Bacaan : Keluaran 34 : 1 – 9 | Pujian : KJ. 447 : 1, 2
Nats: ”Jika aku telah mendapat kasih karunia dihadapanMu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami, sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk, tetapi ampunilah kesalahan dan dosa kami, ambillah kami menjadi milik-Mu” (Ay. 9)
Tidak ada yang sempurna, itulah kata-kata yang sering muncul dari bibir manusia. Artinya manusia itu pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, sehingga tidak ada manusia di dunia ini yang tanpa kesalahan, tanpa dosa. Semua pasti pernah melanggar apa yang menjadi kehendak Tuhan. Apakah itu sengaja atau tidak. Apakah anak-anak atau orang dewasa. Demikian juga dengan Musa dan bangsa Israel.
Keluaran 34:1-9 menceritakan Bangsa Israel yang menerima dua loh batu yang berisi hukum Tuhan. Dua loh batu itu telah dipecahkan, sehingga Tuhan berfirman kepada Musa untuk memahat dua loh batu yang sama dengan yang mula-mula. Tuhan akan menuliskan kembali hukum-hukumNya. Tuhan mengingatkan kembali kepada Musa dan bangsa Israel, bahwa Tuhan masih tetap menyanyangi umat milikNya dan menginginkan supaya umat milikNya menaati apa yang menjadi kehendakNya.
Diungkapkan dalam bacaan kita ini bahwa Tuhan, adalah Tuhan yang menyanyangi, mengasihi, panjang sabar dan berlimpah kasih setiaNya (ay. 6). Namun Tuhan tidak membiarkan orang yang bersalah terus berjalan di dalam kesalahannya. Tuhan ingin menunjukkan kasih setiaNya sekaligus mengingatkan agar umat milikNya terus berbenah diri. Dengan ungkapan yang demikian itu Musa sadar sekaligus yakin bahwa Tuhan adalah Allah yang mengampuni setiap pelanggaran umat milikNya yang bertobat. Musa menyadari bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, bangsa yang keras kepala, bangsa yang “dablek”. Bangsa yang tahu peraturan dan ketetapan Allah, tetapi sering melanggar bahkan memberontak terhadap Dia.
Dengan kesadaran itu, Musa memohon kepada Tuhan untuk mengampuni kesalahan dan dosa-dosanya. Musa memohon kepada Tuhan untuk tetap menjadi Allahnya dengan menjadikan umat sebagi milikNya. Itulah wujud Musa untuk memohon belas kasih-Nya. Bagaimana dengan kita yang juga sering melanggar apa yang menjadi kehendakNya? Kiranya kita dimampukan untuk datang kepada Tuhan, memohon belas kasihNya. Amin (AW).
“Percayakanlah hidupmu kepadaNya, yakinlah Tuhan pasti menerima dan mengampuni dosamu”