Bersama Yesus Mengorbankan Kehormatan Khotbah Kamis Putih 28 Maret 2024

15 March 2024

Kamis Putih | Pekan Suci
Stola  Putih

Bacaan 1: Keluaran 12 : 1 – 4, 11 – 14
Mazmur: Mazmur 116 : 1 – 2
Bacaan 2: 1 Korintus 11 : 23 – 26
Bacaan 3:  Yohanes 13 : 1 – 17, 31b – 35

Tema Liturgis: GKJW Berkorban Bersama Yesus Mewujudkan Perdamaian
Tema Khotbah: Bersama Yesus Mengorbankan Kehormatan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Keluaran 12 : 1 – 4, 11 – 14
Bulan pertama dalam kalender Israel ditetapkan pada peristiwa Paskah, yakni keselamatan bangsa Israel dari tulah kematian di Mesir. Ketetapan ini menunjukkan betapa pentingnya peristiwa keselamatan itu. Keselamatan itu menjadi titik awal terbebasnya mereka dari perbudakan menuju kemerdekaan. Peristiwa keselamatan itu terjadi dengan pengorbanan darah anak domba yang tak bercacat. Setiap rumah yang pintunya mendapat olesan darah anak domba itu, semua penghuninya diselamatkan dari tulah kematian. Daging anak domba yang disembelih dan diambil darahnya itu kemudian dimakan dengan buru-buru.

Peristiwa makan domba Paskah itu dilakukan dengan berdiri. Sayur pahit dan roti tak beragi yang semua itu melambangkan situasi yang tergesa-gesa sebelum bangsa Israel meninggalkan Mesir dan dalam pengejaran Firaun. Roti tak beragi memberikan pemahaman bahwa saat itu waktunya sangat sempit, sehingga tidak mungkin menunggu adonan roti untuk mengembang setelah diberi ragi. Sayur pahit melambangkan kepahitan hidup bangsa Israel sebagai budak di tanah Mesir.

1 Korintus 11 : 23 – 26
Dalam perikop ini Paulus mengingatkan jemaat Korintus tentang makna perjamuan kudus, karena ada praktik yang salah dalam perjamuan bersama di antara warga jemaat Korintus yang tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan (Ay. 17). Idealnya, perjamuan Tuhan semakin menyatukan dan mengakrabkan, menjadi momen perjumpaan dalam persaudaraan dimana jemaat hidup saling berbagi dan saling meneguhkan, menumbuhkan solidaritas dan kasih sayang di antara warga jemaat. Tetapi yang terjadi malah perpecahan di dalan jemaat, karena satu dengan yang lain hanya mementingkan diri sendiri dan menganggap rendah yang lain. Hakikat kesatuan yang dibangun dalam perjamuan Tuhan, dimana setiap orang ambil bagian dalam tubuh dan darah Yesus yang satu dan sama menjadi hilang ketika setiap orang berlomba untuk menyantap persediaan makanan mereka sendiri tanpa peduli terhadap sesamanya yang kekurangan. Karena itulah, Paulus mengingatkan jemaat Korintus tentang arti perjamuan Tuhan, yakni bahwa di dalam perjamuan itu setiap kali memakan roti dan meminum anggur, jemaat mengenang pengorbanan Tuhan Yesus yang memberikan tubuh dan darah-Nya untuk menyelamatkan manusia.

Yohanes 13 : 1 – 17, 31b – 35
Yesus Kristus adalah model seorang pelayan. Dia memberi contoh tentang pribadi seorang pelayan yang bersedia untuk merendahkan diri dalam melayani para murid-Nya. Yesus melakukan pekerjaan seorang pelayan, yaitu membasuh kaki. Dia menempatkan diri pada posisi yang sangat rendah. Meskipun itu tidak lazim dilakukan oleh seorang guru, tetapi hal itu juga menjadi wujud kasih-Nya kepada para murid (Ay. 1). Dia rela melakukan apapun untuk pihak yang dikasihi-Nya. Meskipun pihak yang dikasihi itu ada yang tidak tulus mengasihi-Nya, melainkan mengkhianati-Nya, tetapi kasih Yesus tidak berubah. Dia tahu isi hati masing-masing murid-Nya, baik seperti Petrus yang tampak sangat mengasihi gurunya, ataupun yang seperti Yudas yang mengkhianati gurunya.

Pelayanan Tuhan Yesus membasuh kaki para murid-Nya menjadi teladan bagi para murid yang juga harus melayani Allah dan sesamanya. Kesediaan untuk merendahkan diri, berkorban menjadi seorang pelayan sesungguhnya tidak menjadikan Kristus rendah. Sebaliknya justru menjadikan Kristus dimuliakan, bahkan di hadapan Bapa-Nya (Ay. 31-32). Dengan merendahkan diri itu, Yesus mengorbankan kehormatan status-Nya sebagai Guru dan Tuhan. Itulah wujud kasih-Nya.

Di ayat 34-35, Yesus juga mengajarkan berkaitan dengan bagaimana mengasihi sesama. Ada hal yang baru, yaitu ketika para murid harus saling mengasihi, maka mereka harus meneladani kasih Yesus kepada mereka. Ini tentunya tidak mudah. Karena, kasih Kristus kepada mereka dijiwai dengan kerelaan untuk berkorban sampai mati dan juga melayani mereka. Perwujudan kasih yang seperti itulah yang menjadi penanda bagi para murid Yesus. Murid-murid Yesus akan dikenali oleh semua orang dari cara mereka mengasihi sesamanya, yaitu dijiwai oleh semangat berkorban dan melayani.

Benang Merah Tiga Bacaan
Ketiga bacaan di atas berbicara juga tentang pengorbanan. Bacaan 1 berbicara tentang kurban darah anak domba bagi keselamatan bangsa Israel. Bacaan 2 berbicara tentang pengorbanan Kristus bagi keselamatan, kesatuan, dan perdamaian yang dilambangkan dalam Perjamuan Kudus. Bacaan 3 berbicara tentang pengorbanan kehormatan Yesus Kristus dengan merendahkan diri membasuh kaki para murid-Nya.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing) 

Pendahuluan
Ada banyak orang yang menyatakan kasihnya kepada orang lain. Tetapi pada umumnya mereka ingin mendapatkan penghargaan, dihormati, dan dipuji. Apalagi jika penyataan kasihnya itu dilakukan dengan perjuangan dan pengorbanan yang besar. Orang menyatakan kasihnya justru untuk menunjukkan kehormatan dan kebesaran dirinya.

Namun demikian, ada juga orang besar dan mulia yang menyatakan kasihnya dengan rela merendahkan diri, dengan melakukan pekerjaan rendah. Dia merendahkan diri tidak untuk mendapatkan pujian, melainkan semata-mata untuk menyatakan kasihnya yang tulus suci. Dialah Tuhan Yesus Kristus junjungan kita.

Isi
Para murid Tuhan Yesus tahu keagungan dan kebesaran kasih-Nya kepada mereka dan bahkan kepada seluruh isi dunia. Mereka sudah beberapa kali diberitahu oleh-Nya bahwa Dia akan mengalami siksaan, mengorbankan tubuh dan darah-Nya sampai mati disalibkan karena kasih-Nya yang besar kepada mereka dan dunia. Pengorbanan-Nya adalah semata-mata untuk penyelamatan dan penyucian hidup orang-orang yang mau percaya kepada-Nya.

Menjelang bukti penyataan kasih-Nya yang besar dengan pengorbanan tubuh dan darah-Nya itu, Tuhan Yesus merendahkan diri di hadapan para murid-Nya. Dia melakukan pekerjaan seorang hamba, yaitu membasuh kaki para murid-Nya. Tuhan Yesus tahu dan para murid menyadari bahwa mereka -yang dilayani-Nya itu bukanlah orang-orang yang selalu baik, mereka bukanlah para rohaniwan, bukanlah orang-orang saleh dalam keagamaan. Memang mereka tahu dan mempercayai betapa sempurnanya kasih, pengajaran, dan pelayanan Guru dan Tuhan mereka itu. Tetapi mereka kadang bimbang imannya, kadang bertengkar, bahkan seorang di antara mereka akan mengkhianati-Nya. Di hadapan orang-orang rendah seperti itu Tuhan Yesus merendahkan diri-Nya (jeda sejenak!). Di hadapan kaki mereka, Tuhan Yesus jongkok dan menunduk (jeda sejenak!). Dia memegang dan membasuh kaki mereka yang kotor dan kemudian mengusapnya dengan kain lap di bahu-Nya. Tuhan Yesus merendahkan diri lebih rendah dari pada orang-orang rendah yang dilayani-Nya. Itu berarti Tuhan Yesus menghargai dan menghormati mereka.

Itulah salah satu bukti nyata kasih Tuhan Yesus kepada mereka. Dia masih akan menunjukkan bukti yang lebih besar dari kasih-Nya. Dia akan mengorbankan tubuh dan darah-Nya dalam penderitaan dan siksaan yang berat dan panjang. Pengorbanan tubuh dan darah-Nya adalah karena kasih-Nya. Pengorbanan-Nya adalah untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Pengorbanan-Nya adalah jalan pembebasan dari maut kekal karena dosa.

Penutup
Melalui hamba-hamba-Nya Tuhan Yesus tetap melayani saudara dan saya. Pelayanan Pendeta, Guru Injil, Penatua dan Diaken kepada saudara bukan hanya pelayanan mereka sendiri. Sadarilah dan pandanglah pelayanan mereka sebagai pelayanan Tuhan Yesus sendiri kepada saudara. Dengan pelayanan mereka itu, Tuhan Yesus dan mereka semua menghargai dan menghormati saudara. Dengan pelayanan mereka itu Tuhan Yesus dan mereka semua merendahkan diri di hadapan saudara. Oleh karena itu:

  1. Serahkanlah hidup saudara kepada Tuhan Yesus! Serahkanlah kerendahan, kelemahan, dan kekurangan serta kecemaran diri saudara kepada-Nya! Tuhan Yesus akan membasuh hidup saudara dengan darah-Nya sampai bersih dan suci.
  2. Rendahkanlah diri saudara di hadapan Tuhan dan di hadapan orang lain! Jangan sekali-kali menyombongkan diri! Tuhan tidak menyukai orang yang sombong.
  3. Marilah selalu saling menghargai dan menghormati serta melayani satu sama lain! Sehingga, kita bersama hidup rukun, damai dan bahagia.
  4. Marilah kita peduli dan membantu kelemahan dan kekurangan orang lain! Sehingga, kita bersama hidup cukup berimbang.
  5. Marilah kita bukti nyatakan kasih kita kepada Tuhan dan sesama!

Tuhan Yesus mengundang kita semua untuk menghayati keagungan dan kebesaran kasih-Nya yang dinyatakan melalui pengorbanan tubuh dan darah-Nya. Marilah kita bersama-sama datang bersekutu di rumah Tuhan untuk ambil bagian dalam Ibadah hari Jumat Agung besok. Mari kita resapi keagungan, kedalaman, dan kesempurnaan kasih pengorbanan-Nya di kayu salib bagi kita. Amin. [st]

 

Pujian:

  1. KJ. 33   Suara-Mu Kudengar
  2. KK.  138

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Wonten tiyang kathah ingkang nglairaken sih katresnanipun dhateng tiyang sanes. Nanging umumipun mbokmenawi kepingin pikantuk pangaji, dipun ajeni lan dipun alembana. Punapa malih menawi lairing katresnanipun punika dipun wujudaken kanthi pambudidaya lan pangurbanan ingkang ageng. Tiyang nglairaken sih katresnanipun malah kagem nedahaken kaurmatan lan kaagungan dhirinipun piyambak.

Ewasamanten, wonten priyantun agung lan mulya ingkang nglairaken sih katresnanipun kanthi lila ngasoraken dhiri, kanthi nindakaken pandamel ingkang asor. Panjenenganipun ngasoraken dhiri sanes kagem ngudi pangalembana, nanging namung saperlu nglairaken sih katresnanipun ingkang tulus suci. Priyantun punika inggih Gusti Yesus pepundhen kita.

Isi
Para murid-Ipun Gusti Yesus sami nyumurupi kaagungan lan agenging sih katresnanipun Gusti Yesus dhateng piyambakipun lan dhateng jagad saisinipun. Para murid punika sampun kaping sawatawis dipun dhawuhi dening Gusti Yesus bilih Panjenenganipun badhe ngalami pasiksan ngurbanaken Sarira lan Rahipun ngantos seda sinalib karana sih katresnanipun ingkang ageng dhateng para murid lan jagad. Pangurbananipun namung kagem milujengaken lan nucekaken gesangipun tiyang-tiyang ingkang purun pitados dhumateng Panjenenganipun.

Nalika badhe nedahaken bukti sih katresnanipun ingkang ageng lumantar pangurbanan Sarira lan Rahipun punika, Gusti Yesus ngasoraken dhiri ing ngajengipun para murid-Ipun. Panjenenganipun nindakaken pandamelanipun abdi, inggih punika mijiki sukunipun para murid. Gusti Yesus pirsa lan para murid ugi ngrumaosi bilih para murid ingkang dipun ladosi punika sanes tiyang-tiyang ingkang sae sanget, sanes para rohaniwan, sanes tiyang-tiyang mursid. Para murid punika pancen nyumurupi lan pitados saiba sampurnanipun sih katresnan, piwulang, lan paladosanipun Guru lan Gustinipun punika. Nanging para murid kadhang kala mangu-mangu imanipun, sok padu/tukaran, salah satunggalipun malah badhe ngiyanati Panjenenganipun. Ing ngajengipun tiyang-tiyang awon kados mekaten punika Gusti Yesus ngasoraken Dhirinipun (kendel sawatawis!). Ing ngajenging sukunipun tiyang-tiyang punika Gusti Yesus ndhodhok lan tumungkul (kendel sawatawis!). Panjenenganipun nggepok lan mijiki sukunipun tiyang-tiyang ingkang reged punika, lajeng ngusapi mawi kain lap ingkang wonten ing baunipun. Gusti Yesus ngasoraken Dhiri langkung asor tinimbang tiyang-tiyang asor ingkang dipun ladosi punika. Punika mratelakaken bilih Gusti Yesus ngajeni lan ngurmati tiyang-tiyang punika.

Punika salah satunggaling bukti nyata sih katresnanipun Gusti Yesus dhateng para muridipun. Panjenenganipun taksih badhe nedahaken bukti ingkang langkung ageng saking sih katresnanipun. Panjenenganipun badhe ngurbanaken Sarira lan Rahipun ing salebeting kasangsaran lan pasiksan ingkang awrat lan dangu. Pangurbanan Sarira lan Rahipun punika karana sih katresnanipun. Pangurbananipun punika kagem milujengaken saben tiyang ingkang pitados dhumateng Panjenenganipun. Namung pangurbananipun ingkang dados margining pangluwaran saking pepejah langgeng karana dosa.

Panutup
Lumantar para abdinipun, Gusti Yesus tetep ngladosi panjenengan lan kula. Paladosanipun Pendhita, Guru Injil, Pinisepuh lan Dhiaken dhateng panjenengan punika sanes namung paladosanipun tiyang-tiyang punika. Sami karaosna lan kawawasa paladosanipun tiyang-tiyang punika minangka paladosanipun Gusti Yesus pribadi kagem panjenengan. Kanthi paladosan punika, Gusti Yesus lan tiyang-tiyang punika sami ngajeni lan ngurmati panjenengan. Kanthi paladosan punika, Gusti Yesus lan tiyang-tiyang punika sami ngasoraken dhiri ing ngajeng panjenengan. Pramila saking punika:

  1. Kapasrahna gesang panjenengan dhumateng Gusti Yesus! Kapasrahna asor, ringkih, lan kakirangan sarta kanisthaning dhiri panjenengan dhumateng Panjenenganipun! Gusti Yesus badhe mijiki gesang panjenengan kalayan Rahipun ngantos resik lan suci.
  2. Kaasorna dhiri panjenengan ing ngarsanipun Gusti lan ing ngajenipun tiyang sanes! Ampun pisan-pisan ngegungaken dhiri! Gusti mboten remen dhateng tiyang ingkang kumenthus.
  3. Sumangga tansah ajen-ingajenan lan urmat-ingurmatan sarta lados-linadosan! Satemah, kita gesang sesarengan kanthi rukun, tentrem, lan bingah.
  4. Sumangga kita maelu lan mbiyantu karingkihan lan kakiranganipun tiyang sanes! Satemah, kita sedaya gesang kanthi imbang sawatawis.
  5. Sumangga kita bukti nyatakaken katresnan kita dhumateng Gusti lan sesami.

Gusti Yesus ngulemi kita sedaya ngraos-raosaken kaagungan lan agenging sih katresnanipun ingkang tetela wonten ing pangurbanan Sarira lan Rahipun. Sumangga kita sedaya sami rawuh tetunggilan ing padalemanipun Gusti ndherek ing pangibadah riyadi Jumat Agung mbenjing. Sumangga ngresepi agung, lebet, lan kasampurnaning sih pangurbananipun Gusti Yesus ing kajeng salib kangge kita. Amin. [st].

 

Pamuji: KPJ. 249   Abdining Sang Yehuwah

Renungan Harian

Renungan Harian Anak