Kasih Yang Menimbulkan Keberanian dan Percaya Khotbah Paskah 1 April 2018

19 March 2018

Paskah
Stola Putih

Bacaan 1           : Kisah Para Rasul   10 : 40 – 43
Bacaan 2           : I Korintus 15 : 1 – 11
Bacaan 3           : Yohanes   20 :  1 – 10

Tema liturgis    : Kristus Bangkit, Percaya dan bersaksilah
Tema Khotbah:  Kasih yang menimbulkan keberanian dan percaya

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Kisah Rasul 10 : 40 – 43

Ayat ini bagian dari khotbah Petrus kepada Kornelius, yang menjelaskan tentang siapa sesungguhnya Yesus itu. Petrus menjelaskan bahwa Yesus yang telah mati di kayu salib, dikuburkan, telah dibangkitkan oleh Allah pada hari ketiga. Kenyataan akan kebangkitanNya  bahwa Ia menampakkan diri kepada saksi-saksi yang ditunjuk Allah, yang makan dan minum bersama Dia, setelah kebangkitanNya. Ini menekankan realitas kebangkitanNya secara tubuh.

Kemudian menugaskan Petrus dkk, memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati (Dan. 7:9) dan Nabi-Nabi di Perjanjian Lama bersaksi (Yes 53), bahwa barangsiapa percaya kepadaNya akan mendapat pengampunan dosa.

 

I Korintus 15 : 1 – 11

Peristiwa kebangkitan merupakan ajaran yang asasi bagi Kekristenan. Menyangkal kebangkitan Kristus dari antara orang mati (15:12) berarti  meniadakan seluruh makna Injil. Paulus menegaskan kembali hal-hal yang asasi  bagaimana kebangkitan Kristus mewujudkan suatu bagian yang pasti dari Injil itu (ayat 1 – 11) dan bahwa kebangkitan Kristus itu mencakup kebangkitan orang Kristen ( 12 – 34).

Paulus mengingatkan hal-hal yang asasi yang dari Injil itu, kebenaran yang menjadi pokok pemberitaannya dan menjadi satu-satunya dasar keselamatan sebagai orang Kristen.

Apa yang terjadi atas diri Yesus semuanya sesuai dengan Kitab Suci, (bukan berasal dari manusia), melainkan adalah peristiwa-peristiwa obyektip tentang Kristus Allah, yang sudah sejak lama dijanjikan oleh Allah dan yang sudah dipenuhi secara historis. Inilah yang terjadi : kematian, penguburan, pembangkitan; dan sebab-sebabnya karena dosa-dosa kita. Bahwa Ia dikuburkan dan tidak bangkit hingga pada hari ketiga menekankan bahwa Yesus sungguh-sungguh mati dan tidak hanya pingsan. Bukti kebangkitanNya, ia menampakan diri kepada Kefas, kemudian 12 murid, kepada lebih dari 500 saudara sekaligus, kepada Yakobus, saudara Yesus yang belum percaya pada waktu pelayanan Yesus(Yohanes 7:5), yang kemudian bertobat sesudah kebangkitan (Kis 1:14) dan menjadi tokoh Jemaat Yerusalem ( Gal 2:9); yang terakhir kepada Paulus. Semuanya itu bagi Paulus semata-mata kasih karunia Allah : hidupnya sebagai Kristen, pelayanan kerasulannya dan caranya ia dicakapkan/dimampukan untuk bertahan dalam pekerjaannya. Semuanya ini juga bukti bahwa Kristus benar-benar bangkit sekaligus satu-satunya dasar bagi penyerahan diri yang menentukan kepada iman.

 

Yohanes 20 : 1 – 10

Yohanes sengaja memilih hanya beberapa pristiwa diceritakan untuk menerangkan beberapa pelajaran rohani yang dapat digali dari fakta kebangkitan.

Ayat 1 Ketika hari masih gelap pergilah Maria Magdalena ke kubur itu – dialah yang pertama-tama tiba di kubur.

Ayat 2 kami tidak tahu di mana Ia diletakkan. Kata kami menunjukkan Maria mengikutsertakan perempuan-perempuan yang lain yang ikut pergi ke kubur, menurutnya bahwa mereka tidak lebih mengerti daripada dia.

Ayat 3-8 Yohanes menceritakan peristiwa kebangkitan ini dengan cara yang hidup, betapa murid yang lain mendahului Petrus tetapi dia tidak masuk ke dalam, dia melihat kain kapan terletak di tanah. Petrus menyusul dia, masuk ke dalam, melihat kain kapan terletak di tanah, kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus  tidak terletak dekat kain kapan itu, agak disamping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Masuklah murid yang lain melihatnya dan percaya. Dia menafsirkan apa yang dilihatnya, kemudian percaya. Iman disini merupakan tanda seorang saksi mata dan murid yang lain ini tahu saat yang tepat untuk beriman.

Bahwa pengertian akan Kitab Suci tidak datang , bahkan kepada para murid, hingga sesudah kebangkitan, itupun terjadi secara berangsur-angsur.

 

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Kebangkitan Kristus sebuah fakta yang menyejarah, sebuah realita yang benar-benar ada dan terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Peristiwa kebangkitan ini  merupakan salah satu perwujudan kasih Allah yang dianugerahkan kepada manusia, yang menimbulkan keberanian untuk percaya termasuk keberanian bersaksi dan percaya kepada Allah termasuk percaya diri.

 

RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan bisa dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat)

Pendahuluan

Ada sebuah pengalaman nyata yang dialami oleh sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk asmara. Alkisah di sebuah desa terpencil disuatu malam  yang gelap disertai hujan yang rintik-rintik dan sepi, ada seorang jejaka yang berjalan sendirian melewati sawah-sawah, menyeberang sungai, menuju ke rumah sang kekasih yang jaraknya cukup jauh. Dengan berbekalkan obor si jejaka ini terus berjalan dan berjalan, akhirnya sampai juga di rumah sang kekasih pujaan hatinya.

Sang jejaka ini memiliki keberanian dan rasa percaya, termasuk percaya diri karena kasih dan  cintanya kepada si gadis pujaan hatinya. Kasih yang mengusir rasa takut, kasih yang menimbulkan keberanian dan kasih juga yang menimbulkan rasa percaya kepada Tuhan termasuk rasa percaya diri.

Isi

Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam karyaNya di dunia ini mulai dari kelahiranNya sampai dengan kenaikan ke Surga serta kedatanganNya kedua kali menunjukkan betapa Dia mengasihi dunia dengan segala isinya (Yoh 3:16). Dia dengan penuh kerelaan hati menyerahkan dirinya mati di kayu salib, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya memperoleh pengampunan dosa (Kis Ras 10:43) dan melalui kebakitanNya dari antara orang mati, melalui hidupnya kita akan hidup juga oleh Dia(Rum 5:8)

Masalahnya adalah, apakah saya dan panjenengan semua masih meimiliki keyakinan akan kebangkitan Kristus ? Atau sudah mulai ragu-ragu dan meragukan fakta kebangkitan Kritus ? Mangga mangga saja. Tetapi yang jelas Alkitab memberikan kesaksian bahwa kebangkitan Kristus sebuah fakta sejarah.

Dalam bacaan pertama, Petrus bersaksi bahwa Yesus dibangkitkan oleh Allah pada hari ketiga dan menampakan diri kepada saksi-saksi yang telah ditunjukNya, yang makan dan minum bersama Dia setelah kebangkitanNya.

Dalam bacaan kedua, Palulus besaksi, bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah menampakan diri kepada Kefas, kedua belas murid, lima ratus saudara sekaligus, Yakobus, dan terakhir kepada Paulus.

Dalam bacaan ketiga, Yohanes bersaksi berdasar apa yang dialami oleh Maria Magdalena, Petrus dan terlebih yang dialaminya sendiri, tentang fakta atau realita kebangkitan Kristus, sbb:

  • Batu telah diambil dari kubur
  • Kubur kosong
  • Kain kafan terletak di tanah
  • Kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus, tidak terletak dekat dengan kain kafan agak di samping di tempat lain dan sudah tergulung.

Begitulah fakta atau realita kebangkitan Kristus, sebuah peristiwa yang menyejarah dalam kehidupan manusia., yang semuanya terjadi sesuai dengan Kitab Suci (waosan 2). Realita kebangkitan Kristus ini salah satu bukti kasih Allah diantara sekian banyak bukti yang lain. Kasih Allah ini yang menimbulkan keberanian Maria Magdalena, utuk pergi kekubur di pagi-pagi buta, tanpa mempedulikan resiko/akibat apa yang akan dijumpai/diterima yang penting bagi Maria Magdalena bertemu dengan Yesusnya. Kasih Allah ini juga yang menimbulkan Maria Magdalena memiliki rasa percaya termasuk percaya diri. Maria contoh yang baik sekali dari seorang yang tetap mengasihi dan percaya walaupun ia tidak bisa mengerti semuanya, dan itulah kasih dan iman yang akhirnya akan menerima kemuliaan. Bagaimana dengan kita ?

Kasihnya kepada Allah yang membuat Yohanes ingin mengetahui lebih dalam realita kebangkitan Kristus dan dengan ini ia menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar telah bangkit, apa yang ia telah lihat dengan mata kepalanya sendiri itulah yang memberi keyakinan kepadanya.

Demikian juga halnya dengan Petrus, kasihnya kepada Allah juga, yang membuat Petrus ingin mengetahui lebih dalam dan lebih dalam lagi fakta kebangkitan Kristus dan atas perkenan Tuhan dia diijinkan untuk mengetahui lebih dalam. Jangan jadi Kristen “inguk-inguk” tetapi jadilah Kristen yang ingin mengetahui lebih dalam, jadilah Kristen “tenanan”.

Dalam cerita ini kasih memainkan peranan yang luar biasa. Maria yang sangat mengasihi Yesus, adalah orang yang pertama sampai di kubur. Yohanes, murid yang dikasihi Yesus dan mengasihi Yesus, adalah orang pertama yang percaya akan kebangkitan. Itulah yang selalu merupakan kemuliaan bagi Yohanes. Dialah yang pertama mengerti dan percaya. Kasih memberi kepadanya mata untuk membaca tanda-tanda dan pikiran untuk mengerti. Kasih dapat menangkap kebenaran, di mana intelek hanya tinggal bisa meraba-raba saja dengan tidak memberi kepastian. Kasih dapat menyadari makna suatu hal di mana riset(penelitian) tidak dapat melihat sama sekali.

Pernah seorang pelukis muda membawa gambar Yesus kepada Dore untuk diminta penilaiannya. Dore agak lambat dalam memberikan penilaiannya, akan tetapi akhirnya ia memberikannya dalam suatu kalimat, “Kau tidak mencintai Dia, kau dapat melukis Dia lebih baik jika kau mencintainya.”. Kita tidak dapat mengerti Yesus atau menolong orang lain untuk mengerti dan mengasihi Dia, kecuali jika kita membawa hati kita dan akal budi kita kepada-Nya.

Penutup

Demikianlah tinggal tiga hal : iman, pengharapan dan kasih. Tetapi yang terbesar diantaranya adalah kasih. Kasih yang menimbulkan keberanian, termasuk didalamnya keberanian untuk percaya dan bersaksi. Kasih yang menimbulkan percaya, termasuk didalamnya rasa percaya diri. Amin (SS)

Pujian: KJ. 188 : 1,2,5

RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi

Pambuka

Wonten kasunyatan ingkang nyata ingkang dipun alami dening nem-neman jaler estri, ingkang nembe kasmaran. Kacarios wonten desa ingkang kepencil tebih ler lan kidul, ing satunggaling dalu ingkang peteng kinentenan gerimis lan sepen, wonten satunggaling jaka ingkang lumampah piyambakan nglangkungi sawah-sawah, nyabrang lepen, lumampah tumuju dateng griyanipun wanodya/perawan ingkang dipun tresnani, papan padununganipun tebih.

Kanthi mbekta obor, priya ingkang taksih lajang menika lumampah, terus lumampah, wusananipun dumugi ing griyanipun sang wanodya/perawan, sang kekasih, ingkang dados gegantilaning manahahipun.

Priya ingkang taksih lajang menika nggadahi kekendelan lan raos pitados, kalebet raos percaya diri karana katresnanipun dateng sang wanodya/prawan ingkang dipun tersnani. Katresnan ingkang nundung raos ajrih, katresnan ingkang nuwuhaken kekendelan, lan ktresnan ugi ingkang nuwuhaken raos pitados dateng Gusti lan raos percaya diri.

Isi

Menapa ingkang katindakaken dening Gusti Yesus ing jagad menika, wiwit  wiyosipun ngantos dumugi mekradipun dateng swarga lan rawuhipun ingkang kaping kalih, nedahaken saiba Panjenganipun ngasihi dateng jagad dalah saisinipun (Yok 3:16). Panjenenganipun kanthi legawa masrahaken sariranipun seda sinalib, supados saben tiyang ingkang pitados dateng Panjenenganipun nampeni pangapuntening dosa (Para Ras. 10:43), lan lumantar wungunipun saking antawisipun tiyang pejah, lumantar gesangipun kita derek gesang (Rum 5:8).

Sumangga kita sami pitaken dateng diri kita piyambak-piyambak, menapa kita taksih nggadahi kapitadosan utawin taksih pitados bilih Gusti Yesus estu-estu wungu ? Utawi wiwit rangu-rangu ? Mangga-mangga kemawon. Ananging ingkang cetha Kitab Sucinipun tiyang Kristen atur paseksi bilih Gusti Yesus estu-estu wungu. Bilih wungunipun Gusti Yesus menika kedadosan ingkang nyata wonten ing sejarahing jagad menika.

Wonten ing waosan ingkang kaping sepisan, Petrus atur paseksi bilih Gusti Yesus kawungokaken dening Gusti Allah ing tigang dintenipun saking antawisipun tiyang pejah lan ngetingalaken sarioranipun dateng para seksi-seksi ingkang sampun kapiji, ingkang neda lan ngunjuk sesarengan kaliyan Panjenenganipun, sesampunipun wungunipun Gusti Yesus.

Wonten ing waosan ingkang kaping kalih, Rasul Paulus atur paseksi, bilih Gusti Yesus sampun seda karana dosa-dosa kita cundhuk kaliyan Kitab Suci, bilih Gusti Yesus sampun kasarekaken, bilih Gusti Yesus sampun kawungokaken, ing tigang dintenipun cundhuk kaliyan Kitab Suci. Bilih Gusti Yesus sampun ngitingalaken sariranipun datng Kefas, para murid kalih welas, gangsal atus sederek, dateng Yakobus sederekipun Gusti Yesus lan wasananipun dateng Paulus.

Wonten ing waosan ingkang kaping tiga, Yokanan atur paseksi adedasar menapa ingkang dipun alami dening Maryam Magdalena, Petrus langkung-langkung ingkang dipun alami piambak dening Yokanan, gegayutan kaliyan kasunyatan bab wungunipun Gusti Yesus, kaaaturaken mekaten :

  • Watu tutupe guwa wus kasingkirake saka ing pasarean
  • Pasarean kosong
  • Ulese wus sumeleh ing lemah
  • Lawon riwe kang maune ana ing mastakane Gusti Yesus ora awor karo ulese, nanging sumelah rada nyele ana ing panggonan liya lan wis gulungan.

Makaten kasunyatan bab wungunipun Gusti Yesus, kedadosan ingkang saestu kelampahan wonten ing gesangipun manungsa, lan sedaya menika cundhuk kaliyan Kitab Suci(waosan 2). Kasunyatan wungunipun Gusti Yesus menika, wujudaken salah satunggaling tanda katresnanipun Gusti, ing antawisipun pratanda-pratanda sanesipun. Katresnanipun Gusti menika ingkang nuwuhaken raos kendel utawi murugaken Maria Magdalena nggadahi kekendelan dateng pasarean wekdal taksih enjang sanget lan peteng, mboten maelu dateng resiko menapa kemawon ingkang bade tumempuh, ingkang penting mengahing Maria Magdalena saget pinanggih kaliyan Gustinipun. Katresnanipun Gusti menika ingkang murugaken Maria Magdalena nggadahi raos pitados, kalebet raos percaya diri. Maria Magdalena menika tulada ingkang sae sanget saking tiyang ingkang tetep nresnani lan pitados senadyan piyambakipun boten mangertos sedayanipun, lan inggih menika katresnan lan kapitadosan ingkang murugaken nampi kamulyan. Kadospundi menggahing kula lan panjenengan sami ?

 

Katresnanipun dateng Gsuti Allah ingkang murugaken Yokanan kepengin nyumurupi langkung lebet bab kasunyatan wungunipun Gusti Yesus lan srana menika piyambakipun dados pitados menawi Gusti Yesus estu-estu wangu, menapa ingkang dipun tingali kanthi mripatipun piyambak menika ingkang murugaken piyambakipun pitados.

Makaten ugi Petrus , inggih katresnanipun dateng Gusti Allah ugi ingkng murugaken nggadahi pepenginan nyumurupi langkung lebat lan langkung lebaet malih bab kasunyatan wungunipun Gusti lan awit saking keparenging Gusti piyambakipun dipun parengaken nyumurup langkung lebet. Sampun dados tiyang Kristen ingkang namung “inguk-inguk”, ananging dadosa tiyang Kristen ingkang saestu, boten Kristen-Kristenan.

Wonten ing waosan kita menika kita saget mangertos kadospundi katresnan dados prekawis ingkang wigatos lan penting ing pigesangananipun manungsa. Maryam ingkang estu-estu nresnani Gusti, tiyang ingkang wiwitan piyambak dumugi ing pasarean. Yokanan, murid ingkang dipun tresnani Gusti lan nresnani  Gusti, tiyang ingkang wiwitan piyambak pitados bab kasunyatan wungunipun Gusti. Piyambakipun ingkang wiwitan piyambak mangertos lan pitados. Inggih namung katresnan ingkang maringi piyambakipun mripat kangge maos pratanda-pratanda lan pikiran kangge mangertosi. Katresnan saget ninggali kaleresan lan mangertos kaleresan, ing pundi kapinteranipun manungsa  namung saget nginten-nginten lan boten maringi kepastian.

Nate kelampahan salah satunggaling pelukis ingkang taksih anem mbekta gambaripun Gusti Yesus dateng tiyang naminipun Dore kasuwun supados piyambaipun mbiji gambar menika. Dore rade sawetawis dangu anggenipun mbiji, nanging wusananipun piyambakipun maringi biji ing salebeting ukara : “ Kowe ora nresnani Panjenengane, kowe bisa nggambar Panjenegane luwih apik menawa kowe nresnani Panjenengane.” Kita boten saget mangertos sinten Gusti Yesus utawi mitulungi tiyang sanes supados mangertos lan pitados saha nresnani dateng Gusti Yesus,  anjawi menawi kita sumadiya mbekta manah lan akal budi kita dateng Panjenganipun.

Panutup

Dadine kari telung prakara iki, yaiku : pracaya, pangarep-arep lan katresnan, nanging kang pinunjul  dhewe ing antarane iku, yaiku : katresnan. Katresnan ingkang nuwuhaken kekendelan, kalebet kendel pitados. Katresnan ingkang nuwuhaken kapitadosan kalebet raos percaya diri. Amin (SS)

Pamuji: KPK. 176 : 1 – 3

Renungan Harian

Renungan Harian Anak