Jumat Agung
Stola Merah
Bacaan 1 : Yesaya 52:13-15
Bacaan 2 : Ibrani 4:14-16
Bacaan 3 : Yohanes 19:1-16a
Tema Liturgis : Di balik penderitaan ada kemuliaan besar.
Tema Khotbah: Karena sengsara, Kristus dimuliakan.
KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 52:13-15
Nyanyian hamba Tuhan yang terakhir ini membicarakan penderitaan yang dialami hamba Allah karena ia mengemban tugas dari Allah. Bagian ps. 52:13-15 ini menyimpulkan bahwa hamba Allah ini harus mengalami direndahkan dan dihina sebelum ia ditinggikan dan dimuliakan. Hamba Allah ini mengalami penderitaan yang melebihi batas, sampai dia hampir tidak dikenali lagi sebagai manusia. Tetapi justru penderitaannya itulah keberhasilannya, karena membuat semua bangsa tercengang karena kerelaannya menanggung penderitaan mereka. Siapakah hamba Allah ini, yang telah menderita bahkan mati demi menyelamatkan umat yang dikasihi Allah dan bangkit mengalahkan kuasa dosa secara tuntas? Dalam Perjanjian Baru dan sampai sekarang hanya Yesus Kristus satu-satunya yang menggenapi Nyanyian Hamba Allah ini. Yesus Kristus sama sekali tak terlihat berusaha melakukan pembelaan diri-Nya.
Ibrani 4:14-16
Imam Besar Agung, maksudnya:
Pertama, Imam Besar yang jauh lebih agung daripada Harun, atau imam lain mana pun dari keturunan Harun. Keagungan Imam Besar kita ditonjolkan melalui kenyataan bahwa Dia telah melintasi semua langit. Kristus melaksanakan sebagian dari tugas keimaman-Nya di muka bumi dengan cara mati bagi kita. Karena itu, Ia bisa menyelamatkan sepenuhnya semua orang yang datang kepada Allah melalui Dia.
Kedua, Ia bukan saja seorang Imam Besar yang agung, tetapi juga pemurah, penuh rahmat, belas kasih, dan turut berbagi rasa terhadap umat-Nya. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (ay. Ibrani 4:15). Ia turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dengan Dia sendiri telah dicobai dengan segala kesukaran dan masalah.
Ketiga, Ia adalah Imam Besar yang tidak berdosa. Sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Ia dicobai oleh Iblis, tetapi berhasil lolos tanpa berbuat dosa.
Oleh karena keutamaan Imam Besar kita, maka kita harus terdorong untuk menghampiri takhta kasih karunia dengan penuh keberanian (ay. Ibrani 4:16). Di dalam takhta kasih karunia yang didirikanNya, Allah dapat menjumpai orang-orang berdosa yang malang dengan penuh kemurahan, dan mereka dengan penuh harap dapat menghampiri-Nya, sambil bertobat dan percaya. Di takhta itu, kasih karunia memerintah, dan bertindak dengan kebebasan, kuasa, dan kemurahan yang berdaulat.
Jabatan Kristus, sebagai Imam Besar kita, dan sebagai Imam Besar Agung, haruslah menjadi dasar keyakinan kita setiap kali kita menghampiri takhta kasih karunia. Seandainya kita tidak mempunyai seorang Pengantara, kita tidak akan bisa mempunyai keberanian untuk menghampiri Allah, sebab kita adalah makhluk yang berdosa dan cemar. Pengantara kita adalah Imam Besar kita itu. Kita memiliki keberanian untuk masuk ke tempat mahakudus oleh darah Yesus.
Yohanes 19:1-16a
Pilatus memerintahkan supaya Kristus disesah layaknya seorang penjahat (ay. 1). Pilatus, ketika melihat begitu murkanya orang-orang yang menyerahkan Tuhan Yesus itu, dan karena kecewa dengan kegagalan upayanya untuk mencoba membujuk mereka supaya melepaskan Dia, mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia, yang berarti ia menyuruh orang-orang bawahannya supaya melakukan itu.
Biasanya, penyesahan yang dilakukan oleh bangsa Romawi amatlah kejam dan tidak terbatas, berbeda dengan penyesahan di antara kaum Yahudi yang dibatasi hanya sebanyak empat puluh pukulan. Meskipun demikian, Kristus rela menanggung semua hinaan dan kesakitan ini. Pilatus menyerahkan Kristus ke tangan para prajuritnya untuk diolok-olok dan dipermainkan seperti seorang dungu (ay. 2-3): Para prajurit, yang merupakan pengawal sang wali negeri itu, memakaikan mahkota duri di atas kepala-Nya. Mahkota yang demikian mereka pikir paling pantas dipakai oleh seorang raja seperti itu. Mereka juga memakaikan sebuah jubah ungu di tubuh-Nya, yaitu sebuah jubah rombeng yang berwarna ungu, yang mereka anggap cukup pantas untuk menjadi pakaian kebesaran-Nya. Lalu, mereka menyerukan bagi-Nya, “Salam, hai raja orang Yahudi” dan kemudian mereka menampar muka-Nya. Bagi mereka, peristiwa itu tidak ubahnya seperti sebuah pertunjukkan di musim pesta.
Dia menanggung malu karena jubah rombeng dan ejekan mereka yang berseru, Salam, hai raja orang Yahudi! Tuhan Yesus menderita di hati karena tindakan Pilatus yang tidak adil dan sok kuasa. Pilatus tidak menemukan kesalahan pada diri Tuhan Yesus tetapi dia menyerahkan Dia untuk disesah, dan bahkan akhirnya untuk disalibkan. Pilatus merasa berkuasa atas Kristus untuk menyalibkan atau melepaskanNya dari hukuman.
Mereka begitu bernafsu hendak menindas Kristus dan berseru, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Mereka tidak peduli dengan pandangan Pilatus bahwa Yesus tidak bersalah. Mereka tidak peduli atau tidak mau mengerti usaha Pilatus untuk melepaskan Yesus. Bahkan mereka mengancam Pilatus, jika dia sampai melepaskan Yesus.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Penderitaan Kristus dalam bacaan 1 dan 3 menjadi korban yang agung dari seorang Imam untuk keselamatan umat manusia. Karena korbanNya yang agung itu, Dia disebut sebagai Imam Besar yang Agung (bacaan 2).
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan… bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Penderitaan yang sangat besar dan berat. Itulah yang dialami oleh orang yang melakukan pekerjaan besar dan berat seorang diri sampai tuntas di tempat yang sulit, medan yang berat dan pada kondisi sosial yang brutal/ rusak.
Isi
Itulah penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus. Dia mengalami penderitaan hebat pada tubuhNya dan dalam hatiNya. Dia disesah oleh prajurit Romawi. Penyesahan orang Romawi lebih kejam dari pada penyesahan menurut hukum Yahudi. Menurut hukum Yahudi, penyesahan itu dilakukan dengan mencambuk terpidana sebanyak maksimum 40 kali/ cambukan. Sedangkan menurut hukum Romawi, penyesahan itu dilakukan dengan cambuk bergerigi dengan tanpa batas. Karena itu, digambarkan bahwa tubuh Tuhan Yesus berbilur-bilur hancur.
Selain disesah atau dicambuk, kepala Tuhan Yesus dipasangi anyaman ranting-ranting berduri. Tentu duri-duri itu menusuk-nusuk kulit kepalaNya. Sehingga, dari kepalaNya mengucur darah segar yang suci. Dengan kepala sedang tertusuk duri dan tubuh berbilur-bilur itu, Dia ditampar. Diam tak bergerak saja sudah menderita sakit oleh tusukan duri-duri dan bilur-bilur di tubuhNya, masih ditambah dengan tamparan. Tentu tindakan itu menambah siksaan yang lebih besar.
Anyaman ranting-ranting berduri itu, selain menyiksa juga merupakan penghinaan, karena anyaman ranting-ranting berduri dianggap sebagai mahkota raja. Tuhan Yesus dipandang sebagai Raja yang rendah dan hina, dan patut untuk disiksa. Tuhan Yesus tentu juga nalangsa (seih) melihat sikap Pontius Pilatus yang tidak tegas. Dia tidak menemukan kesalahan pada diri Tuhan Yesus, tetapi dia memerintahkan prajuritnya untuk menyesah Tuhan Yesus. Pilatus merasa sok kuasa, merasa berkuasa membebaskan atau menyalibkan Dia. Tindakannya menyimpang jauh dari keadilan. Tuhan Yesus tentu juga nlangsa melihat orang banyak mengolok-olok Dia tanpa dasar. Tidak ada orang yang punya rasa hormat atau belas kasihan.
Tuhan Yesus rela menanggung penderitaan itu semua demi keselamatan kita dan semua orang yang mau percaya kepadaNya. Dengan kerelaanNya menanggung penderitaan itu, Tuhan Yesus menggenapi nubuat Nabi Yesaya dalam bacaan 1 tadi (Yes. 52:13-15). Dialah Hamba Allah yang melakukan pekerjaan penyelamatan Allah untuk seluruh umat manusia. Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang sangat besar karena pekerjaan itu adalah pekerjaan menyelamatkan seluruh umat manusia. Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang sangat berat karena semua umat manusia yang diselamatkanNya itu adalah manusia berdosa, tidak ada yang tidak berdosa, termasuk kita. Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang sangat berat karena terjadi di dunia, dalam kehidupan sosial yang brutal, rusak parah. Sekalipun demikian, pekerjaan itu dikerjakanNya dengan sukses, berhasil diselesaikanNya dengan sempurna.
PenderitaanNya menjadi korban kepada Allah demi keselamatan kita. Dia menjadi Imam Besar kita yang Agung. Artinya, dengan perantaraan Dia kita bisa hidup dekat dan bersama dengan Allah yang maha suci. KorbanNya adalah korban yang sempurna, karena mempersembahkan seluruh hidupNya sendiri, bahkan sampai pada kematianNya. Yang dipersembahkan adalah sepenuh hidup yang dijalaniNya dalam kesucian tanpa dosa, dan kematianNya yang dialami dengan penderitaan yang tiada batas. penderitaanNya adalah penderitaan yang sempurna. Korban persembahanNya kepada Allah adalah korban yang sempurna. Karena itu, anugerah keselamatan yang diberikan kepada kita adalah sempurna juga.
Keselamatan kita diawali dengan pengampunan terhadap segala dosa kita dengan penderitaanNya. Ya, dengan penderitaan yang sangat berat Tuhan kita Yesus Kristus memberikan pengampunan kepada kita. Artinya, pengampunan yang diberikan kepada kita bukanlah anugerah yang gampangan, bukan yang mudah apalagi murah. PengampunanNya bagi kita diperjuangkan dengan penderitaan yang hebat. Hukuman dosa kita semua, yaitu penderitaan, tidak ditimpakan kepada kita, tetapi ditanggungNya sendiri. PengampunanNya bagi kita sungguh sangat mahal, amat sangat berharga. PengampunanNya diteruskan dengan penyucian oleh darahNya. Hidup kita yang cemar oleh dosa disucikanNya, dibasuhNya sampai bersih sempurna dengan darahNya yang suci tanpa cacat.
Tentunya kita menyadari dan mengakui bahwa anugerahNya bagi kita sungguh agung tiada batas. Tetapi kita sering kurang mensyukuri dan menghargai pengampunanNya yang sangat mahal dan agung itu. Kita seenaknya menjalani hidup kita. Kita tidak serius mengendalikan sikap dan perilaku kita. Kita tidak sungguh-sungguh menjaga kesucian hidup kita. Kita tidak serius dan tidak sungguh-sungguh melakukan itu, karena kita terlalu mudah merasa dan menganggap bahwa mengendalikan diri dan menjaga kesucian kita itu sangat sulit, itu butuh perjuangan keras, itu menyengsarakan. Kita lupa bahwa pengampunan dosa dan penyucian hidup kita memang dianugerahkan dengan perjuangan dan bahkan penderitaan yang hebat. (Akan sangat baik jika kemudian ditayangkan potongan film kesengsaraan salib Kristus, kurang lebih 5 menit)
Penutup
Tentunya kita sangat terharu jika mengingat dan merasa-rasakan penderitaan Tuhan kita Yesus Kristus. Namun kita tentu juga seharusnya sangat bersyukur atas pengampunan, penyucian dan keselamatan yang diberikan kepada kita dengan penderitaanNya itu. Sejauh mana dan sehebat apa kerelaan kita menderita demi kebaikan pihak lain? Karena penderitaanNya, Kristus dimuliakan. Di manakah kemuliaan kita? [st]
Nyanyian: KJ. 166:1-3
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Kasangsaran ingkang ageng lan awrat. Menika ingkang dipun alami dening tiyang ingkang nindakaken pakaryan ageng lan awrat piyambakan ngantos tuntas ing kawontenan ingkang ewet, ing papan ingkang rekaos lan ing kawontenaning masarakat ingkang risak lan worsuh.
Isi
Lah kados mekaten kasangsaran ingkang dipun alami dening Gusti Yesus Kristus. Panjenenganipun ngalami kasangsaran ingkang linangkung ing sariranipun dalah ing salebeting manahipun. Gusti Yesus dipun pecuti dening prajurit Rum. Pidana pecut ingkang kapatrapaken dening tiyang Rum langkung bengis tinimbang pranatanipun tiyang Yahudi. Miturut pranatan Yahudi, pidana pecut menika dipun tindakaken paling kathah 40 pecutan. Dene miturut pranatan Rum, pidana menika ngginakaken pecut ingkang wonten pentholan-pentholan landhep lan dipun patrapaken tanpa wates kathahipun. Pramila saking menika, kagambaraken bilih sariranipun Gusti Yesus ngantos mbilur-mbilur ajur.
Kejawi dipun pecuti, mestakanipun Gusti Yesus ugi dipun pasangi nam-naman rèncèk ingkang kebak eri. Tamtu eri-eri menika nyublesi kulit mestakanipun Gusti Yesus. Temahan, saking mestakanipun mili rah ingkang gesang lan suci. Ing kawontenan mestaka cinubles-cubles eri sarta sarira ingkang mbilur-mbilur, Gusti Yesus dipun kamplengi. Mèndel kemawon tanpa obah sampun siniksa karana eri-eri ingkang mancep, menika taksih dipun kamplengi. Tumindak menika tamtu saya nambahi pasiksan ingkang langkung sakit.
Nam-naman eri menika kejawi nyiksa mestakanipun, ugi dados wujuding pangina karana kaanggep minangka makutha ratu. Gusti Yesus kaanggep Ratu ingkang asor lan nistha, pramila pantesipun dipun makuthani eri lan dipun siksa. Gusti Yesus tamtu ugi nalangsa karana sikapipun Pontius Pilatus ingkang boten jejeg. Piyambakipun ngandika boten manggihaken kalepatanipun Gusti Yesus, nanging piyambakipun mrentah prajuritipun kinen mecuti Gusti Yesus. Piyambakipun rumaos kumawasa, rumaos kwaos ngluwari utawi midana salib dhateng Gusti Yesus. Tumindakipun nalisir tebih saking tatananing kaadilan. Gusti Yesus tamtu ugi nalangsa dene tiyang kathah sami moyoki Panjenenganipun tanpa wewaton/ dhasar. Boten wonten tiyang ingkang nggadhahi raos urmat lan welas.
Gusti Yesus lila nanggel kasangsaran menika sedaya murih kawilujengan kita lan sedaya tiyang ingkang purun pitados dhumateng Panjenenganipun. Srana anggenipun lila nanggel kasangsaran menika, Gusti Yesus mujudi (menggenapi) pamecanipun Nabi Yesaya ing waosan 1 kalawau (Yes. 52:13-15). Inggih Panjenenganipun menika Abdinipun Allah ingkang nindakaken pakaryan karahayonipun Allah tumrap sedaya umat manungsa. Pakaryan menika dados pakaryan ingkang ageng karana pakaryan menika pakaryan milujengaken sedaya umat manungsa. Pakaryan menika dados pakaryan ingkang awrat sanget karana sedaya umat manungsa ingkang dipun wilujengaken menika manungsa ingkang kebak dosa, boten wonten ingkang boten dosa, kalebet kita. Pakaryan menika dados pakaryan ingkang awrat sanget karana pakaryan menika dumados ing donya, ing pigesanganing sosial yang brutal, risak sanget. Nadyan mekatena, pakaryan menika dipun lampahi dening Gusti Yesus ngantos kasil lan dipun rampungi kanthi sampurna.
Kasangsaranipun Gusti Yesus dados kurban konjuk dhumateng Allah murih kawilujengan kita. Panjenenganipun jumeneng Imam Agung tumrap kita. Tegesipun, lumantar Panjenenganipun kita saged gesang cecaketan lan tetunggilan kaliyan Gusti Allah ingkang maha suci. Kurbanipun Gusti Yesus dados kurban ingkang sampurna, karana ngurbanaken sawetahing gesangipun piyambak, malah ngantos sasedanipun. Ingkang dipun kurbanaken inggih menika sawetahing gesangipun ingkang dipun lampahai ing kasucen tanpa dosa, lan sedanipun ingkang dipun alami kanthi kasangsaran ingkang tanpa wates. Kasangsaranipun dados kasangsaran ingkang sampurna. Kurban pisungsungipun dhumateng Allah dados kurban ingkang sampurna. Pramila, kanugrahan karahayon ingkang dipun paringaken dhateng kita ugi sampurna kawontenanipun.
Kawilujengan kita kawiwitan srana pangapunten tumrap sedaya dosa kita klayan kasangsaranipun. Saestu inggih kanthi kasangsaran ingkang awrat menika, Gusti Yesus paring pangapunten dhateng kita. Dados, pangapunten ingkang dipun paringaken dhateng kita menika sanes kanugrahan ingkang gampil, sanes kanugrahan ingkang mirah. Pangapuntenipun Gusti kangge kita menika diperjuangkan kanthi kasangsaran ingkang hebat. Paukumaning dosa kita sedaya, nggih menika kasangsaran, boten kapatrapaken dhateng kita, nanging dipun tanggel piyambak dening Gusti Yesus Kristus. Pangapuntenipun kangge kita saestu aji sanget, awis sanget. Pangapuntenipun kalajengaken kalayan pasucen srana rahipun ingkang suci. Gesang kita ingkang jembrek, reged sanget karana dosa, dipun sucekaken, dipun wisuhi ngantos resik sampurna boten ngagem toya lan sabun, nanging srana rahipun Gusti Yesus piyambak ingkang suci tanpa cacad.
Tamtu kita ngrumaosi lan ngakeni bilih kanugrahanipun Gusti kangge kita saestu agung tanpa wates. Nanging kita asring kirang ngajeni lan kirang mensyukuri pangapuntenipun ingkang aji lan agung sanget menika. Sasekecanipun kita nglampahi gesang kita. Kita boten serius, boten temen-temen ngendhaleni sikap lan pratingkah kita. Kita boten temen-temen njagi kasucening gesang kita. Kita boten temen-temen nindakaken menika, karana kita gampil sanget rumaos lan nganggep bilih ngendhaleni diri lan njagi kasucen menika ewet sanget, mbetahaken perjuangan keras, menika nyangsarakaken. Kita kesupen bilih pangapuntening dosa lan panyucening gesang kita menika pancen kaparingaken kanthi perjuangan lan kasangsaran ingkang awrat sanget. (prayogi menawi lajeng dipun tayangaken potongan film kasangsaranipun Gusti Yesus sinalib, kirang langkung 5 menit)
Panutup
Tamtu kita rumaos trenyuh sanget ningali/ ngengeti lan ngraos-raosaken kasangsaranipun Gusti kita Yesus Kristus. Nanging kita tamtu ugi ngunjukaken panuwun dhumateng Gusti atas pangapunten, panyucen lan karahayon ingkang dipun paringaken dhateng kita kanthi kasangsaranipun menika. Nanging, ngantos kados menapa lilaning manah kita ngalami kasangsaran murih kasaenaning pihak sanes? Karana kasangsaranipun, Sang Kristus kamulyakaken. Ing pundi kamulyan kita? [st]
Pamuji: KPK. 246:1,2.