Bacaan : Yesaya 40 : 1 – 11 | Pujian: KJ 455
Nats: ”….Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tanganNya Ia berkuasa….” [ayat 10]
Menyadari kerapuhan sebagai manusia, ya memang benar. Rapuh, benar-benar rapuh. Sangat terlihat ketika kedukaan menyapa, kegagalan menggoda, maka kerapuhan manusia semakin menjadi. Setiap hari merasa muram yang dibungkus dengan senyum yang dipaksakan, perasaan putus asa yang dibalut dengan gaya patriotik. Ya, sejatinya manusa rapuh yang kaya rasa kecewa, putus asa, marah, benci. Tapi, itu tidak abadi dimiliki oleh manusia. Tidak ada lagi manusia yang rapuh, karena Allah selalu datang tepat waktu untuk memberikan kekuatan bagi manusia, dan hanya Allah yang paling berkuasa. Tidak ada lagi keputusasaan dalam hidup manusia karena yang tersisa adalah pengharapan dan daya juang yang tangguh menaklukkan tantangan kehidupan ini. Semua ketangguhan itu akan ada dalam hidup manusia, ketika manusia bersedia menerima Allah untuk memberikan pertolongan.
Inilah kekuatan sekaligus pengharapan di tengah kerapuhan manusia. Yesaya 40:1-11 menjadi kesaksian yang abadi bahwa pertolongan Allah itu yang akan mengangkat kerapuhan hidup manusia. Maka sejatinya, penderitaan manusia itu hanyalah seperti rumput yang bisa cepat kering dan musnah, ketika manusia bersedia menyambut pertolongan Allah. Tak ada lagi jiwa yang kosong dan hampa, tak ada lagi hati yang terus-menerus merasa terluka, tak ada lagi perasaan hampa, karena Allah berlaku seperti seorang gembala yang tidak akan membiarkan kita domba-dombaNya sendiri di tengah hutan dan kelaparan.
Ia, Allah yang hidup, akan menggendong kita, memberikan kehangatan, bahkan mencukupkan apa yang kita perlukakan. Tenang saja dalam gendongan kasih Allah. Tidak perlu meronta, nanti malah terjatuh. Percaya kepada Allah yang akan memberikan apa yang terbaik dalam hidup kita, tidak perlu banyak bertanya, tapi terus saja berusaha dan berjuang dengan perasaan sukacita bahwa pertolongan Allah pasti datang tepat waktu. [Dee]
“Saat salah satu pintu kebaagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka. Jangan terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup, lihatlah ada banyak pintu lain sudah terbuka.” (Hellen Keller)