Bacaan : Kejadian 35 : 16 – 29 | Pujian : KJ. 406 : 2, 3
Nats: “Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: “Janganlah takut, sekali ini pun anak laki-laki yang kaudapat.” (Ay. 17)
Ada seorang gadis yang sangat manja, suatu ketika ia harus hidup jauh dari orang tuanya karena menuntut ilmu di kota besar. Suatu hari baju dari gadis itu robek, padahal baju itu akan dia pakai kuliah, maka dia segera menjahitnya sendiri dengan jarum dan sehelai benang. Dia mulai menjahit dan tiba-tiba dia tertusuk jarum, sehingga jarinya mengeluarkan sedikit darah yang hanya setetes. Dia menangis sejadi-jadinya karena merasa kesakitan dan berjanji untuk tidak akan pernah menjahit bajunya sendiri lagi.
Sungguh berbeda dengan apa yang sedang dialami oleh Yakub. Bukan hanya tertusuk oleh jarum lalu mengeluarkan setetes darah, Yakub bagaikan tertusuk oleh pedang yang mengiris-iris hatinya sehingga dia tidak hanya terluka tapi sampai ambyar. Isteri yang dia dicintai yakni Rahel meninggal saat melahirkan anak keduanya, Benyamin. Disusul ayah Yakub, Ishak meninggal saat berumur 180 tahun. Selain orang-orang yang dikasihinya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, Yakub juga harus menghadapi masalah perselingkuhan anaknya Ruben dengan Bilha gundiknya. Bagaimana rasanya? Tentu tidak karuan bercampur aduk di dalam dada, untuk membayangkannya saja begitu berat. Kalau gadis manja tadi tertusuk jarum saja, merasa kesakitan. Lalu, bagaimanakah dengan Yakub ditusuk “tiga pedang” sekaligus, berapa tetes “darah” kesakitan yang keluar dengan bercucuran?
Yakub tidaklah seperti seorang gadis manja tadi. Yakub tetaplah kuat dan tabah. Dia percaya bahwa melalui anaknya Benyamin, anugerah Tuhan selalu ada menyertai di setiap kisah hidupnya. Yakub selalu melihat sisi yang baik di balik setiap peristiwa yang menyakitkan dan menyedihkan dalam hidupnya. Lantas mampukah kita bersikap seperti Yakub? Berani menghadapi kenyataan, tidak takut dengan masalah dan tidak menyerah? Marilah kita meneladani Yakub yang tetap kuat, tabah dan percaya akan janji Tuhan meskipun ditusuk-tusuk “pedang”. Tuhan memampukan kita. Amin. [tama]
“Aku tanpa-Mu Tuhan, tiada berarti.”