Tetap Melayani Pancaran Air Hidup 26 Juni 2022

Bacaan: Lukas 9 : 51 – 62 ǀ Pujian: KJ. 357
Nats:
“Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: Tuhan apakah Engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka? Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.” (Ayat 54-55).

Apakah yang akan kita lakukan ketika ada orang menolak kebaikan yang kita berikan? Atau apakah yang kita rasakan manakala ada orang yang menyakiti kita? Tentu saja kita pasti marah. Ditolak adalah perasaan yang tidak mengenakkan, apalagi di depan umum. Lebih-lebih ketika kita hendak berbuat baik kepada orang lain, maka semakin marahlah kita, bahkan bisa terjadi sumpah serapah, makian, serta keinginan agar orang tersebut binasa. 

Reaksi yang demikian juga ditunjukkan oleh para murid, ketika orang Samaria tidak menghendaki Yesus melewati wilayah mereka dalam perjalanan menuju Yerusalem. Mengapa orang Samaria menolak Yesus? Hal ini terjadi karena sejarah silam yang tidak baik antara orang Yahudi dan orang Samaria. Orang Samaria dianggap sebagai bangsa kafir karena sudah tercemar oleh pengaruh bangsa kafir melalui perkawinan. Penolakan yang dilakukan oleh orang Samaria inilah yang membuat Yohanes dan Yakobus marah dan mengatakan “Tuhan apakah engkau mau supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Tetapi Yesus menegur mereka dan memilih untuk pergi ke desa lain. Dengan sikap itu, Yesus menunjukkan sebuah sikap tanpa kekerasan, dan Ia juga menyadarkan para murid untuk bertobat dari sejarah masa silam yang membawa perpecahan dan permusuhan.

Hari ini adalah penutupan bulan kesaksian dan pelayanan, kita telah belajar melayani dan bersaksi dengan beragam cara, media dan usia. Memang bulan kesaksian dan pelayanan telah ditutup, namun semangat untuk terus melayani dan bersaksi harus tetap membara dalam hati kita. Seperti yang diajarkan Tuhan Yesus dalam bacaan kita hari ini, tetaplah terus melayani. Jangan membelenggu sesama kita pada masa lalunya dengan fanatisme yang sempit dan picik, serta memberikan label negatif yang bisa membunuh karakter seseorang. Apalagi jika hal itu sengaja dilakukan untuk membatasi ruang gerak sesama dan bahkan membinasakannya. Mari dengan kerendahan hati kita bersedia melayani Tuhan dan sesama. Mari kita dengan sepenuh hati bersaksi tentang karya kasih dan penyertaan Allah dalam hidup kita. Dengan cara inilah hidup kita memiliki arti dan menjadi berkat. Amin. [DB].

“Ya Tuhan, bimbinglah aku dengan Roh-Mu, agar aku selalu menghargai sesamaku
sebagai sesama ciptaan-Mu yang bermartabat luhur.”

 

Bagikan Entri Ini: