Bacaan : Kisah Para Rasul 25:1-12 I Pujian: KJ.419: 1, 2
Nats: „Tetapi Festus yang hendak mengambil hati orang Yahudi, menjawab Paulus, katanya: “Apakah engkau bersedia pergi ke Yerusalem, supaya engkau dihakimi di sana di hadapanku tentang perkara ini?” (ayat 9)
Salah satu cara yang dipakai seorang pemimpin untuk mempertahankan popularitas dan membangun citra diri dengan memainkan perasaan dan persepsi publik adalah bersikap populis. Cara demikian dianggap sebagai pilihan untuk mencari posisi aman. Sehingga seringkali kebijakan yang diambil bisa membuat hal yang lurus menjadi bengkok dan yang hitam menjadi putih. Semua dapat dengan mudah berganti karena kepentingan dan keuntungan. Akibatnya yang lemah dibungkamkan dan yang benar disingkirkan agar yang kuat tetap berkuasa.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Gubernur Festus. Gubernur Festus ternyata lebih suka mengikuti kemauan orang banyak daripada menegakkan kebenaran. Ia memilih mengorbankan Paulus demi mengambil hati orang Yahudi dan menghindari masalah dengan para pemuka agama Yahudi yang memusuhi Paulus. Padahal sebenarnya Paulus tidak bersalah, baik terhadap hukum Taurat, Bait Suci, maupun terhadap Kaisar. Orang Yahudi sendiri juga tidak dapat membuktikan kesalahan yang mereka tuduhkan, dan Festus sendiri juga mengakui bahwa Paulus tidak bersalah. Karena itu Paulus menegur perbuatannya dan menuntut haknya sebagai warga negara Romawi dengan naik banding kepada Kaisar.
Banyak orang memilih jalan hidup yang tidak mau repot dengan cara mengikuti arus meskipun tidak sesuai dengan kebenaran dan bahkan mengabaikan jalan-jalan Tuhan. Namun berani melawan arus dunia ini dan memiliki kehidupan yang berbeda adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2). (Retno)
“ Sesungguhnya hanya ikan mati yang ikut kemana air mengalir, dan itu berarti menuju tempat yg rendah”