Bacaan: Yohanes 18 : 33 – 37 | Pujian: KJ. 260
Nats: “Jawab Yesus: Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Ayat 36)
Ada anggapan kejujuran akan menjadikan seseorang merugi, ajur, terasingkan dari yang lain. Anggapan ini muncul karena lingkungan di sekitarnya banyak yang menolak untuk bertindak jujur. Padahal relasi yang menolak kejujuran, dapat disimpulkan sebagai relasi yang tidak sehat bagi pertumbuhan seseorang, baik dalam hal karakter, mentalitas maupun iman. Sebaliknya, kejujuran merupakan salah satu unsur pembentuk kebudayaan hidup manusia yang sehat. Kejujuran dibutuhkan di segala aspek kehidupan, mulai dari relasi suami-istri, orang tua-anak, lingkungan pekerjaan, pertemanan, hingga kehidupan beriman bersama Tuhan.
Bacaan hari ini menceritakan dialog antara Yesus dan Pilatus ketika sedang berada di pengadilan Romawi. Pilatus ingin mengetahui, apakah Yesus adalah raja orang Yahudi (Ay. 33). Yesus memberikan jawaban bahwa Kerajaan-Nya bukan berasal dari dunia (Ay. 36). Tampaklah ketika Pilatus menanyakan kekuasaan politis Yesus, tetapi Dia berusaha untuk mengajak Pilatus melihat makna yang lebih mendalam. Yesus lahir dan datang ke dalam dunia untuk memberikan kesaksian mengenai kebenaran (Ay. 37). Pernyataan diri Yesus sebagai pewarta kebenaran sekaligus Raja secara terbuka, jujur dan apa adanya itu rupanya direspon dengan keengganan Pilatus untuk masuk ke dalam dialog mendalam dengan Yesus.
Dialog antara Yesus dan Pilatus ini menyadarkan kita bahwa manusia seringkali takut ditinggalkan oleh lingkungan sekitarnya. Sehingga seringkali lingkungan dimana mereka berada yang mempengaruhi pertumbuhan manusia itu sendiri. Istilah kerennya saat ini, FOMO (Fear Of Missing Out) di mana mereka takut merasa ketinggalan zaman sehingga berupaya untuk selalu dianggap “hidup di dunia.” Akhirnya ketakutan itu menjadikan seseorang suka berbohong bahkan melakukan kejahatan. Ketakutan itu membuat mereka memilih sesuatu yang menyenangkan diri, bukan sesuatu yang mendewasakan diri. Baiklah kita belajar untuk tidak takut, jikalau harus ditinggalkan oleh yang lain ketika memilih untuk berkata dan bersikap jujur. Sebab orang yang jujur adalah orang yang mendekatkan diri pada kebaikan dan kebenaran. Demikian Tuhan sangat mengasihi dan berkenan kepada orang yang mau hidup jujur. Amin. [garlic].
“Kejujuran adalah kesetiaan yang sederhana.”