Bacaan: Ulangan 9 : 6 – 14 | Pujian: KJ. 39
Nats: “TUHAN berfirman pula kepadaku, “Telah Kulihat bangsa ini. Sungguh mereka bangsa yang tegar tengkuk.” (Ayat 13)
Kita pasti pernah mendengar peribahasa “kacang lupa kulitnya”, peribahasa ini berarti seseorang yang lupa akan asal-usulnya. Peribahasa ini biasa disematkan kepada seseorang yang dahulunya kekurangan, kemudian menjadi seorang yang kaya, menjadi seorang yang sombong dan tamak. Atau bisa juga disematkan kepada orang yang lupa berterima kasih, jika pada posisinya saat ini, ia pernah mendapatkan bantuan dari orang lain. Dalam kehidupan kita sehari-hari apakah pernah berjumpa dengan orang-orang seperti ini ? Atau mungkin kita sendiri yang mengalami, menjadi seperti kacang yang lupa kulitnya.
Bacaan kita saat ini menggambarkan situasi yang sama, saat itu bangsa Israel telah dibebaskan oleh Allah keluar dari perbudakan Mesir, namun mereka melupakan Allah. Kondisi ini terjadi ketika Musa sedang berada di atas gunung untuk menerima perintah dari Allah. Saat Musa berada di atas gunung itu, Allah berfirman kepada Musa bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk (Ay. 13). Bangsa Israel sudah diingatkan untuk tidak menyembah ilah lain, tetapi mereka membuat patung anak lembu emas. Melihat situasi ini, Allah ingin memusnahkan mereka dari muka bumi. Mereka lupa bahwa tanah perjanjian yang akan diberikan kepada mereka adalah anugerah Allah bukan karena kebaikan mereka (Ay. 6).
Melalui kisah bangsa Israel selama perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir, kita bisa melihat bahwa Allah tidak senang kepada bangsa yang tegar tengkuk, yang tidak mau berubah. Jika bangsa Israel bisa menikmati tanah perjanjian Kanaan, itu merupakan kasih Allah kepada mereka. Tetapi mereka justru membalas dengan melupakan Allah yang telah menyertai dan memberkati mereka. Hal ini menyebabkan Tuhan Allah murka kepada mereka (Ay. 14). Dari cerita ini, kita bisa melihat bahwa kita bisa saja seperti “kacang yang lupa kulitnya”, ketika kita melupakan Allah yang telah memberkati kita setiap saat. Oleh karena itu, janganlah kita menjadi pribadi yang tegar tengkuk. Mari kita menjadi pribadi yang mau berubah, pribadi yang senantiasa mengarahkan diri kita kepada kehendak Allah. Kita berubah karena Allah telah mengasihi kita, bukan karena kita benar, tetapi semua karena kasih-Nya semata. Amin. [BWP].
“Bukan dengan kekuatanku, ku dapat jalani hidupku, Tanpa Tuhan yang di sampingku, ku tak mampu sendiri.”