Bacaan : Zefanya 2: 13 – 15 | Pujian: KJ 467: 1,—
Nats: “…itulah kota yang beria-ria …” (ay. 15)
Banyak orang merasa bangga dengan capaian yang dimiiki. Dalam tahap itu sangatlah wajar. Namun menjadi kaya dengan ilmu atau harta, terkadang sangat sulit untuk berbagi karena ada perasaan takut tersaingi. Perlu di ingat, kita lahir dengan telanjang. Tidak ada bayi yang lahir membawa gelar dan kekayaan. Kelahiran kitapun dengan pertolongan orang lain, kita tidak bisa lahir dengan sendirinya, namun ada ibu yang melahirkan kita. Bahkan ibu yang melahirkan kita berpeluh perjuangan dengan mempertaruhkan nyawa. Apa patut kita menyombongkan diri.
Kesombongan dapat menjadi jerat dan perangkap bagi diri sendiri. Kita menjadi egois dan merasa tidak butuh orang lain. Pertanyaannya: ketika kita susah dan mengalami kejatuhan, dapatkah kita berteriak minta tolong pada kesombongan dan kecongkakan kita? Kesombongan yang kita miliki dapat melukai orang di sekitar kita, sampai saatnya nanti luka itu akan kembali kepada kita. Kita sudah melihat banyak bukti bahwa kesombongan pada saatnya akan melukai diri kita sendiri, kita akan jatuh dengan sangat keras.
Zefanya menubuatkan kehancuran Niniwe. Saat itu, Niniwe merupakan pusat kebudayaan, teknologi, dan keelokan di Timur Dekat. Perpustakaan dan gedung-gedung megah menghiasi kota, sistem irigasi yang canggih mengairi perkebunan yang menghampar permai, perbentengannya diperkokoh dengan 1.500 menara. Kota itu beria-ria dan tenteram, sikap yang menggambarkan kepongahan dan kesembronoan, dilandasi oleh rasa aman yang palsu.
Nubuatan ini dapat mengingatkan kita agar waspada terhadap berbagai bentuk kesuksesan yang dapat menjadikan kita jatuh pada sifat sombong dan congkak, misalnya kekayaan, kepandaian, atau kekuasaan. Jangan sampai kita terlena, sehingga merasa bahwa diri kita paling unggul, tidak memerlukan Tuhan, dan merendahkan orang lain. Bukankah “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” Yakobus 4:6 (GaSa)
“Tuhan yang maha segalanya saja merendahkan diri, kita yang sangat terbatas pasti harus merendahkan diri.”