Selfie = Selfish? Renungan Harian 3 Agustus 2018

3 August 2018

Bacaan : I Korintus 11 : 27-34 | Pujian: KJ. 178
Nats:
“Karena itu,  saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu  seorang akan yang lain.” (ayat 33)

Di media social,  selfie (swafoto), potret diri yang diambil sendiri, marak dilakukan. Ada yang berpendapat  bahwa selfie  merupakan tindakan  karena gangguan kejiwaan narsistik yakni rasa cinta diri yang berlebihan. Belum ada penelitian medis yang membuktikan pendapat tersebut. Apa hubungan selfie dengan perjamuan malam?

Surat Paulus ini menekankan kematian Yesus Kristus yang  menjadi bukti kasih Allah yang tidak bersyarat. Pesan  ini disampaikan dalam balutan cerita perjamuan malam, sebelum Yesus diserahkan. PenderitaanNya merupakan panggilan khusus agar umat percaya menjadi murid dan meneladani-Nya.  Dalam suratnya yang lain Paulus mengajarkan: “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih, dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita”(Efesus 5:1). Demikianlah harapan Paulus bagi orang beriman di Korintus.

Realitas jemaat Korintus memprihatinkan Rasul Paulus.  Jemaat makan roti  dan minum cawan Tuhan “dengan cara yang tidak layak”.  Mereka memiliki motivasi yang keliru dalam mengambil bagian di perjamuan yakni mementingkan diri sendiri. Motivasi seperti ini menjadi pertanda bahwa mereka tidak mengenal tubuh Kristus, tidak memahami hakekat masyarakat/persekutuan Kristen. Sikap dan motivasi semacam ini merusak semangat kehidupan dan kesaksian. Tindakan yang tanpa kasih menentang dan melawan tujuan kematian Kristus.

Sikap egois bisa mewarnai kehidupan berjemaat masa kini. Misalnya ketika seorang warga jemaat berpikir  bahwa ide-idenya harus selalu dilaksanakan di jemaat. Ketika ide tersebut tidak dilaksanakan maka ia akan merasa sakit hati.  Ada pula yang berupaya untuk mengatur penggunaan persembahan berdasarkan keinginan hatinya, dan kurang percaya pada pengelolaan pengurus gereja. Memang tidaklah salah memikirkan kepentingan diri.  Akan tetapi, jika terlalu fokus kepada diri sendiri  dan mengabaikan kepentingan orang lain, tentu keliru.

Mari bertanya pada diri kita sendiri. Apakah masih terselip benih keegoisan dalam diri?.(Co)

“Memberi belum tentu mengasihi, tetapi mengasihi pasti memberi.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak