Bacaan: Ayub 29:21-30:15 | Pujian: KJ. 364
Nats: “Kedahsyatan ditimpakan kepadaku; kemuliaanku diterbangkan seperti oleh angin, dan bahagiaku melayang hilang seperti awan.” (Ayub 30:15)
Orang-orang tua kita sering mengatakan bahwa hidup itu seperti roda yang berputar, terkadang terletak di atas dan terkadang di bawah. Pada waktu berada di atas kita harus hati-hati, jangan takabur, sombong dan lupa Tuhan. Sedangkan pada waktu berada di bawah harus sabar, janga putus asa dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan untuk memohon kekuatan dan jalan keluar untuk bangkit kembali.
Dalam kehdupan Ayub juga terjadi seperti keadaan di atas. Ayub mengalami kejayaan dengan kekayaan berlimpah, dan dikaruniai 10 orang anak yang suka hidup berfoya-foya.
Namun Tuhan mempunyai rencana yang berada di luar perkiraan manusia. Ayub menjadi miskin karena harta kekayaannya habis semua dan semua anaknya meninggal, disertai kondisi badan sakit-sakitan. Pada waktu kaya, Ayub dipuja, dihormati orang banyak. Namun keadaan hidupnya berubah, Ayub sudah tidak dihormati, ia justru dihina, direndahkan, dan dikucilkan oleh teman-temannya yang dulu mengelilinginya. Iman dan ketaatan kepada Tuhan tetap dimiliki oleh Ayub walaupun kondisinya sudah miskin dalam penderitaan.
Mengapa Tuhan mengijinkan ada penderitaan?
- Tuhan bermaksud untuk mengingatkan kita terhadap masalah dan dosa kita, apakah kita melihat penderitaan dengan iman dan pengharapan.
Tuhan Yesus bersabda “Barangsiapa Kukasihi, ia Ku-tegur kan Ku-hajar sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah” (Wahyu 3:19) - Di dalam penderitaan, Tuhan memimpin dan membimbing hidup kita agar lebih baik dan hubungan dengan Allah semakin dekat serta berpengharapan dalam rencana jangka panjang Allah bagi kita.
- Penderitaan membentuk kita agar menyerupai Kristus.
Penderitaan memberikan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (Roma 5:3,4). Penderitaan harus dijalani dengan sukacita dan rasa syukur karena dapat membentuk karakter yang matang dan menyerupai Kristus.
Marilah kita, orang percaya, tidak mudah putus asa dalam menghadapi penderitaan sepanjang hidup didalam Kristus. [SRI]
“Penderitaan pada saat sekarang tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang dinyatakan pada waktu yang akan datang”