Bacaan: Amsal 22:1-9 | Pujian: KJ 424
Nats: “Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana…Orang yang baik hati akan diberkati.” (ay. 8-9)
Timun Mas adalah dongeng yang mungkin masih kita ingat. Dongeng ini mengisahkan seorang anak perempuan yang cantik, baik hati dan berani. Ia berasal dari buah Timun Mas yang benihnya diberikan oleh Buto Ijo pada orang tuanya dengan sebuah perjanjian mengerikan: orang tuanya harus menyerahkan Timun Mas saat ia berusia 17 tahun untuk dimakan oleh sang Buto. Suatu hari Buto Ijo datang menagih janji, tapi tentu orang tuanya tak mau menyerahkannya. Mereka menggunakan tipu muslihat untuk mengulur waktu, memberikan bungkusan kecil pada sang anak gadis dan menyuruhnya untuk lari secepat mungkin agar tak tertangkap. Namun, Buto Ijo yang tahu bahwa calon santapannya kabur langsung mengejarnya. Tentu langkah Timun Mas tak mampu menyeimbangi langkah besar sang raksasa (Buto). Timun Mas lalu menaburkan jarum, benda pertama dari kantongnya, lalu tumbuhlah berbagai tumbuhan berduri yang menghalangi dan melukai raksasa. Namun raksasa itu mampu keluar dari jeratan duri-duri itu dan terus mengejar Timun Mas. Kemudian Timun Mas menaburkan garam dari kantongnya, ajaibnya garam itu menjadi lautan luas yang harus diseberangi. Buto ijo pun ternyata mampu melewatinya. Akhirnya, Timun Mas menaburkan benda terakhir yang ada dalam kantongnya: terasi. Terasi itu menjadi kubangan lumpur hisap dalam yang menghisap Buto Ijo dan akhirnya menewaskannya. Lalu Timun Mas kembali hidup bersama orang tuanya dengan aman.
Kisah Timun Mas ini menunjukkan logika yang menarik, yaitu tabur tuai. Saat menabur jarum, yang muncul tumbuhan berduri. Saat menabur garam, yang tumbuh adalah lautan. Dan saat menabur terasi, yang muncul lumpur yang mematikan. Namun, saat jarum, garam dan terasi itu disimpan dalam kantong tak akan ada yang terjadi. Logika inilah yang juga mendasari nasihat hikmat Amsal hari ini. Jika yang ditabur kecurangan, pastilah bencana yang akan dituai, namun jika menabur kebaikan, pastilah berkat yang akan dituai.
Di hari kelima tahun ini, mari menabur hanya kebaikan agar berkat dan damai sejahtera-lah yang kita tuai. Selamat menabur! (Rhe)
Nilailah diri bukan dari apa yang dituai, tapi apa yang ditabur.