Bacaan: Keluaran 19 : 16 – 25 ǀ Pujian: KJ. 18
Nats: “Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung.” (Ayat 17)
Saat akan ada kunjungan bupati, gubernur atau presiden ke suatu daerah tentunya diadakan persiapan yang baik. Ada banyak orang yang menanti untuk dapat bertemu dengan bupati, gubernur atau presiden. Mereka rela berjajar di pinggir jalan yang panas, menanti berjam-jam serta menyiapkan diri dengan pakaian terbaik yang mereka miliki. Harapannya tentu bisa melihat dan bertemu langsung. Bisa bertemu langsung dengan seorang pejabat adalah suatu anugerah. Apalagi jika bisa berswafoto dan kemudian mengunggahnya di media sosial, tentu itu adalah suatu kebahagiaan tersendiri serta menjadi momen bersejarah dalam kehidupannya. Apalagi jika banyak yang memberikan tanda suka atau memberikan komentar di media sosialnya, tentu tidak terasa lagi rasa capek saat persiapan yang dilakukan berjam-jam sebelumnya.
Bangsa Israel mendapatkan anugerah untuk bertemu dengan Tuhan di gunung Sinai. Suatu anugerah karena mereka dapat menyaksikan secara langsung Tuhan datang di gunung Sinai untuk menemui mereka. Tentu mereka berbahagia karena menjadi saksi sejarah. Suatu anugerah dapat bertemu dengan Tuhan, akan tetapi mereka tidak dapat bertemu Tuhan dengan seenaknya sendiri. Sebelum mereka dapat bertemu dengan Tuhan, mereka harus menyucikan diri mereka terlebih dahulu selama tiga hari. Tuhan datang dalam kemuliaan-Nya di gunung Sinai dalam guruh, kilat, awan dan bunyi sangkakala. Bangsa Israel menjumpai Tuhan dalam kondisi diri yang suci. Mereka berjumpa dengan Tuhan bukan dengan kondisi asal-asalan, akan tetapi dengan perubahan hidup menjadi suci dan kudus di hadapan-Nya.
Sebagai umat Tuhan, kita pun mendapat anugerah untuk dapat bertemu dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Baik itu di dalam persekutuan-persekutuan yang kita bangun bersama saudara-saudara yang lain atau di dalam ibadah harian kita. Kita pun diajak bertemu dengan Tuhan bukan dengan kondisi diri yang asal-asalan, tetapi dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan, sehingga kita dapat bertemu dengan Tuhan dalam kekudusan diri. Tuhan selalu memberi waktu untuk kita datang bertemu dengan-Nya, jangan pernah sia-siakan kesempatan berharga itu. Amin. [cha].
“Orang yang beriman selalu rindu untuk bertemu dengan Allah”