Bacaan: Yeremia 30 : 12 – 22 | Pujian: KJ. 24
Nats: “Mengapakah engkau berteriak karena lukamu, karena deritamu tak terobati? Karena kesalahanmu banyak dan dosamu berjumlah besar, Aku telah melakukan semuanya ini kepadamu.” (Ayat 15)
Ada tipe ibu yang terkesan galak dan tega memarahi anaknya. Ketika anaknya melakukan kesalahan, dia akan meluruskan anaknya walau kadang dengan keras. Tetapi meskipun ibu ini galak, biasanya ibu ini tidak rela jika anaknya dimarahi atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain, bahkan suaminya sendiri. Semua itu karena kasih sayangnya yang begitu besar kepada anaknya.
Demikian gambaran kasih Allah yang membiarkan umat-Nya mengalami penderitaan dalam pembuangan di Babel. Teriakan mereka menggambarkan betapa berat dan menyedihkan keadaan mereka di Babel. Sampai bangsa-bangsa lain memandang rendah mereka. Disangkanya mereka, umat yang telah ditinggalkan, dihajar dengan bengis dan hancur. Tetapi sesungguhnya Allah menjanjikan pemulihan dan pembebasan ketika masa penggemblengan iman mereka selesai. Allah akan tampil untuk melindungi dan menyatakan keadilan-Nya. Mereka harus menanggung penderitaan karena besarnya pemberontakan, ketidaktaatan dan ketidaksetiaan mereka kepada Allah. Berkali-kali melanggar, tapi tidak menyadari dosanya. Penderitaan yang mereka alami menjadi bagian dari proses Allah mendidik iman umat-Nya untuk berbenah diri dan bertobat. Nyatanya, Allah yang mengizinkan mereka menderita adalah Allah yang memeluk dan membalut luka mereka, yang tidak rela umat-Nya dicemooh.
Ketika mengalami derita, kita tidak selalu peka menginsyafi, barangkali itu akibat dari dosa-dosa kita. Kadang kita mengeluh tanpa benar-benar menyadari bahwa Tuhan sedang meluruskan kesalahan atau jalan kita yang tersesat. Ketidaktaatan kita seringkali membuat Tuhan harus bertindak tegas untuk menghajar dan mendidik kita dengan peringatan-peringatan yang tidak menyenangkan. Ia bisa memakai siapa dan apa saja sebagai perantara didikan-Nya. Tetapi semua adalah bagian dari rancangan keselamatan-Nya. Kasih-Nya terlampau besar untuk membiarkan kita tersesat dan binasa. Ia ingin kita belajar dari kesalahan kita dan bertobat. Sekeras apapun Tuhan mendidik kita, Ia tetap memeluk, membalut luka, dan menyembuhkan kita pada akhirnya. Alih-alih mengeluh, belajarlah peka terhadap peringatan Tuhan dan fokuslah memperbaiki diri. Sebab jika kita taat mengikuti proses dan didikan-Nya, kehidupan kita pasti dipulihkan. Amin. [wdp].
“Proses diluruskan oleh Tuhan dari jalan yang tersesat mungkin terasa berat, tapi itu melepaskan kita dari kebinasaan dan mengembalikan pada jalan kehidupan.”