Bacaan : Kisah Para Rasul 20: 17 – 38 | Pujian : KJ 408: 1 – 3
Nats: “Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.” (ayat 22-23)
Pada umumnya tidak ada manusia yang ingin menjadi tawanan. Karena tawanan berarti ditangkap atau ditahan, sehingga tidak ada lagi kebebasan pada orang yang menjadi tawanan. Namun mungkin ada juga yang suka menjadi “tawanan”. Misalnya remaja atau pemuda yang sedang jatuh cinta. Mereka membahasakan diri menjadi “tawanan cinta” karena merasa sedang ditangkap dan dikuasai oleh rasa cinta. Dalam hal ini mereka merasa “ditawan”, tetapi senang.
Mungkin itu pula yang hendak diceritakan oleh Paulus. Dia sekarang telah menjadi tawanan Roh. Kebebasan tidak lagi melekat pada dirinya sendiri karena yang memandu kehidupan Paulus adalah Roh Kudus. Bahkan lebih jauh lagi Paulus menyadari bahwa dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya yang dituntun oleh Roh Kudus itu. Namun ketidaktahuan itu tidak lantas membuat dirinya ingin membebaskan diri. Sebagai tawanan cinta kasih Roh Kudus, ia merasa harus berserah total pada Roh Kudus, sumber kehidupannya. Ketika Roh Kudus sudah menangkapnya sebagai tawanan Roh, maka Paulus percaya cinta kasih dari Roh Kudus sudah menantinya. Meskipun ia harus menderita sengsara dan dipenjara karena memberitakan Kabar Baik.
Sebagai umat yang juga telah menerima pencurahan karunia Roh Kudus, kita pun adalah tawanan Roh. Sama seperti Paulus, tidak tahu apa yang akan terjadi. Tetapi satu hal yang pasti, Roh Kudus menawan kita dengan kuasa kasih. Roh Kudus tidak akan membiarkan kita hancur. Karena cintanya bukanlah cinta biasa. Jika kita menjadi tawanan Roh, Roh Kuduslah yang akan menuntun kita. (rinadi)
“Menjadi tawanan Roh itu semanis tawanan cinta”