Bacaan : Yesaya 26 : 1 – 4 | Pujian : KJ. 163 : 1, 3
Nats: “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya” (Ay. 3)
Sudah jamak dilakukan oleh para pejabat, artis atau orang penting di dunia ini memiliki guard atau penjaga pribadi. Agar semua kegiatan berlangsung aman dan tanpa gangguan yang mungkin terjadi atau bahkan membahayakan keselamatan diri mereka. Paling nyaman ketika kita berada dalam rombongan bus atau ambulan dan dikawal oleh kendaraan patroli di depannya. Perjalanan tanpa gangguan macet dan perjalanan pun sangat nyaman bukan? Gambaran kedamaian, keamanan, dan kenyamanan itulah yang dibayangkan oleh umat Israel melalui benteng yang dibangun Tuhan sendiri bagi mereka. Sudah barang tentu kenyamanan itu menuntut harga dan tak gratis.
Jika rombongan kendaraan dikawal pasukan pengawal maka harus membayar sejumlah biaya, demikian pula kedamaian bersama Tuhan ada pula harganya, yaitu kesetiaan sampai akhir. Tak heran kalau kita berkesempatan ke tanah Israel yang namanya ketaatan pada hari Sabbat begitu luar biasa. Seharian umat berada di Sinagoge dan tidak berani menghidupkan listrik, api, bahkan juga mobil. Semua berjalan kaki menuju tempat ibadah sehari penuh. Rasanya kita perlu belajar dari mereka. Sementara kita beribadah minggu lebih dari satu setengah jam sudah gelisah, apalagi kalau sehari penuh. Kesetiaan dan ketaatan adalah harga yang harus dibayar oleh umat percaya. Itulah kesaksian hidup sebenar-benarnya, berupa memberi waktu untuk Tuhan khusus sebagai ucapan syukur. Kedamaian, keselamatan dan penjagaanNya sungguh diberikan kepada mereka yang setia dan menjagai iman sampai akhir. Mari kita setia padaNya sampai akhir hidup ini. Dan gerbang sukacita itu terbuka untuk semua yang membayar harga bagi kebaikan Tuhan berupa keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Amin. (LUV)
“Menjadi murid Kristus yang sejati itu harus berani membayar harga” (Dietrich Bonhoeffer)
