Bacaan: Lukas 14 : 7 – 14 | Pujian: KJ. 246
Nats: “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Ayat 11).
Masih banyak orang yang berupaya untuk mendapatkan keinginannya dengan cara memaksa orang lain untuk memperhatikan dan menghargainya. Mereka berusaha untuk mendapatkan kesempatan atau kedudukan terhormat. Dengan mendapatkan penghargaan dari orang lain, mereka berharap tidak akan direndahkan. Dengan demikian, mereka tidak akan kehilangan kesempatan untuk memanjakan diri sendiri. Itulah karakter sebagian orang yang cenderung mementingkan dirinya sendiri. Meskipun banyak yang telah berusaha untuk mengikisnya, tidak berarti karakter tersebut akan lenyap dalam kehidupan seseorang.
Pada bacaan Alkitab hari ini, Tuhan Yesus sedang memperhatikan banyak orang berusaha untuk menempati tempat-tempat terhormat. Karena itu Dia memberikan pengajaran supaya setiap orang tidak memiliki sikap tinggi hati. Sebab jika seseorang berebut mendapatkan tempat yang terdepan dan terhormat, padahal itu bukan disediakan untuknya, maka ia akan mendapatkan rasa malu. Untuk menghindari sikap meninggikan diri yang berakibat rasa malu, maka sebaiknya oran tersebut memilih tempat yang selayaknya. Tuhan Yesus juga memusnahkan kebiasaan buruk dalam relasi antar sesama manusia. Saat seseorang mengadakan perjamuan, jangan bersikap kaku dengan mengundang kerabat atau sahabat yang kaya saja, namun juga memperhatikan mereka yang kurang beruntung, kurang sejahtera, dan orang-orang cacat. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa relasi yang terbangun dan tidak kaku itu, justru akan membuahkan kebahagiaan banyak orang.
Sudah saatnya kita memiliki arah perhatian tidak hanya tertuju pada keinginan dan kepentingan sendiri saja. Justru kita perlu memperhatikan dan peduli kepada orang lain, sebab disitulah kita memiliki kesempatan untuk terlibat membangun kehidupan orang lain. Mereka yang layak mendapatkan kehormatan adalah mereka yang ikut serta membangun kehidupan. Demikian dalam membangun hubungan dengan sesama, hendaknya hubungan yang terjalin adalah hubungan yang tanpa pamrih. Pada akhirnya sikap tahu diri kita akan menolong terpeliharanya hubungan kita yang erat dengan Tuhan, yang akan terus melibatkan kita dalam karya-Nya. Amin. [YDSN].
“Tahu diri sebagai kunci relasi erat kita dengan sesama, terlebih dengan Tuhan.”