Bacaan: 2 Korintus 2 : 12 – 17 │ Pujian: KJ 427
Nats: “Namun syukur bagi Allah yang dalam Kristus selalu memimpin kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia dimana-mana.” (Ayat 14)
Apakah saudara pecinta buah durian? Baik secara bau dan rasanya? Ternyata ada 7 tempat yang melarang kita untuk membawa buah durian, di antaranya: di pesawat, kereta api atau MRT, bus, taksi online, rumah sakit, hotel, dan gedung-gedung pertemuan. Alasan larangan tersebut adalah karena bau buah durian yang sangat menyengat dan tidak semua orang merasa nyaman dengan bau durian tersebut. Namun demikian, dibalik fenomena penolakan keberadaan buah durian di beberapa fasilitas umum tersebut, rupanya bagi beberapa orang, buah durian juga menjadi buah yang sangat digemari, bahkan ada yang menjadi pecinta buah tersebut.
Kenyataan yang paradoks atau kenyataan yang bertentangan sekaligus memiliki kebenaran pada satu waktu yang sama, rupanya menjadi bagian dalam kenyataan hidup umat percaya. Seperti halnya realita yang sedang dialami oleh rasul Paulus dalam bacaan kita saat ini. Ketika Paulus ke Makedonia, di sanalah Paulus dan Titus menjumpai sebuah kenyataan yang paradoks. Realita dualisme, yakni antara golongan yang menerima keberadaan Paulus dan Titus, serta golongan yang menolak mereka (Ay. 15-16). Ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Namun demikian di antara banyaknya orang yang menolak, ada juga yang menerima mereka. Paulus dan Titus memiliki semangat yang dapat menjadi teladan kita saat ini, yakni seperti tertulis di ayat 17b “dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.”
Semangat yang dimiliki oleh Paulus dan Titus kiranya menjadi semangat bagi kita juga saat ini. Sebagai umat percaya, kita tidak bisa memilih hanya realita yang menyenangkan saja yang terjadi dalam kehidupan kita. Seiring pertumbuhan iman kita, marilah kita juga mendewasakan cara pandang kita akan kehidupan yang kita jalani. Penolakan, penerimaan, cemooh, dan pujian biarlah mewarnai dinamika kehidupan ini. Tetaplah kita berjalan pada dasar maksud murni atas perintah Allah, maka niscaya di sanalah kemuliaan Kristus yang membawa damai dan kemenangan, akan menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia dimana-mana. Amin. [Ris].
“Tetap bawalah harum nama-Nya, sekalipun tidak semua akan menerima keharuman tersebut.”