Bacaan : Yosua 23 : 1 – 16 | Nyanyian : KJ 375
Nats: “Tetapi kamu harus berpaut pada Tuhan, Allahmu, seperti yang kamu lakukan sampai sekarang.” [ayat 8]
Pada saat dokter mengatakan bahwa usia saya hanya bisa bertahan sampai lima tahun lagi, saya berpikir bahwa saya harus berpacu dengan waktu. Saya akan menulis semua pengalaman rohani, riwayat kesehatan, supaya bisa dibaca dan bermanfaat bagi kedua anak saya yang masih kecil pada saat mereka besar nanti. Saya akan memanfaatkan waktu lima tahun ini supaya hidup saya bisa bermanfaat dan menjadi berkat bagi orang lain sehingga nama Tuhan dimuliakan melalui kehidupan saya.
Yosua sadar bahwa dirinya sudah tua dan akan meninggalkan umat Israel. Pengalaman hidupnya ingin diteruskan kepada generasi yang akan ditinggalkan. Seperti orang tua yang mengasihi anaknya, Yosua ingin memberi nasehat terakhir. Ia menanamkan kepada bangsa itu agar tetap memelihara dan melakukan Firman Tuhan (23: 6), berpaut kepada Tuhan dan bertekun mengasihi Tuhan (23: 8). Dia juga memberi peringatan keras supaya bangsa itu tidak jatuh pada pergaulan yang buruk yang berakibat pada kawin campur dan penyembahan berhala yang akan membuat murka Tuhan.
Pergantian generasi adalah fakta yang tidak bisa ditolak siapapun. Proses regenerasi Kristen juga pasti terjadi. Tidak ada orang yang akan terus ada. Pertanyaannya, sudahkah kita berpikir untuk regenerasi dengan melibatkan orang-orang muda untuk ambil bagian di dalam pelayanan? Sudahkah kita mewariskan sikap hidup yang bisa menjadi teladan bagi generasi yang usianya di bawah kita? Sudahkah kita menjalin hubungan yang baik dengan generasi di bawah kita sehingga kita bisa menceritakan pengalaman-pengalaman hidup, perjalanan pelayanan dengan pertolongan Allah? Atau malah sebaliknya? Kita ingin melakukan semuanya, kita ingin dianggap orang nomor satu, menjadi pahlawan dan dipuji semua orang?
Warisan apa yang sudah kita berikan untuk anak-anak biologis kita, anak-anak jemaat dan anak-anak bangsa? Sehingga jika usia ini renta dan usai kita bisa mengatakan ‘Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.’ (3 Yoh.4). [DYRA]
“Biasakan anak anda menghadapi konsekwensi tindakan mereka sendiri!”