Bacaan: Yesaya 51 : 17 – 23 | Pujian: KJ. 467
Nats: “Beginilah firman Tuhanmu, TUHAN, Allahmu yang memperjuangkan perkara umat-Nya: “Sesungguhnya, Aku mengambil dari tanganmu piala dengan isinya yang memusingkan, dan isi cangkir kehangatan murka-Ku tidak akan kauminum lagi, …” (Ayat 22)
Kata maaf adalah kata sederhana yang memiliki daya, yang mampu mengubah perselisihan menjadi perdamaian, benci menjadi cinta, egois menjadi peduli. Kata yang mudah untuk diucapkan, namun sulit dilakukan. Dibutuhkan ketulusan untuk mengungkapkan rasa dan makna yang ada di dalamnya. Kata maaf tidak hanya mampu menggerakkan hati kita saja, tetapi juga mampu membuat kita menyadari Allah yang Maha Kasih dan Maha Pengampun.
Bacaan kita saat ini adalah narasi penghiburan Allah kepada umat Israel, Sion (nama historis Yerusalem), di tengah-tengah pembuangan Babel. Umat Israel yang pada waktu itu sedang dijajah secara fisik, mental, maupun rohaninya, sedang dibangun kembali oleh Allah. Pada ayat 22, Allah mengenalkan diri-Nya sebagai Allah yang memperjuangkan perkara umat-Nya. Sekalipun umat Israel pernah menyimpang dari jalan Allah, tetapi Allah tetap setia memberkati dan melindungi Israel. Kasih Allah itu, tidak lepas dari kesadaran komunal terkait kesalahan yang pernah mereka lakukan. Berangkat dari kesadaran komunal itu, kemudian komunitas mereka dipulihkan. Polanya adalah ketika mereka melakukan kesalahan – Allah menghukum – mereka sadar lalu memohon pengampunan – mereka dipulihkan. Dalam proses itulah mereka memahami bahwa Allah itu penuh dengan kasih dan Maha Pengampun.
Sebagai makhluk sosial sampai kapanpun kita akan hidup berdampingan dengan orang lain. Dalam setiap perjumpaan dengan orang lain, tentunya konflik tidak akan pernah terhindarkan. Kita sadar bahwa hidup dalam konflik itu tidak nyaman. Meskipun kita tahu bagaimana cara berdamai, seringkali kita tidak mau untuk memulainya terlebih dulu. Pada saat ini, marilah kita belajar dari umat Israel yang mengambil inisiatif untuk memohon pengampunan pada Allah, sehingga mereka dipulihkan. Marilah kita mengambil inisiatif untuk mengucap maaf, untuk kita saling mengampuni dan saling memulihkan. Amin. [kyp].
“Terimakasih untuk setiap kata maafnya.”