Rumah Itu Ternyata Rumahku

9 September 2017

Bacaan: Yehezkiel 33:1-6 | Pujian: KJ 331
Nats:
“..tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari penjaga itu.” (ay.6b)

“Saya ingin pensiun Pak..usia saya sudah tidak muda lagi, tenaga saya sudah tidak seperti dulu ketika masih muda dan saya ingin istirahat dan menikmati hari tua saya.” ungkap seorang tukang bangunan kepada sang Bos. “Baiklah. Tapi tolong  kerjakan satu pekerjaan terakhir untukku.” Jawab si Bos.

Sang tukang bangunan mengangguk menyetujui permohonan Bos tersebut, walau dengan terpaksa karena sebenarnya dalam benaknya ingin segera berhenti. Maka, dengan setengah hati, si tukang kayu mulai mengerjakan tugas terakhir yang diberikan oleh  Pak Bos yaitu membangun sebuah rumah.

Dikerjakannya rumah itu bagian per bagian, namun dia mengerjakannya bukan dengan kemampuan dan bahan yang maksimal. Dia mengerjakan ala kadarnya, dengan bahan yang sekedarnya. “Ah..yang penting segera selesai. Masalah hasilnya..bodoh amat” ujar sang tukang kayu dalam hatinya.  Hasilnya, tentu bukan sebuah rumah yang kurang baik.

Ketika sang Bos datang untuk melihat rumah itu, Dia menyerahkan kunci rumah tersebut kepada si tukang sambil berkata “Ini rumahmu. Hadiah dari kami.” Betapa terkejut dan menyesallah sang tukang begitu menyadari bahwa selama ini dia mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, namun tidak dia upayakan dengan maksimal.

Yehezkiel ditunjuk oleh Tuhan Allah untuk menjadi penjaga, dan karena itu dia memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut hingga akhir. Kitapun seperti Yehezkiel, seperti juga sang tukang bangunan dipercaya oleh Tuhan untuk mengerjakan bagian-bagian di dalam hidup kita. Kerjakan bagian tersebut dengan indah, berupaya agar mengakhirinya dengan indah, agar kelak kita mendapat hasil yang terindah. [Ardien]

“Pelayanan yang kita lakukan mengandung arti tidak lebih dari pengejawantahan kasih kita kepada Kristus dalam suatu bentuk nyata.(Bunda Teresa)

Renungan Harian

Renungan Harian Anak