Amanah Pancaran Air Hidup 8 Oktober 2025

8 October 2025

Bacaan: Habakuk 2 : 12 – 20  |  Pujian: KJ. 260
Nats: “Sungguh celaka orang yang mendirikan kota di atas darah dan mengokohkannya dengan ketidakadilan.” (Ayat 12)

Dalam buku Kaum Miskin Bersatulah! (Yogyakarta: Resist Book, 2009, hlm. 198) tertulis: “Kisah kemiskinan hadir karena ketiadaan pilihan. Kemiskinan muncul karena ada kekuatan yang alpa akan mandatnya. Kisah itu menjeritkan kembali duka yang tak akan habis-habis. Jerit duka ini kemudian menyayat ke mana-mana. Tragedi lahir dari sana. Kematian dapat menjemput secara tiba-tiba. Kemiskinan dan kematian seperti saudara kembar yang tak bisa dipisahkan.” Di sini penulis menunjukkan keprihatinannya terhadap ketidakadilan yang menciptakan kemiskinan struktural yang bukan hanya soal ekonomi saja, tetapi juga merampas hak-hak hidup orang kecil yang tidak memiliki kekuasaan.

Kisah nabi Habakuk ada dalam konteks ketidakadilan dan penindasan yang dilakukan Babel kepada umat Allah. Habakuk meratapi kesewenang-wenangan pemerintahan Babel yang menimbulkan penderitaan. Dengan mengandalkan berhala, keangkuhan serta kesombongan, Babel merampas keadilan dengan kekuasaan dan membangun kekuatan dengan ketidakadilan. Habakuk mempertanyakan mengapa Tuhan membiarkan orang benar menderita? Mengapa bangsanya mengalami penindasan dan ketidakadilan? Mengapa Tuhan tidak segera menyatakan keadilan-Nya? Dalam keputus-asaannya, Allah menyatakan  siapapun yang bertindak dalam ketidakbenaran akan berbuah kehancuran. Betapapun menderitanya, orang benar akan hidup oleh percaya, tetapi para penindas akan hancur pada waktu-Nya.

Ketidakadilan menjadi wajah utama kehidupan. Banyak ketimpangan sosial dan krisis moralitas yang berakar pada kesewenang-wenangan. Orang-orang kuat menindas rakyat atau sesamanya. Seolah-olah tidak ada harapan akan pulihnya kehidupan. Berharap pada keadilan manusia seakan sia-sia, tetapi percayalah bahwa setiap tindakan mengandung konsekuensi. Meskipun kenyataan dunia mengecewakan, tetapi harapan kepada Tuhan tidak akan mengecewakan. Umat Tuhan harus tetap hidup dalam kebenaran dan oleh percaya, bukan mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kesombongan. Kita hidup berdampingan dengan sesama. Maka hidup bukan hanya tentang diri atau kelompok kita. Namun juga berbela rasa dalam persaudaraan sejati yang memungkinkan kita hidup dalam kesetaraan dan keadilan. Amin. [wdp].

Mengemban jabatan khusus adalah amanah untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak