Bacaan: Wahyu 11 : 15 – 19 ǀ Pujian: KJ. 358
Nats: “… sambil berkata: Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Maha Kuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai Raja.” (Ayat 17)
Sebelum Gereja berdiri, para pengikut Kristus senantiasa mendapatkan penganiayaan dan penderitaan. Memasuki masa pemerintahan Kaisar Nero (54-68 M), para pengikut Kristus bahkan semakin menderita. Mereka diburu, disiksa, bahkan dibunuh ketika kedapatan beriman kepada Yesus Kristud. Pada masa kini, memang peristiwa tersebut sudah tidak terjadi lagi. Namun diskriminasi dan “penganiayaan” model baru, tetap saja terjadi dan dialami oleh para pengikut Kristus yang setia. Mulai dari sulitnya mengurus izin pendirian gedung gereja, pembubaran ibadah, dan tindakan-tindakan diskriminasi lainnya di berbagai aspek kehidupan orang percaya. Jika demikian yang terjadi, apakah yang harus kita lakukan?
Kitab Wahyu yang ditulis oleh Yohanes, berusaha memberikan penguatan dan pengharapan kepada umat untuk tidak takut menghadapi penderitaan. Hal ini dikarenakan pada akhirnya nanti, Yesuslah yang akan memberi kemenangan, keselamatan, dan kehidupan yang kekal. Terlebih lagi, Ia akan memangku kuasa yang besar dan mulai memerintah sebagai raja (Ay. 17). Dalam pesta kemenangan itu, ”terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu.” (Ay. 19). Perlu diketahui bahwa dalam tradisi Israel saat itu, Tabut Perjanjian berada di Ruang Maha Kudus. Ruang yang tidak boleh dilihat oleh orang biasa, bahkan imam besar pun hanya boleh masuk pada hari tertentu. Oleh karena itu, ayat ini bermaksud untuk menjelaskan bahwa akan tiba saatnya kemuliaan Allah disingkapkan secara penuh. Akan tiba saatnya Allah bertindak, sehingga segala kejahatan dan penderitaan dilenyapkan.
Bersama-sama dengan seluruh umat percaya yang hidup di segala zaman, kita diajak untuk tetap bertahan dan setia menghadapi berbagai penganiayaan dan godaan. Semua itu dilakukan oleh “Si Jahat”, dengan maksud untuk terus menggoyahkan iman kita dan menjauhkan kita dari Allah, Sang Sumber Kebenaran Yang Sejati. Percayalah bahwa Allah senantiasa ada bersama dengan kita dan terus ikut campur tangan di sepanjang sejarah kehidupan kita. Percayalah! Amin. [YAH].
“Penderitaan yang kita alami adalah cara Tuhan mendewasakan iman kita.”