Bacaan: Kejadian 50 : 22 – 26 | Pujian: KJ. 52:1,2
Nats: “Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeriyang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.” (Ayat 24)
Hidup manusia dikatakan bernilai dan bermakna, bukan dari seberapa lama atau seberapa panjang usia seseorang hidup, tetapi dengan apa seseorang mengisi kehidupannya di dunia. Seperti halnya “botol kosong”. Saat botol itu diisi air mineral, maka harganya kurang lebih tiga ribuan. Saat diisi dengan jus buah, maka harganya berubah sekitar sepuluh ribuan. Jika botol tersebut diisi madu, harganya tentu dikisaran ratusan ribu rupiah. Dan saat botol tersebut diisi dengan minyak wangi ternama, dipastikan harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Akan tetapi tentu berbeda saat botol tersebut diisi dengan air comberan, pasti akan dibuang dalam tong sampah, karena tidak memiliki nilai lebih dan tidak ada harganya. Setiap botol bentuknya sama, tetapi isinya yang menentukan seberapa berharganya botol tersebut.
Yusuf telah berhasil mengisi hidupnya dengan berpedoman pada janji Tuhan yang telah disampaikan kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Sekalipun ia mengalami pasang surut, pahit getirnya kehidupan, ia percaya bahwa Allah memeliharanya. Di akhir kehidupannya, Yusuf tetap menjaga nilai hidupnya dan hidup bahagia bersama keluarga dan saudara-saudaranya di Mesir. Ia tidak mendendam atau membalas perlakuan saudara-saudaranya yang telah menjualnya. Ia pun tidak menyalahgunakan kekuasaan dan menindas yang lemah. Justru Yusuf menghibur, menyelamatkan dan memelihara mereka. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ia mengingatkan saudara-saudaranya untuk percaya bahwa Allah akan memperhatikan mereka dan juga memelihara mereka. Suatu hari kelak Allah akan mengeluarkan mereka dari negeri Mesir untuk kembali menempati Tanah Perjanjian. Oleh sebab itu, iapun memohon agar kelak, mereka membawa tulang-tulangnya ke Tanah Perjanjian. Dengan keyakinan seperti itulah, Yusuf berusaha menjaga nilai hidupnya untuk bisa meraih janji Tuhan.
Di tengah pasang surut dan pahit getirnya kehidupan saat ini, marilah kita belajar dari Yusuf. Janji Tuhan yang selama ini kita dengar dan imani perlu terus kita jadikan pedoman hidup kita, sehingga nilai-nilai kerajaan Allah tercermin dalam setiap langkah kehidupan kita. Dengan demikian kehidupan kita ini akan bernilai dan bermakna. Amin. [YHS].
“Jangan mencoba menjadi orang sukses, jadilah orang yang bernilai.” (Albert Einstein)