Bacaan: Ibrani 6 : 13 – 20 | Pujian: KJ. 183
Nats: “Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.” (Ayat 19)
Lagu “I Have A Dream” (saya punya mimpi) yang originalnya milik ABBA dan dipopulerkan oleh Westlife tahun 2000-an, berkisah tentang seseorang harus punya keyakinan dan kepercayaan diri yang kuat untuk mencapai sebuah impian di dalam hidup. Banyak orang baik yang akan mendukung dan mengajarkan sesuatu yang berharga. Semangat itulah yang dikobarkan dalam kitab Ibrani.
Teks firman Tuhan pada hari ini berisi seruan supaya meneladani sikap iman Abraham yang setia dalam pengharapan. Pengharapan itu digambarkan seperti sauh. ‘Sauh’ atu jangkar adalah alat berkait dan berat, dibuat dari besi, yang dilabuhkan dari kapal ke dasar laut, supaya kapal tetap berada pada posisi yang diinginkan. Sauh digunakan supaya kapal tidak terbawa tiupan angin, gelombang, ataupun badai di tengah laut. Ibrani 6:19 menyebutkan bahwa pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. Pada dasarnya jiwa manusia (keinginan, kehendak, pikiran) ini masih lemah, terkadang percaya, terkadang khawatir. Karena itu, manusia butuh terhubung dengan sesuatu yang stabil. Setiap manusia membutuhkan pengharapan supaya hidupnya tidak mudah diombang-ambingkan gelombang masalah. Pengharapan adalah sauh yang membuatnya terkait kepada Tuhan dan janji-janji-Nya. Pengharapan adalah sesuatu yang memberikan ketenangan dan kepastian, yang membantu manusia untuk mengambil langkah positif. Dengan berpengharapan, manusia mampu menghadapi tantangan dan tetap teguh menanti janji Kristus. Tuhan Yesus adalah pengharapan yang sejati, yang membuka jalan bagi manusia ke dalam hadirat Allah.
Seperti Kristus yang membawa pengharapan bagi setiap orang yang percaya, maka dalam bulan Ekumene ini, kita dipanggil untuk menjadi pemberi harapan bagi sesama kita. Kita dipanggil untuk menolong sesama kita apapun bentuknya. Tidak perlu hal yang spektakuler, tetapi sederhana yang bisa dan mampu kita lakukan untuk menolong sesama di sekitar kita yang lemah dan terpinggirkan. Itu adalah wujud bahwa kita bisa menjadi pengharapan bagi mereka. Mari kita melakukan yang terbaik, yang mampu kita lakukan bagi sesama. Amin. [Kulz].
“Jadilah pembawa pengharapan bagi sesama seperti Kristus!”