Bacaan: Daniel 12 : 5 – 13 │ Pujian: KJ. 460
Nats: “Banyak orang akan disucikan, dimurnikan, dan diuji. Tetapi orang fasik akan berlaku fasik. Tak seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.” (Ayat 10)
Ada sebuah pepatah yang mengatakan, “Kunci keberhasilan dari sebuah relasi adalah komunikasi.” Namun nyatanya setelah dipahami lebih jauh, untuk mencapai keberhasilan relasi tidak cukup hanya berhenti pada komunikasi saja, tetapi kita juga perlu memahami dari apa yang sedang dikomunikasikan. Relasi orang tua yang berusia 40 tahun dengan anak yang berusia 14 tahun, tidak cukup hanya sebatas membangun komunikasi pergaulan yang sehat, tetapi lebih daripada itu juga perlu memahamkan dari apa yang ingin dicapai dari ‘komunikasi’ pergaulan yang sehat, juga apa yang anak tersebut inginkan dan butuhkan, itulah yang disebut ‘bijak memahami’. Untuk mencapai pada tahap bijak memahami, tentunya butuh proses yang tidak mudah. Banyak ketidaktahuan yang berkecamuk, ego yang beradu, juga sikap rendah hati untuk terus belajar memahami.
Proses itulah yang ingin Daniel sampaikan dalam bacaan kita saat ini. Perihal eskatologi (nubuat akhir zaman), bukanlah hal yang mudah dan gamblang untuk dimengerti. Termasuk kebingungan dari apa yang dirasakan oleh Daniel (Ay. 8). Bahkan dikatakan akan ada “kekejian yang membinasakan” (Ay. 11) yang akan diikuti oleh sebuah periode selama 1.290 hari, sama dengan tiga setengah tahun kesengsaraan terakhir ditambah 45 hari. Makna dari hari-hari ini tidak dijelaskan kepada Daniel, tetapi penglihatan ini memberi tahu kita bahwa akan ada jangka waktu sebelum Kristus yang dinantikan itu datang.
Dari nubuatan yang diterima oleh Daniel, kita dapat merefleksikan bahwa dari apa yang sedang dikomunikasikan memang tidak semuanya dapat dipahami. Namun demikian di tengah ketidaktahuan, kita perlu bijak memahami, yakni ada tujuan yang ingin dicapai dari nubuatan tersebut, yakni keselamatan kekal di dalam Allah. Untuk itu kebijaksanaan perlu kita miliki sebagai umat pilihan-Nya. Mari saat ini, kita pahami bahwa nubuatan tentang akhir zaman bukan hanya perihal kapan peristiwa itu terjadi, tetapi lebih dalam dari itu, apa dan bagaimana usaha kita mempersiapkan akan datangnya nubuat tersebut. Mari menjadi bijak dalam memahami kehendak Allah dalam hidup kita. Amin. [Ris].
“Orang bijak akan tekun berusaha, namun orang fasik menganggap rendah semua usaha.”