Bacaan: Ulangan 32:44-47 l Pujian: KJ 422: 1-3
Nats: “berkatalah ia kepada mereka: “Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini. (ayt. 46)
Pada suatu hari, berangkatlah satu tim pemburu kawakan ke sebuah hutan belantara untuk mencari binatang buruan. Karena merasa bekal peluru mereka cukup banyak dan merasa sudah ahli dalam menembak, para pemburu itu dengan gegabah membidik dan menembakkan peluru melalui senapannya. Ketika hari mulai gelap, tidak ada satu pun binatang yang berhasil mereka dapatkan. Sang pemimpin pun merasa gusar akan ulah anggota timnya, hingga akhirnya dia menyampaikan berita, “bekal peluru kita hanya cukup untuk digunakan dalam 2 kali tembakan”. Maka seluruh tim pemburu itu menjadi sangat hati-hati dalam membidik dan menembak binatang buruannya. Pada akhirnya mereka dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
Kebanyakan orang akan lebih menghargai sesuatu hal, apabila hal itu dianggap tidak akan bisa terulang kembali, langka, dan yang terakhir. Misalnya: Orang akan menghargai setiap detik kebersamaan dengan orang yang dicintai ketika tahu bahwa mereka akan segera berpisah; Orang akan menjaga barang dengan penuh kehati-hatian, ketika tahu bahwa barang tersebut tiada duanya; Orang akan dengan sungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan ketika menyadari bahwa kesempatan itu adalah untuk terakhir kalinya.
Bacaan Alkitab kali ini merupakan wejangan terakhir Musa sesaat sebelum dipanggil berpulang oleh Tuhan. Ia berpesan agar bangsa Israel tetap taat terhadap Taurat dan setia mengajarkannya kepada anak-anak mereka. Kita tentu bisa membayangkan suasana haru yang tercipta ketika Musa menyampaikan nasihatnya ini: bangsa Israel berkumpul, tertunduk dan menjaga sikap untuk dapat tetap terlihat mendengarkan setiap kata dari Musa. Musa tentu mengharapkan bangsa israel tidak hanya terlarut dalam rasa haru, sekedar mendengarkan di tengah-tengah situasi itu. Hal itu dapat dilihat dari beberapa penekanan yang ditunjukkan dengan kalimat “perkataan ini bukanlah perkataan hampa bagimu…”(ay. 47). [OCEP]
“Jalanilah harimu, seolah itu sebagai kesempatan terakhir bagimu”