Menghidupi Perjanjian Pancaran Air Hidup 26 Desember2023

26 December 2023

Bacaan: Ibrani 8 : 1 – 13 | Pujian: KJ. 369a
Nats: “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”(Ayat 10b)

Janji manis adalah janji yang ditepati. Janji yang muluk-muluk tidak akan ada artinya jika tidak ditepati dalam realitanya. Salah satu contohnya: Dalam pemberkatan perkawinan ada moment bagi mempelai untuk mengucap janji perkawinan. Harapannya janji perkawinan ini menjadi nyawa bagi kehidupan rumah tangga kedua mempelai ke depan, dengan memegang janji yang telah diucap di hadapan Tuhan. Jika janji untuk saling merawat dalam suka dan duka itu tidak ditepati, keluarga itu akan menjadi pincang bahkan bisa berakhir. Ada pihak yang terluka dan dikorbankan dalam ketidaksetiaan pada janji.

Perikop kita hari ini berbicara tentang perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Dalam PL, jika perjanjian Allah dengan umat-Nya diingkari, maka imam besar sebagai pemimpin umat akan memberikan persembahan kurban pendamaian. Namun orang-orang Ibrani saat itu mengalami kebingungan dengan identitas baru mereka, antara Kekristenan dan Yudaisme, salah satunya dalam hal kurban pendamaian. Mengetahui orang Ibrani yang demikian, Penulis surat Ibrani berupaya untuk menjelaskan kepada mereka tentang makna kurban pendamaian dalam iman Kristen, supaya mereka tetap percaya melewati proses pendewasaan iman di dalam Kristus. Hal ini juga dimaksudkan supaya mereka tidak kembali dalam pemahaman Yudaisme.Penulis surat Ibrani meyakinkan bahwa  hidup di dalam Kristus adalah pilihan hidup yang baik. Karena Kristus sendiri adalah Imam Agung yang telah mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban yang sempurna. Dialah yang menghapus dosa manusia, yang tidak mungkin dijangkau oleh sistem persembahan kurban pendamaian seperti yang dilakukan nenek moyang mereka. Itulah yang menjadi perjanjian baru antara Allah dengan umat-Nya.

Menghidupi perjanjian dengan Allah sama dengan merawat kehidupan untuk tetap ada dalam kedamaian. Seperti janji yang telah dibawa oleh Kristus bagi dunia ini, yaitu adanya damai sejahtera. Janji-Nya untuk memberi hidup damai dan keselamatan telah dipenuhi. Kita yang tidak selalu sempurna dalam menghidupi janji itu diijinkan untuk tetap tinggal dalam kasih Allah. Dengan anugerah Allah ini, kiranya kita semakin mampu menghidupi janji Allah. Mari kita pegang teguh janji keselamatan Allah ini dalam hati dan pikiran kita melalui kesediaan kita menjaga relasi kita dengan Allah dan sesama. Amin. [edw].

“Mengingkari janji sama dengan membiarkan hal lain menjadi terkorbankan, salah satunya adalah kedamaian.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak