Bacaan: Matius 8:28-9:1 | Pujian: KJ 256
Nats: “….mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka?” (ay.34b)
Pada suatu malam, Pak Koko mendengar tetangganya bertengkar. Dalam pertengkaran suami-istri tersebut, jelas terdengar sang istri mengaduh kesakitan karena sang suami melakukan kekerasan fisik kepada sang istri. Namun, Pak Koko berfikir karena dia tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain, atau bahkan daripada nanti terkena imbasnya, lebih baik dia diam saja dan berpura-pura saja tidak mendengar keributan tersebut, walaupun sebenarnya dia terganggu juga oleh keributan itu.
Ada ungkapan dalam bahwa jawa yang berbunyi ”nulung malah kepenthung” atau dalam bahasa indonesia hendak menolong malah kena pukulan. Pepatah ini menandakan niat seseorang yang memberikan pertolongan kepada orang lain, namun kemudian terkena imbas atau dampak negatif dari tindakannya.
Fenomena inilah yang membuat orang-orang di jaman ini berfikir berkali-kali ketika hendak menolong orang lain. “Ah, dari pada saya nanti kena dampaknya lebih baik saya ndak ikut-ikut masalah ini saja”. Adapula yang dengan mengatasnamakan privasi atau itu urusan pribadi masing-masing, maka keinginan menolong orang lain tersebut surut.
Tuhan Yesus tidak berhenti menolong, walaupun resikonya adalah dia “kepenthung”. Hal ini nampak ketika Dia menolong dua orang yang kerasukan setan dengan memindahkannya ke kawanan babi. Namun dampaknya, Dia akhirnya didesak oleh warga kota di kota Gadara untuk meninggalkan daerah mereka. Lha…niat menolong kok ya malah merugi. Tetapi karena dua orang itu sangat membutuhkan pertolongan, ya ditolong saja, walaupun ada resikonya.
Kita diajak melalui keteladanan Tuhan Yesus untuk tetap senantiasa rindu untuk menolong, sekalipun kita tahu ada resiko-resiko yang mengikuti. Perbuatan baik tidak selalu diterima dengan baik, namun tetaplah berbuat kebaikan. [Ardien]
“Yesus rindu kita memberikan diri kita dalam segala waktu.” (Bunda Teresa)