Bacaan : Yesaya 1 : 4 – 9 | Pujian : KJ 446 : 1, 2
Nats: “Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk!” (Ay. 4)
Ketika seorang karyawan kedapatan melakukan kesalahan, hal pertama yang dilakukan oleh atasan adalah memberikan surat peringatan (SP). SP itu berupa teguran agar tidak mengulangi kesalahannya lagi. Jika ia masih berbuat kesalahan untuk kedua kalinya, dia akan mendapat SP2 yang isinya bisa berupa hukuman pemotongan gaji atau skors dari pekerjaaan. Jika kesalahan terjadi lagi, maka atasan tidak segan-segan mengeluarkan karyawan itu dari perusahaan. Ia dipandang tidak layak lagi bekerja disitu.
Allah mengutus nabi Yesaya untuk mengingatkan kesalahan yang dilakukan bangsa Yehuda dihadapan Allah. Mereka telah meninggalkan Allah, tidak taat dan setia pada perintah dan kehendak Allah. Mereka lebih mengandalkan kekuatan manusia daripada Allah dengan lebih mempercayai pertolongan bangsa Asyur. Oleh karena tu Allah menghukum Yehuda. Bangsa Yehuda dikalahkan Bangsa Babel dan harus hidup sebagai tawanan. Disinilah Allah mengutus Yesaya untuk memperingatkan bangsa Yehuda akan segala dosa dan kesalahan yang telah mereka perbuat. Yesaya mengingatkan agar Yehuda kembali kepada Allah,bertobat, dan kembali menyembah Allah saja.
Allah memperingatkan kita melalui berbagai cara. Misalnya melalui teguran orang terdekat kita, melalui peristiwa pahit yang kita alami atau melalui pergumulan hidup. Ia memberikan peringatan pada umat-Nya agar kita mau menyadari dosa dan kesalahan yang kita perbuat. Setiap peringatan, menuntun kita untuk kembali di jalan Tuhan. Sekiranya kita diperingatkan, kita sadar bahwa Allah mempunyai maksud yang baik dari setiap peringatan-Nya itu. Janganlah kita menjadi orang yang bebal, yang tidak mau peduli dan mengerti akan peringatan Tuhan dalam hidup kita. Melainkan marilah kita menjadi pribadi yang peka akan peringatan Tuhan. Kita memohon pengampunan dan keselamatan dalam kehidupan ini. Tetaplah yakin bahwa Allah memperingatkan kita oleh karena Ia sungguh mengasihi kita. Ia menghendaki kita selalu hidup dalam persekutuan dengan-Nya. (AR)
“Seperti orang tua yang memperingatkan kesalahan anaknya, terlebih Tuhan memperingatkan kesalahan kita dengan kasih-Nya”