Hikmat Yang Mendamaikan Dan Menyatukan Pancaran Air Hidup 26 Maret 2024

26 March 2024

Bacaan: 1 Korintus 1 : 18 – 31 |  Pujian: KJ. 434
Nats: “Karena itu seperti ada tertulis: “Siapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” (Ayat 31)

Saat ini kemajuan IPTEK sungguh sangat pesat. Berbagai macam informasi bisa kita akses dengan mudah dan cepat. Siapapun bisa mengunggah konten apapun, yang bisa dilihat oleh banyak orang. Dalam konteks keagamaan, banyak bermunculan konten kreator yang membahas tentang pembandingan aliran gereja, dogma, ajaran, dan bahkan jalan spiritualitas. Mereka berlomba-lomba menyampaikan kebenaran dalam sudut pandangnya sendiri, merasa paling tahu, paling benar serta berhikmat, dan pada akhirnya berujung pada sikap menyalahkan yang lain. Tentunya ini membawa pengaruh yang besar terhadap pemahaman teologi umat dan relasi antar umat, serta memiliki potensi untuk memicu perpecahan. Lalu yang menjadi pertanyaannya: “Bagaimana kita merespons realitas ini?”

Bacaan kita saat ini menunjukkan keprihatinan Paulus terhadap perselisihan yang terjadi pada jemaat di Korintus yang berpotensi mengakibatkan perpecahan. Banyak orang di Korintus yang merasa dirinya berhikmat dan hal itulah yang memicu munculnya perselisihan di antara umat. Wajar jika hal ini terjadi pada jemaat di Korintus, karena Korintus merupakan kota yang strategis, tempat bertemunya berbagai macam orang dan budaya. Perjumpaan itulah yang kemudian mempengaruhi cara berpikir mereka. Jemaat merasa dirinya paling bijak dan berhikmat lalu bermegah atas dirinya sendiri. Pada tahap inilah, rasul Paulus memberikan peringatan kepada jemaat Korintus untuk melihat kembali bahwa sumber segala hikmat adalah Allah. Jadi bermegahlah dalam terang Allah. Artinya bukan untuk menonjolkan diri sebagai yang paling benar tetapi untuk menjadikan Allah sebagai Sang Sumber Kebenaran dan Hikmat.

Dari kisah rasul Paulus dan Jemaat Korintus ini, kita tahu bahwa tanda hikmat Allah adalah tidak memegahkan diri sendiri, melainkan rendah hati, melibatkan dan menjadikan Allah sebagai Sang Sumber Kebenaran dan Hikmat dalam merespon segala sesuatu yang hadir. Kita memang tidak bisa membatasi orang untuk menyampaikan pendapatnya, oleh sebab itu, diri kita sendirilah yang harus memekakan diri terhadap kata-kata yang kita dengar. Apakah itu perkataan manusia ataukah hikmat Allah? Jika perkataan itu memicu perselisihan, keberpihakan, perpecahan maka itu hikmat manusia. Hikmat Allah itu menyatukan dan mendamaikan. Dalam Pekan Suci saat ini, mari kita terlibat dalam karya Allah untuk menyatukan umat dan menjadi pendamai di tengah komunitas kita, baik bagi keluarga, gereja, dan lingkungan sebagaimana misi Allah, yaitu mewujudkan damai sejahtera. Amin. [Kyp].

“Hikmat-Mu sajalah yang menuntun aku mewujudkan kedamaian.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak