Pernah Hidup Benar Pancaran Air Hidup 26 Desember 2024

26 December 2024

Bacaan: 2 Tawarikh 24 : 17 – 27  |  Pujian: KJ. 369A
Nats: “Sesudah kematian Yoyada, para pemimpin Yehuda datang menyembah kepada raja. Sejak itu raja mendengarkan mereka.” (Ayat 17)

Pada masa sekarang ini, ada begitu banyak hal yang dapat membuat umat Tuhan jatuh ke dalam dosa. Melalui berbagai kemudahan teknologi dan kemajuan zaman, orang sangat mudah jatuh ke dalam dosa. Orang dengan mudahnya membeli miras/narkoba, mengakses situs pornografi/prostitusi, bermain judi online, dlsb. Maka sangatlah menyedihkan jika kita mendapati ada orang yang hidup benar, kemudian dalam perjalanan hidupnya justru berbalik dari Tuhan dan hidup sesuka hatinya. Seharusnya bagi kita pengikut Kristus, panggilan untuk hidup benar itu berlaku seumur hidup, bukan hanya pada masa awal ketika kita berjanji mengikut Tuhan saja.

Pengalaman menarik dapat kita lihat dari Yoas. Yoas adalah raja termuda di Yehuda. Ia menjadi raja sejak usia 7 tahun dan memerintah di Yerusalem selama 40 tahun. Sebagai seorang raja, Yoas pernah hidup benar di hadapan Allah, yakni saat dia didampingi oleh imam Yoyada. Selama imam Yoyada melayani, kurban bakaran teratur dipersembahkan di Bait Allah (Ay. 14). Kehidupan Yoas pun seturut dengan kehendak Allah. Sayangnya, hal yang sangat menyukakan hati Allah ini, hanya berlangsung selama imam Yoyada masih hidup. Setelah imam Yoyada meninggal, Yoas lebih memilih mendengarkan nasihat para pemimpin Yehuda daripada meneruskan hidup benar di hadapan Allah (Ay. 18). Yoas bersama para pemimpin Yehuda meninggalkan Allah untuk beribadah kepada berhala. Oleh karena kesalahan itu, Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka Allah (Ay. 18). Teguran Allah melalui para nabi, secara khusus oleh Zakharia, anak imam Yoyada, tidak mempan, bahkan Zakharia dibunuh. Pada akhirnya, Yoas juga dibunuh di atas tempat tidur oleh para pegawainya, yang melakukan persekongkolan demi membalas kematian Zakharia (Ay. 25).

Kondisi seperti Raja Yoas sangat mungkin kita alami jika kita tidak waspada. Seringkali kenyamanan yang ada di sekitar kita, membuat kita menjadi sombong, keras kepala, berbuat sesuka hati kita, seolah-olah semua yang kita lakukan “benar”. Saat ini, kita ingat bahwa benar menurut manusia, belum tentu benar menurut Tuhan. Sekali hidup benar bukan berarti selamanya pasti hidup benar. Oleh karena itu, milikilah ketekunan membaca Firman Tuhan, dan teruslah konsisten menjalani hidup benar dalam pimpinan kasih Tuhan. Amin. [YAH].

“Hiduplah benar di hadapan Allah, jangan hanya menuruti keinginan hawa nafsumu!”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak