Bacaan: 1 Korintus 4:14-20 | Nyanyian : KJ 387
Nats: “Sebab itu aku menasihatkan kamu, turutilah teladanku!” (ayat 16)
Barangkali kita pernah menggunakan cairan putih atau semacam tempelan berwarna putih untuk melakukan koreksi saat kita menulis atau sedang mencatat. Setelah cairan atau tempelan berwarna putih itu kering, kemudian kita menuliskan kata yang benar yang merupakan koreksi atas catatan sebelumnya. Prinsip dari koreksi adalah menghapus yang salah dan menggantikannya dengan yang benar.
Kali ini kita melihat Rasul Paulus menempatkan diri sebagai Bapa Rohani bagi warga jemaat Korintus. Sebagai Bapa Rohani, ia melihat banyak sekali hal-hal yang perlu diperbaiki dalam kehidupan jemaat di korintus. Karenanya ia menempatkan dirinya sebagai Bapa Rohani dan memposisikan jemaat Korintus sebagai anak rohaninya. Ia memberitahukan apa yang salah dan memberikan contoh apa yang benar. Dalam hal ini Rasul Paulus bukan hanya menegur tapi juga memberikan solusi.
Yang istimewa adalah, dalam memberikan koreksi Rasul Paulus memberikan contoh dirinya sendiri. Ia membeberkan hal-hal baik yang dia sudah lakukan. Rasul Paulus sudah melakukan hal yang benar terlebih dahulu, maka dari itu ia memiliki kekuatan untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Dan tentu ini juga menjadi sebuah nilai tersendiri bagi warga jemaat Korintus. Mereka mau dikoreksi karena mereka melihat sosok Rasul Paulus yang sudah memberikan keteladanan tersendiri.
Begitulah seharusnya dalam memberikan koreksi. Kita tidak hanya bisa memberikan sebuah pernyataan yang menyalahkan sesuatu hal, namun juga mampu memberikan solusi yang tepat dan masuk akal. Di sisi lain, pastikan bahwa diri kita sudah terlebih dahulu melakukan hal itu agar lebih mudah bagi kita untuk meyakinkan bahwa yang kita sampaikan adalah benar adanya. Hanya dengan cara ini maka kita akan didengar dan koreksi yang kita lakukan akan efektif. (Oka)
“Koreksi adalah upaya untuk memperbaik bukan merusak.”