Bacaan : Kejadian 20 : 1 – 18 | Pujian: KJ 413
Nats: “Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi : Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku” [ayat 7a]
“Stop! Stop! Ke kanan dua langkah! Eeehh jangan terlalu lebar langkahnya! Iya betul segitu!”
Itu adalah teriakan teman kepada saya dalam sesi games outdoor dalam sebuah camp. Dalam permainan itu, beberapa pemain ditutup matanya dan diminta menyeberang ke sisi yang lain. Beberapa orang bertugas untuk memandu. Perjalanan tidak begitu mudah karena panitia menyiapkan berbagai jebakan: terpal bersabun atau barang-barang lain yang sakit jika terinjak. Beberapa panitia berdiri di berbagai titik, siap melempari kami dengan saos dan kecap jika kami ada di jangkauan mereka.
Beberapa pemandu ternyata iseng. Mereka membiarkan temannya berjalan masuk ke dalam jebakan-jebakan. Sehingga ada yang jatuh, menabrak, dan berlumuran noda. Di dalam gelap, saya menanti dan mendengar peringatan dan perintah teman saya. Sebab saya tahu, itu yang membuat saya bisa melewati permainan ini, sampai di garis akhir dengan ‘selamat’.
Perintah dan peringatan biasanya kita rasakan sebagai hal-hal yang mengganggu dan mengekang. Namun, bila kita memaknai hidup seperti permainan yang saya ceritakan di atas, tentulah akan sangat berbeda. Kita justru menantikan peringatan dan perintah, sebab kita sadar bahwa kita tidak bisa melihat dengan jelas. Kita membutuhkannya sebab kita tidak ingin jatuh pada jebakan di sekitar kita yang mematikan.
Demikianlah yang Allah lakukan kepada Abimelekh. Allah memperingatkan Abimelekh sehingga ia terluput dari laku dosa. Dosa karena ketidaktahuannya. Allah menunjukkan cinta kasih kepada Abimelekh dan menolongnya melalui peringatan dalam mimpi.
Kepada kitapun Allah berlaku sama. Ia menjagai kita melalui peringatan dan perintah, supaya kita tidak jatuh pada hal-hal yang tidak dikehendaki-Nya. Tentu tidak selalu lewat mimpi. Berbagai macam cara dapat Ia pakai untuk mewujudkan penyertaan dan pertolongan-Nya kepada kita.Pertanyaannya , apa kita cukup peka merasakan dan menanggapinya?[vin]
“Peringatan dan Perintah Tuhan menerangi Keterbatasan Manusia”