Bacaan: 1 Samuel 25 : 36 – 42 | Pujian: KJ. 249
Nats: “Terpujilah TUHAN, yang membela aku dalam perkara penghinaan Nabal terhadapku dan yang mencegah hamba-Nya berbuat jahat. TUHAN telah membalikkan kejahatan Nabal ke atas kepalanya sendiri.” (Ayat 39b)
Pernahkah saudara marah? Tentu setiap orang pernah marah, karena marah merupakan ekspresi yang wajar dari penyampaian emosi. Marah adalah perasaan tidak senang, karena dihina atau diperlakukan tidak sepantasnya. Siapapun bisa marah karena ia diperlakuan tidak pantas. Marah boleh saja kita ekspresikan, namun yang tidak boleh adalah marah yang membawa kita kepada dosa, marah yang menimbulkan keinginan untuk membalas dendam, menyakiti, merusak, yang mengakibatkan perpecahan, permusuhan, dan rusaknya hubungan. Sering kali dalam keadaan marah, emosi tidak terkendali sehingga keluarlah ucapan-ucapan kotor, kasar, dan tidak sopan dari mulut kita bahkan tindakan-tindakan yang menyimpang dari firman Tuhan.
Demikianlah yang dialami oleh Daud ketika mendengar Nabal sedang menggunting bulu doma-domba-Nya. Ia kemudian mengutus sepuluh anak buahnya untuk mempertanyakan hal itu, sedangkan respons Nabal justru menghina Daud. Marahlah Daud dengan membawa kira-kira 400 pasukan berpedang untuk menyerang Nabal. Namun Abigail, isteri Nabal berusaha untuk menggagalkan serangan tersebut. Tidak lama kemudian, diceritakan dalam ayat 37-38, “Keesokan paginya ketika Nabal sudah sadar dari mabuknya, istrinya menceritakan kepadanya semua hal itu. Lalu terhentilah jantungnya dan tubuhnya kaku membatu. Kira-kira sepuluh hari kemudian, TUHAN memukul Nabal, sehingga ia mati.” Tuhan memiliki caranya sendiri untuk menyatakan karya-Nya atas umat-Nya.
Hak kita bukan membalas kejahatan dengan kejahatan. Ingatlah apabila kita marah, jangan sampai kita berbuat dosa. Jangan menyimpan kemarahan sampai matahari terbenam. Mari kita belajar mengendalikan diri supaya kemarahan kita tidak menimbulkan perpecahan dan kerusakan. Seperti cerita Daud dan Nabal. Daud tidak harus membunuh Nabal, Nabal meninggal dengan cara Tuhan sendiri. Bukan berarti selanjutnya kita harus meminta kepada Tuhan untuk membunuh orang yang menyakiti dan merugikan kita. Namun pengajaran yang kita perolah: hak kita bukan membalas kejahatan dengan kejahatan. Hak kita adalah mengendalikan diri saat kita marah supaya kita tidak jatuh ke dalam dosa. Kiranya Roh Kudus menolong dan memampukan kita. Amin. [Life].
“Paulus tidak marah ketika ia dihina, difitnah, dimusuhi, direndahkan oleh orang lain, namun ia marah ketika melihat orang yang memutarbalikkan kebenaran Injil Kristus.”