Bacaan: Yehezkiel 24 : 15 – 27 | Pujian: KJ. 400
Nats: “Demikianlah Yehezkiel menjadi lambang bagimu; tepat seperti yang dilakukannya kamu akan melakukan. Kalau itu sudah terjadi maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan ALLAH.” (Ayat 24)
Lambang menurut KBBI adalah 1) sesuatu seperti tanda (lukisan, lencana, dan sebagainya) yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. 2) Tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat, keadaan, dan sebagainya). 3) Huruf atau tanda yang digunakan untuk menyatakan unsur, senyawa, sifat, atau satuan matematika. Lambang menjadi hal yang penting dan memegang identitas sesuatu. Di dalam Perjanjian Lama, Nabi menjadi lambang kehadiran Allah bagi bangsa Israel pada saat itu, salah satunya adalah Nabi Yehezkiel. Ia adalah seorang nabi pada masa pembuangan bangsa Israel di tahun 593-571 SM. Sebagai seorang nabi, semasa hidupnya, Yehezkiel menjadi perantaran Allah dengan umat-Nya.
Kematian istri Yehezkiel memperlihatkan kehancuran kejayaan dan kemuliaan Bait Allah yang menjadi kebanggaan orang-orang Israel (Ay. 19-21). Mereka telah melanggar kekudusan rumah Allah dengan penyembahan berhala, maka Allah menghancurkan kebanggaan mereka dengan pedang orang-orang Kasdim. Penghukuman Allah tidak hanya membuat Bait Allah hancur lebur, tetapi juga kehidupan umat-Nya. Penderitaan yang luar biasa membuat mereka tidak sempat berkabung (Ay. 22-23, 25). Dengan begitu, mereka diharapkan menyadari betapa sakit hati Allah melihat perilaku umat-Nya yang jahat. Untuk itu Yehezkiel diutus Allah, ia menjadi tanda kesunyian dan keheningan Allah, karena mulutnya dibisukan oleh Allah, sampai semua yang dinubuatkan kepada bangsa Israel tergenapi (Ay. 26-27).
Menjadi lambang Allah melalui hidup kita, bukanlah hal yang mudah. Walaupun tidak mudah, kita dipanggil menjadi rekan kerja Allah, untuk mewartakan karya keselamatan Allah kepada dunia yang penuh dosa ini. Kita melakukan tugas panggilan itu, sebab hidup kita sepenuhnya ada di tangan Allah. Tugas kita adalah senantiasa mewartakan kebenaran, hidup seturut dengan kehendak Allah, serta meyakini penyertaan dan kuasa Allah dinyatakan atas hidup kita. Marilah kita melakukan apapun perintah Allah kepada kita dengan setia. Amin. [Jojo].
“Pengalaman yang Tuhan izinkan kadangkala bertujuan melengkapi kita agar menyampaikan firman-Nya sesuai kehendak-Nya”