Bacaan : 2 Timotius 2 : 8 – 13 | Pujian: KJ 434 : 1
Nats: “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” [ayat 13]
Kamu berbohong, akupun percaya
Kamu lukai, ku tak peduli
Coba Kau fikir, di mana ada cinta seperti ini?
Kau tinggalkan aku, ku tetap di sini
Kau dengan yang lain, ku tetap setia
Tak usah tanya kenapa, aku cuma punya hati.
Itu sepenggal lagu galau anak muda yang dinyanyikan oleh Mytha. Lagu ini mengisahkan seorang gadis yang kekasihnya tidak setia, tetapi ia tetap memilih untuk setia. Kalau manusia saja ternyata ada yang sanggup mengikrarkan dirinya untuk tidak terluka walau dilukai, memberi diri untuk tetap setia walau dikhianati, maka bagaimana dengan kesanggupan penyertaan Tuhan Yesus atas manusia? Tentulah lebih sempurna dari ikrar manusia yang sedang jatuh cinta.
Kadang, sebagi umat yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kita pun sering bertindak jahat kepada Tuhan. Seperti datang dan pergi sesuka hati. Kalau sedang senang ya bisa lupa kepada Tuhan Yesus, kalau sedang susah ya merintih-rintih memohon belas kasihan-Nya. Mau menerima berkat pengaorbanan darah Tuhan Yesus, tetapi tidak mau ikut memikul salib kehidupan. Ah, dasar manusia, suka enaknya saja. Kondisi ini menjadi semacam budaya yang tanpa disadari diajarkan secara turun-temurun.
Rasul Paulus mengajarkan budaya yang baru kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus, yaitu panggilan untuk ikut menderita. Artinya bahwa yang menerima Tuhan Yesus secara penuh di dalam hatinya, maka ia tidak akan sampai hati melukai Tuhan Yesus terus-menerus. Tetapi sebaliknya, manusia yang di dalam hatinya meletakkan kasih Tuhan, ia akan sanggup untuk ikut menderita bersama Kristus. Ia tidak akan mudah menyerah menghadapi tantangan kehidupan. Ia tidak akan pernah meninggalkan Tuhan Yesus, meski beban berat kehidupan membelenggunya. Karena hati yang menjadi kediaman cinta kasih Tuhan akan selalu mendatangkan kesetiaan kepada Allah. [dee]
Mencintai Tuhan Yesus akan mendatangkan damai sejahtera