Bacaan: Mazmur 123 : 1 – 4 | Pujian: KJ. 300
Nats: “Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan.” (Ayat 3)
Pernahkah saudara di-bully (dihina, dicemooh, dicela, diremehkan)? Pastinya kita akan merasa sakit hati. Beberapa waktu lalu, seorang siswa usia 11 tahun di Banyuwangi, ditemukan tewas bunuh diri di rumahnya. Polisi menyebut motif bunuh diri adalah korban mengalami depresi karena kerap di-bully oleh teman sebayanya lantaran tidak punya ayah. Korban adalah seorang anak yatim. Lidah memang lebih tajam daripada pedang. Satu kata hinaan saja yang keluar dari mulut, dapat menghancurkan kehidupan seseorang.
Dalam bacaan kita saat ini menyaksikan Pemazmur yang berada dalam situasi yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Keadaan yang tidak menyenangkan itu digambarkan dengan istilah “kenyang dengan penghinaan dan olok-olok.” Pemazmur merasa bahwa penghinaan dan penderitaan tersebut sudah melebihi batas yang mampu ia tanggung. Ia merasa lelah dan cukup menderita akibat perlakuan buruk yang ia terima. Dalam situasi yang menyakitkan itu, Pemazmur memusatkan diri hanya kepada Tuhan, bukan pada situasi di sekelilingnya. Ia memohon belas kasih kepada Tuhan. Di sini ia menggunakan relasi tuan-hamba untuk menggambarkan suasana saat ia meminta pertolongan Tuhan. Sebagaimana tuan akan memberikan jaminan kehidupan dan keamanan bagi hambanya, demikian Tuhan Allah akan membela dan memberikan jaminan ketentraman baginya. Sekalipun Tuhan memberikan jaminan keselamatan bagi dirinya, namun Pemazmur tidak bermaksud untuk membalas perilaku orang-orang yang telah bertindak semena-mena terhadapnya. Oleh karena itu, betapa pentingnya mengandalkan Tuhan dengan kerendahan hati.
Demikian pula kita, jangan sampai kita membiarkan diri kita terjerumus dalam keangkuhan dan kecongkakan iman, yaitu memohon pertolongan Tuhan supaya Tuhan membalaskan setiap tindakan yang tidak baik pada diri kita, dengan niatan membalikkan keadaan. Apalagi kita mengimani bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita hanyut di tengah mara bahaya dan ketidakadilan yang terjadi. Kita tidak berhak untuk melakukan pembalasan dengan kecongkakan iman kita. Oleh sebab itu, kita perlu mengandalkan Tuhan dengan kerendahan hati agar permohonan doa kita tidak berubah menjadi sebuah paksaan sesuai keinginan hati kita. Amin. [RA].
“Sampaikanlah pergumulanmu dalam doa dan permohonan, maka Allah yang penuh belas kasih akan menolongmu.”