Waspadai Ikut-Ikutan Menghakimi: Bahaya! Renungan Harian 24 September 2018

24 September 2018

Bacaan : Yakobus 4: 8 – 17 | Pujian: KJ 467: 1 – 3
Nats: “Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?” (ayat 12)

Suatu ketika ada seorang warga jemaat yang diminta melayani sebuah kebaktian kelompok. Selama ini warga tersebut hanya menjadi pendengar, duduk dan mengikuti kebaktian. Saat dia menerima tugas untuk melayani kebaktian, tentu hal tersebut akan menjadi sebuah pengalaman baru. Dari warga yang biasanya hanya duduk di pojok belakang, kini diminta berdiri di depan warga jemaat lain dan memimpin kebaktian. Hal tersebut tentu luar biasa. Meskipun demikian, tentu akan ada saja yang menganggap pelayanan warga tersebut kurang pas. Entah dianggap salah memilih lagu, renungannya kurang jelas, dll. Pelayan firman yang tentu belum punya jam terbang tinggi ini harus menerima kritikan berlebihan dari warga lain. Kritikan adalah sesuatu yang baik. Namun jika berlebihan akan menjadi semacam penghakiman.

Hari ini kita diingatkan oleh Yakobus akan bahaya menghakimi. Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) menuliskan kalimat yang lebih jelas: “Saudara-saudara, janganlah saling mencela atau saling menyalahkan.” (ayat 11 a)  Mengapa kita diminta untuk tidak menghakimi? Karena yang berkuasa mengadili manusia hanyalah Allah sendiri. Apalagi pada ayat 10 kita sudah diingatkan supaya merendahkan diri di hadapan Tuhan, dengan demikian Ia akan meninggikan kita.

Tidak perlu kita menunjukkan diri lebih bisa atau lebih jago dalam hal melayani ketimbang orang lain. Apalagi kalau sudah menganggap diri lebih rohani atau lebih suci dibanding orang lain. Ketika kita mau memperlihatkan kemampuan diri kita dengan cara mencela atau menyalahkan orang lain, maka pada saat itu kita sedang berada diambang kehancuran. Kita tidak merendahkan diri, tetapi justru meninggikan diri. Jadi jika kita tahu bahwa menghakimi orang lain itu salah tetapi kita tetap melakukannya, lebih baik kita segera bertobat. (rinadi)

“Ambang kehancuran yaitu ketika seseorang merasa diri lebih baik dibanding sesamanya.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak