Syukur HUT Kemerdekaan RI ke-78
Stola Putih
Bacaan 1: Yesaya 45 : 20 – 25
Bacaan 2: Wahyu 15 : 1 – 4
Bacaan 3: –
Tema Liturgis: Kesatuan sebagai Modal Keterlibatan GKJW dalam Pemulihan Masyarakat
Tema Khotbah: Kesatuan Umat sebagai Upaya Membangun Bangsa
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 45 : 20 – 25
Tuhan Allah adalah Allah yang setia dan mengasihi umat-Nya, Israel. Israel yang telah berpaling dari jalan dan kehendak Tuhan, dipanggil kembali untuk berhimpun dan datang kepada Tuhan. Tiada putus-putusnya Allah memanggil umat-Nya melalui Nabi Yesaya. Yesaya memperlihatkan kepada bangsa Israel bahwa perbuatan bangsa-bangsa lain yang membuat patung dari kayu, yang kemudian mereka sembah sebagai dewa mereka, adalah kesia-siaan belaka. Bangsa-bangsa yang menyembah patung kayu dan berdoa kepada pada dewa disebut oleh Yesaya sebagai orang-orang yang tiada berpengetahuan. (Ay. 20). Sebab patung yang mereka sembah tidak dapat menyelamatkan mereka.
Allah Israel bukanlah seperti patung kayu atau para dewa yang disembah bangsa-bangsa di sekitar Israel. Allah Israel adalah Allah yang Maha Kuasa, Allah Sang Pencipta Langit dan Bumi, Allah yang mampu menyelamatkan umat-Nya. Tidak ada allah lain yang dapat menandingi kuasa-Nya. Dia adalah Allah yang peduli dan mengasihi bahkan menyelamatkan umat yang menyembah-Nya (Ay. 21). Untuk itulah Yesaya memberitakan berita keselamatan ini. Allah menghendaki umat Israel kembali kepada-Nya untuk diselamatkan (Ay. 22). Berita ini disampaikan oleh Yesaya kepada bangsa Israel yang terserak di tanah pembuangan saat itu. Mereka diminta untuk bertobat dari perbuatan keji dan dosa yang mereka lakukan. Allah senantiasa setia dengan janji-Nya, Ia akan menyatakan keadilan dan kekuatan-Nya bagi mereka yang datang kepada-Nya (Ay. 23-24). Bukan hanya kepada bangsa Israel saja, Yesaya juga menyerukan berita keselamatan kepada bangsa-bangsa lain agar mereka percaya kepada Allah Isarel, termasuk kepada sisa-sisa bangsa Babel yang dihancurkan oleh raja Koresh dari Persia. Mereka diminta percaya dan menyembah kepada Allah Israel, meninggalkan dewa-dewa mereka agar mereka selamat.
Keselamatan yang Allah karuniakan kepada bangsa Israel menjadi gambaran keselamatan kekal yang Allah kerjakan bagi seisi dunia. Seperti halnya penyelamatan Israel membuat bangsa-bangsa penyembah berhala menyadari akan kebenaran Allah. Allah mengundang semua orang, segala bangsa yang hidup dalam kegelapan untuk datang dan menyembah kepada-Nya. Hanya dengan pertobatan, mereka yang percaya diselamatkan. Dengan bertobat, seseorang menyambut uluran tangan penyelamatan Allah.
Wahyu 15 : 1 – 4
Rasul Yohanes mendapatkan penglihatan dari Allah saat dia berada dalam pembuangan di Pulau Patmos, 80 Km sebelah barat daya kota Efesus. Pada bacaan Wahyu 15 ini, Yohanes menggambarkan puncak murka Allah yang dinyatakan melalui tujuh malaikat yang membawa tujuh cawan yang berisi malapetaka. Malapetaka ini mendatangkan kematian dan kehancuran dunia dan segala isinya (Ay. 1). Ketujuh cawan yang dibawa oleh Malaikat ini memperlihatkan penghakiman dan penghukuman Allah bagi umat manusia. Tuhan Allah telah menutup kesempatan orang untuk bertobat.
Selain cawan, terlihat lautan kaca bercampur api, di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah menang, orang-orang yang selamat dari penghukuman Allah (Ay. 2). Mereka yang selamat dari penghukuman Allah ini menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba. Lautan di sini digambarkan seperti laut Teberau pada zaman Musa, dimana bangsa Israel melihat kemusnahan Firaun dan pasukannya, sehingga mereka selamat dari kejaran Firaun dan tentara Mesir. Saat mereka telah selamat, mereka menaikkan nyanyian pujian kepada Tuhan (Kel. 15). Mereka memuji kebesaran dan kuasa Tuhan yang ajaib. Mereka mengakui akan kemahakuasaan Allah yang melebihi semua Raja di muka bumi ini. (Ay. 3). Demikian pula mereka yang selamat dari penghukuman Allah ini menyanyikan nyanyian Anak Domba. Umat Allah selama tinggal di dunia, mereka harus berjuang melawan kuasa-kuasa kegelapan. Di tengah perjuangannya itu, mereka mampu mempertahankan imannya, walaupun mereka harus ditindas, dianiaya, menderita dan kehilangan nyawa mereka. Bagi dunia, kematian umat Allah ini merupakan kekalahan, tetapi bagi Allah, kematian umat-Nya ialah kemenangan. Sama seperti kematian Kristus yang melambangkan kehinaan, dan kebangkitan Kristus yang melambangkan kemenangan atas maut dan dunia ini.
Rasul Yohanes memperlihatkan bahwa kekalahan dan kebinasaan si jahat hanya menunggu waktu. Kemenangan besar sudah ada di depan mata bagi umat Allah yang bertahan setia hingga akhir hidup mereka. Mereka akan bergembira dan menyanyikan lagu kemenangan mereka (Ay. 3-4). Lagu kemenangan umat Allah di sini memiliki dua arti. Pertama, Allah telah berlaku adil kepada mereka. Allah menyelamatkan umat-Nya yang menderita sengsara selama di dunia dan menghukum mereka yang berlaku jahat dan dosa selama ada di dunia. Kedua, semua perjuangan umat Allah di dunia mendapatkan hasilnya, yaitu hidup kekal bersama Tuhan Allah. Seperti Musa yang telah membebaskan bangsa Israel dari belenggu perbudakan bangsa Mesir, demikian halnya umat Allah akan mendapatkan tempat perhentiannya yang abadi, yaitu surga mulia. Kemenangan ini patut dirayakan karena Allah adil dan benar.
Benang Merah Dua Bacaan
Kemenangan atau kemerdekaan umat Allah diraih melalui sebuah perjuangan untuk bertahan menghadapi kesulitan, kesengsaraan dan penderitaan hidup karena Kristus. Bangsa Israel harus menghadapi tekanan, penderitaan, dan kesengsaraan ketika ada di tanah Pembuangan Babel. Mereka harus berjuang melawan dosa dan perbuatan yang menyimpang dari kehendak Allah. Untuk selamat, mereka harus bertobat, meninggalkan perbuatan dosa dan keji yang mereka lakukan. Mereka harus mengakui kuasa Tuhan atas hidup mereka dan berlaku setia hanya kepada Allah saja. Penglihatan Yohanes juga menunjukkan Allah yang menghukum bangsa-bangsa yang angkuh, orang-orang berdosa yang hanya mengandalkan kekuatan diri mereka sendiri. Sebaliknya umat yang senantiasa percaya, bertahan dalam kesesakan hidup dan berpengharapan kepada Allah akan menerima keselamatan, yaitu hidup kekal bersama Allah dan senantiasa memuji-muji Allah.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Tahun ini negara kita Indonesia genap berusia 78 tahun. Jika kita menilik kembali sejarah kemerdekaan Indonesia, kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan para pejuang bangsa yang gigih berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Kemerdekaan Indonesia diraih dengan pengorbanan jiwa, raga, dan nyawa. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kita mengenal para pahlawan yang berjuang melawan penjajah Belanda, seperti Cut Nyak Dien dari Aceh, Sultan Hasanudin dari Makasar, Sulawesi Selatan, Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah, Pattimura dari Maluku, dan para tokoh pejuang yang lain. Para tokoh pejuang ini berjuang di daerah mereka masing-masing. Perjuangan ini berlahan mulai membuahkan hasil. Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 menandainya adanya kesadaran anak bangsa untuk bersatu. Setiap daerah tidak hanya berpikir dan berjuang untuk daerah mereka sendiri, tetapi mereka mulai berpikir dan berjuang untuk kepentingan bersama secara nasional.
Pada akhirnya perjuangan itu tidak sia-sia, tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kesatuan di antara para tokoh kemerdekaan saat ini membuahkan hasil, Indonesia merdeka. Kini 78 tahun Indonesia merdeka, apakah perjuangan itu sudah selesai? Apakah masih ada kesatuan di antara warga negara Indonesia? Tentu perjuangan itu terus berlanjut, perjuangan mengisi kemerdekaan dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Indonesia yang memiliki beragaman suku, agama dan ras rawan mengalami perselisihan dan perpecahan. Tantangan dan persoalan yang ada di Indonesia seperti radikalisme, intoleransi, terrorisme, yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus berani menghadapi dan melawan hal-hal di atas dengan semangat persatuan dan kesatuan. Kemerdekaan yang telah diraih dengan susah payah, harus kita pertahankan dan kita isi dengan karya nyata, berjuang memerangi kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, dan persoalan-persoalan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Isi
Bagian firman Tuhan pada bacaan 1 mengisahkan tentang perjuangan hidup bangsa Israel di tanah pembuangan Babel. Perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan melawan pengaruh buruk bangsa-bangsa di sekitar Israel, yang menyembah kepada berhala. Yesaya mengingatkan bangsa Israel bahwa perbuatan bangsa-bangsa lain yang membuat patung dari kayu, yang kemudian mereka sembah sebagai dewa mereka, adalah kesia-siaan belaka. Bangsa-bangsa yang menyembah patung kayu dan berdoa kepada pada dewa disebut oleh Yesaya sebagai orang-orang yang tiada berpengetahuan. (Ay. 20). Sebab patung yang mereka sembah tidak dapat menyelamatkan mereka.
Yesaya menyampaikan bahwa Allah Israel adalah Allah yang Maha Kuasa, Allah Sang Pencipta Langit dan Bumi, Allah yang mampu menyelamatkan umat-Nya. Tidak ada allah lain yang dapat menandingi kuasa-Nya. Dia adalah Allah yang peduli dan mengasihi bahkan menyelamatkan umat yang menyembah-Nya (Ay. 21). Allah menghendaki umat Israel kembali kepada-Nya untuk diselamatkan (Ay. 22). Berita ini disampaikan oleh Yesaya agar bangsa Israel bertobat dari perbuatan keji dan dosa yang mereka lakukan. Sebab Allah senantiasa setia dengan janji-Nya, Ia akan menyatakan keadilan dan kekuatan-Nya bagi mereka yang datang kepada-Nya (Ay. 23-24).
Bagian firman Tuhan pada bacaan 2: mengisahkan penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos. Dia melihat penghukuman Allah diberlakukan kepada manusia yang hidup dalam dosa dan kejahatan. Tidak ada lagi pengampunan, semua orang yang berdosa dan jahat dihukum. Sebaliknya mereka yang tahan uji dan setia kepada Allah dalam kesesakan dan penderitaan di dunia karena Kristus, mendapatkan keselamatan. Mereka bersukacita dan memuji-muji Tuhan dengan menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba. Nyanyian ini dinyanyikan karena umat yang selamat merasakan kasih penyertaan dan pertolongan Allah sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh bangsa Israel saat mereka terbebas dari kejaran Firaun dan tentara Mesir. Serta nyanyian kemenangan umat Allah, karena Kristus telah menang atas maut dan dosa melalui kebangkitan-Nya.
Penutup
Jika saat ini kita merayakan kemerdekaan RI ke 78 tahun, mari kita hayati itu sebagai karya Allah atas kehidupan bangsa Indonesia. Allah telah mengentaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa Belanda dan Jepang. Allah telah membebaskan rakyat Indonesia dari penindasan dan penderitaan bangsa penjajah. Itu semua adalah kasih karunia Allah kepada kita sebagai rakyat Indonesia. Kemerdekaan yang kita dapatkan saat ini adalah hal yang patut kita syukuri. Terlebih sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama demi memajukan kehidupan bangsa dan negara Indonesia ini. Sebab keberhasilan, kemajuan bangsa kita tidak lepas dari peran serta kita untuk membangun bangsa dan negara kita.
Untuk melanjutkan para pejuang bangsa yang telah gugur di medan peperangan, maka kita harus menjaga kesatuan dan persatuan di antara anak bangsa. Kesatuan adalah hal yang utama untuk mempertahankan kemerdekaan negara kita. Dengan bersatu padu, kita memiliki kekuatan untuk bersama-sama membangun kehidupan yang lebih baik. Kesatuan menjadi modal dalam mengupayakan keutuhan sebagai bangsa yang majemuk. Mari bersama-sama kita mewujudkan persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa. Kita isi kemerdekaan RI ke 78 ini dengan tekad, semangat, dan kerjasama dengan semua elemen bangsa, demi terwujudnya Indonesia adil, makmur dan sejahtera. Amin. [AR].
Pujian: KJ. 336 : 1, 2, 3 Indonesia, Negaraku
—
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, seged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Taun punika, negri kita Indonesia dungkap 78 taun mardika. Bilih kita ningali sejarah kamardikan Indonesia, kita saged mangertosi bilih kamardikanipun Indonesia punika sanes peparing nanging asil saking pangupayanipun para pejuang ingkang sampun ngorbanaken jiwa, raga lan nyawanipun kangge kamardikanipun Indonesia nglawan Landa lan Jepang. Wonten ing sejarah perjuangan bangsa Indonesia, tamtu kita tepang kaliyan para pahlawan ingkang sami merjuang kangge ngawonaken Lando lan Jepang, kados Cut Nyak Dien saking Aceh, Sultan Hasanudin saking Makasar, Pangeran Diponegoro saking Jawi Tengah, Pattimura saking Maluku, lan para tokoh pejuang sanesipun. Para tokoh punika sami nglawan penjajah ing daerahipun piyambak-piyambak. Pangupaya para tokoh punika ngetingalaken asilipun, kawiwitan saking Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 ingkang dados tandha nunggilipun para anak bangsa. Saben daerah boten namung mikir lan ngupaya juang kangge daerahipun piyambak-piyambak, nanging milai wonten pamikiran lan pangupaya juang kangge kapentingan sacara nasional.
Pangupaya juang para tokoh punika boten sia-sia, ing tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno lan Moh. Hatta kasil nyatakaken kamardikanipun bangsa Indonesia ingkang dipun tandhani kaliyan Proklamasi Kamardikan Indonesia. Wiwit dinten punika, Indonesia merdika, boten dipun kuwasani malih kaliyan bangsa sanes. Sapunika sampun 78 taun anggenipun Indonesia mardika, punapa perjuangan punika sampun rampung? Punapa tasih wonten raos nyatunggil ing antawisipun warga negara Indonesia? Tamtu pangupadaya kangge merjuang punika tetap kalajengaken, inggih punika ngisi kamardikan kanthi njagi raos patunggilan lan kautunan minangka bangsa Indonesia. Indonesia ingkang nggadhahi maneka warni suku, agama lan ras, gampil ngalami padu lan crah. Tantangan lan masalah kados: radikalisme, intoleransi, lan terrorisme saged ngancam patunggilan lan kautuhaning bangsa lan negara Indonesia. Awit saking punika, kita minangka warga negara Indonesia kedah wantun ngadepi lan nglawan sadaya prekawis ing inggil punika srana semangat patunggilan. Kamardikan ingkang sampun kita tampi kanthi pangupaya ingkang rekaos, kedah kita jagi lan isi sarana pakaryan ingkang nyata, inggih punika numpes kamlaratan, kabodoan, tumindak boten adil, lan prekawis-prekawis ingkang wonten ing satengah-tengahing pigesangan bangsa lan negara Indonesia.
Isi
Waosan sepisan nyariosaken bab pangupayanipun bangsa Israel nalika gesang ing tlatah pambucalan Babel. Pangupaya ingkang dipun tindakaken dening bangsa Israel inggih punika nglawan pengaruh awon saking bangsa-bangsa sanesipun ing sakiwa tengenipun bangsa Israel, ingkang namembah dhateng bhahala. Nabi Yesaya ngengetaken dhateng bangsa Israel menawi tumindak bangsa-bangsa sanes ingkang damel patung saking kajeng lan dipun sembah dados dewanipun, punika muspra. Bangsa-bangsa ingkang manembah dhateng patung lan ndedonga dhateng dewa dipun sebat tiyang-tiyang ingkang boten nggadhah pangertosan dening Yesaya (Ay. 20). Awit patung ingkang dipun sembah punika boten saged mitulungi piyambakipun.
Nabi Yesaya paring pangertosan dhateng bangsa Israel, Gusti Allah Israel punika Gusti Allah ingkang Mahakwasa, Gusti Allah ingkang nitahaken langit lan bumi, Gusti Allah ingkang saged mitulungi umat-Ipun. Boten wonten allah sanesipun ingkang ungkuli panguwaosipun Gusti Allah. Gusti Allah punika peduli lan nresnani saha milujengaken umat ingkang manembah dhumateng Panjenenganipun (Ay. 21). Karana punika Gusti Allah ngersakaken umat Israel wangsul malih dhumateng Panjenenganipun supados wilujeng (Ay. 22). Pawartos punika dipun aturaken Yesaya supados bangsa Israel purun mratobat saking tumindak duraka lan dosanipun. Awit Gusti Allah setya ing prajanjinipun, Panjenenganipun badhe nyatakaken kaadilan lan kakiyatan-Ipun dhateng umat ingkang marek sowan dhateng Gusti Allah (Ay. 23-24).
Saking waosan kaping kalih: Rasul Yokanan nampi paningal nalika piyambakipun ing pulo Patmos. Ing ngriku piyambakipun ningali paukumanipun Gusti Allah kangge para manungsa ingkang dosa lan tumindak jahat. Boten wonten malih sih pangapura saking Gusti, sadaya tiyang dosa lan jahat kaukum. Kosokwangsulipun, kanggene tiyang ingkang tahan uji lan setya dhumateng Gusti Allah nalika ngadepi pacoben lan kasangsaran ing donya awit pitados dhumateng Sang Kristus, piyambakipun nampi kawilujengan. Para tiyang punika sami sukabingah lan memuji-muji Gusti sarana nyanyian Musa lan Anak Domba. Pepujian punika kapujiaken awit para umat ingkang wilujeng punika ngraosaken sih katresnan lan panganthi saha pitulungan saking Gusti Allah, kados ingkang dipun raosaken lan dipun alami dening bangsa Israel nalika kauwalaken saking Firaun lan tentra Mesir. Pamuji punika ugi nedahaken pamujinipun para umating Allah ingkang sami memuji Gusti Allah, karana Sang Kristus sampun menang saking maut lan dosa lumantar wungunipun.
Panutup
Bilih sapunika kita mahargya kamardikan RI kaping 78, sumangga kita raosaken punika minangka pakaryanipun Gusti Allah tumrap bangsa Indonesia. Gusti Allah sampun ngentasaken bangsa Indonesia saking bebenduning penjajah bangsa Londo lan Jepang. Gusti Allah sampun mbebasaken rakyat Indonesia saking panindesan lan kasangsaran bangsa sanes. Sadaya punika awit saking sih rahmatipun Gusti Allah dhumateng kita minangka rakyat Indonesia. Kamardikan ingkang kita tampi sapunika, bab ingkang kedah kita sokuri, langkung-lankung minangka perangan bangsa Indonesia, kita nggadhahi tugas lan tanggel jawab ingkang sami kangge mujudaken kemajenganipun bangsa lan negara Indonesia punika. Sae lan kasilipun kemajengan bangsa Indonesia punika gumantung kaliyan peran kita kangge mbangun lan mujudaken kemajenganipun bangsa lan negara kita.
Kangge nglajengaken perjuangan para leluhur bangsa ingkang gugur ing medan perang, kita kedah njagi kautuhan lan patunggilaning anak bangsa. Kautuhan punika prekawis ingkang utami kangge njagi kamardikanipun negara kita. Srana nyatunggil, kita nggadhahi kakiyatan kangge mbangun bangsa negara sesarengan, mujudaken bangsa lan negara Indonesia ingkang langkung sae lan maju. Kautuhan punika dados modal kangge mujudaken patunggilan anak bangsa ingkang mawarni-warni punika. Sumangga kita sesarengan mujudaken kautuhan lan patunggilan minangka anak bangsa. Kita isi kamardikan RI kaping 78 punika kaliyan tekad, semangat, lan makarya sareng-sareng kaliyan sadaya anak bangsa, supados Indonesia ingkang adil, makmur lan santosa saged kawujud. Amin. [AR].
Pamuji: KPJ. 360 : 1, 2, 3 Indonesia Nagri Endah