJW ini paling tidak mengingatkan kita pada 3 hal:

  1. Jangan takut! Tuhan peduli! Dia memberikan berkat kepada para pengikut-Nya, dan ukurannya jelas, ambillah secukupnya. Karya-Nya itu nyata dalam sepanjang sejarah.
  2. Menerima berkat yang cukup saja tidak ada artinya jika seseorang tidak menghadirkan karya Allah di dunia.
  3. Menghadirkan karya Allah dilakukan dengan bersatu untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih, kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera.

Penutup
Tidak disangkakan, perjumpaan sehari semalam Drijo Mestoko dengan Schuurman itu menjadi perjumpaan terakhir mereka. Schuurman meninggal di rumah sakit penjara. Namun, pesannya kepada Drijo Mestoko jelas, dan pesan itu menggaung kepada kita hingga saat ini. Karya Allah tidak boleh berhenti! Amin! (Gide).

Pujian: KJ. 252 Batu Penjuru Gereja

Rancangan Khotbah: Basa Jawi

Pambuka
Over Alle Bergen ingkang dipun serat ing taun 1951 nyariosaken pepanggihan antawisipun Ds (Dominus-Pendhita) Drijo Mestoko kaliyan Ds DR BM Schuurman ing Penjara Malang. Kekalihipun dipun kunjara dening Kenpeitai (polisi militer Jepang 1881-1945) awit dipun anggep balanipun Bangsa Walandi ing mangsa Jepang. Kenpeitai tansah misahaken kekalihipun, nanging miturut rancanganipun Gusti, ing tanggal 14 Juni 1945, kekalihipun saged pepanggihan. Prekawis punika estu nyerat pesen penting kagem Drijo Mestoko. Schuurman ingkang nalika semanten gerah sanget paring pesen bilih misi Kristen ing Tanah Jawi kathah ingkang sampun ancur, misi punika kedah dipun pulihaken, malah-malah dipun dadosaken tansaya kathah. Pakaryanipun Gusti boten pareng kendel.

Mangsa Penjajahan Jepang dados mangsa ingkang awrat kangge GKJW, nalika punika GKJW kedah kabagi dados MA GKJW lan Raad Pasamuwan Kristen, awit saben kelompok nggadhahi pamanggih ingkang benten kados pundi gesang ing mangsa awrat penjajahan Jepang. Situasi krisis asring ndadosaken para tiyang pitados ngadepi tantangan iman. Nanging, nyatanipun para pendhita saking MA GKJW lan Raad Pasamuwan Kristen sami-sami kinunjara dening Jepang. Sasampunipun Jepang kawon lan Indonesia mardhika, kelompok kekalih punika manunggil malih. Patunggilan punika kalampahan ing Sidang Majelis Agung GKJW ing Mojowarno nalika tanggal 4-6 Agustus 1946. Awit punika saben tanggal 5 Agustus, GKJW mengeti Dinten Pembangunan GKJW. Saking pentingipun prekawis punika kangge lampahing pasamuwan, GKJW mengeti dinten punika mawi Bujana Suci, supados sedaya warganipun pasamuwan tansah enget bilih Gusti Allah tansah nganthi lan greja punika tansah enget dhumateng timbalanipun mujudaken pakaryanipun Gusti ing jagad.

Isi
Krisis asring manggihaken tiyang pitados kaliyan tantangan gesang imanipun. Prekawis punika ugi dipun alami dening bangsa Israel nalika wonten ing ara-ara samun. Para tiyang Israel punika ngendikan dhumateng Musa lan Harun, “Langkung sae pejah dados batur ing Mesir ingkang saged nedha ngantos wareg, tinimbang ndherek Gusti nanging ngantos keluwen.” Nalika kita ngalami krisis ing gesang kita, Gusti estu mengertos. Nalika kita estu mbetahaken, mangga sami matur dhumateng Gusti, mangga sami nyenyuwun, Gusti mirengaken.

Raos kuwatos ndadosaken GKJW meh kemawon pecah ing kala semanten. Kondisi ing wekdal punika estu ewet lan awrat kangge para warganipun GKJW lan para pendhita. Mliginipun, kangge para pendhita ingkan dipun kunjara, situasi punika ngengetaken dhumateng Rasul Paulus ingkang ugi dipun kunjara awit martosaken Injil. Ing mangsa ewet punika, sae para pendhita utawi Rasul Paulus ngugemi prekawis ingkang sami, sampun ngantos pakaryanipun Gusti Allah risak. Rasul Paulus nyerat kagem pasamuwan ing Efesus, Kolose, Filipi, lan dhumateng Filemon nalika wonten ing kunjara. Ds Schuurman titip pesen dhumateng Drijo Mestoko supados misi ing Tanah Jawi tansah lumampah.

Gusti Allah saestu nedahaken kaprihatosan dhumateng tiyang ingkang ngalami musibah. Gusti Allah kersa paring pitulungan. Awit punika sampun ajrih! Gusti Allah mboten mendel kemawon nalika kita ngalami krisis. Mangga mirsani pakaryanipun dhumateng umat Israel ing ara-ara samun punika, Gusti Allah ngintun puyuh lan manna kangge Israel. Mangga kita mirsani pakaryanipun Gusti Allah dhumateng GKJW, kelompok ingkang meh kewawon kapecah-pecah awit krisis punika katunggilaken malih. Pakaryanipun Gusti Allah tansah kita raosaken ing greja kita ngantos dinten punika. Awit punika, sepindhah malih: Sampun ngantos ajrih! Gusti mboten sare. Punapa kemawon masalah kita Gusti Allah tansah nggatosaken. Gusti Allah mboten badhe nilaraken tiyang ingkang estu mbetahaken, berkahipun badhe kaparingaken dhumateng umatipun ingkang ngalami kacingkrangan.

Ing waosan Injil, kita ugi kaengetaken dening Gusti Yesus. Sinten kemawon ingkang sampun nampi berkah, sampun ngantos namung ningali berkahipun nanging kesupen dhumateng ingkang sampun paring berkah. Awit punika dhawuhipun Gusti Yesus, Gusti Yesus ngandikan ‘sampun cukup!’. Berkah ingkang mawantu-wantu ngantos luber kadang malah ndadosaken tiyang mengo nindakaken katresnan, kaleresan, kaadilan, lan mujudaken tentrem rahayu. Kathah tiyang ingkang lajeng dados egois, namung mikiraken dhiripun piyambak, supe dhumateng tiyang sanes ingkang ugi mbetahaken. Nalika mekaten, berkah mboten dados berkah malih, malah dados bencana kangge tiyang sanes.

Wonten tiyang ingkang ngupados berkah kanthi ngakali tiyang sanes. Kangge piyambakipun saged ta numpuk berkah sakathahipun, nanging bagianipun tiyang sanes kedhik kemawon. Sumber-sumber berkah dipun kuwaosi, ngantos dinten punika, toya mawon tiyang kedah tumbas. Sumber-sumber berkah punika boten dipun jagi supados tansah lestantun, awit punika ing kathah wilayah Jawa Timur dados gampil sanget ngalami banjir lan longsor. Boten namung supe nindakaken katresnan lan tumindak adil dhumateng sesami manungsa, tiyang ugi tumindak awon dhumateng alam, sesami titah.

Awit punika Gusti Yesus ngendikan sampun ngantos kuwatos menawi urusan berkah, nanging sampun ngantos dados pendherekipun Gusti Yesus namung supados kaparingan berkah. Dados para konsumen iman ingkang tansah nyuwun dipun ladosi. Laku gesang para pendherekipun Gusti Yesus punika lumampah mujudaken gesang kados tuladhanipun Sang Roti Gesang. Ndadosaken gesang ingkang kebak katresnan, kaleresan, kaadilan, lan tentrem rahayu dados kebiasaan ing saben dinten, wiwit ing lingkungan paling alit. Mangga mujudaken prekawis punika sesarengan, nyatunggilaken manah supados saged kelampahan ing brayat kita, greja kita, gesang kita nyambut damel, pitepangan kita kaliyan tiyang sanes. Supados menawi tiyang ningali gesang kita, tiyang saged mastani: Jan tiyang Kristen punika gesange estu sae. Prekawis punika mangga kita wujudaken dados paseksen dhumateng iman kapitadosan kita supados pakaryanipun Gusti Allah tansah dipun raosaken dening jagad punika.

Awit punika ing Pambujanan Suci dinten Pembangunan GKJW punika kita kaengetaken ing tigang prakawis:

  1. Sampun kuwatos! Sampun ajrih! Gusti Allah kita punika nggatosaken umatipun. Ukuranipun jelas: cekap. Mangga kita sami pitados Gusti Allah badhe nyekapi gesang kita. Pakaryanipun estu nyata ing salaminipun gesangipun manungsa.
  2. Nampi berkah kemawon mboten cekap nalika kita mboten dherek mujudaken pakaryanipun Gusti ing jagad punika.
  3. Mangga kita sami mujudaken pakaryanipun Gusti ing gesang kita, kanthi sami nyatunggilaken manah mujudaken gesang ingkang kebak katresnan, kaleresan, kaadilan, lan tentrem rahayu.

Panutup
Mboten dipun nyana, pepanggihan sedinten sedalu antawisipun Drijo Mestoko lan Schuurman punika dados pepanggihan ingkang pungkasan antawisipun sakabat kalih punika. Schuurman ingkang sampun gerah sanget katimbalan dening Gusti ing griya sakit penjara. Nanging pesenipun dhumateng Drijo Mestoko estu cetha, lan pesen punika kalajengaken dhumateng kita sami: Pakaryanipun Gusti sampun ngantos mandeg! Amin! (Gide).

Pamuji: KPJ. 338 Greja Prasasat Baita

Renungan Harian

Renungan Harian Anak