Setia Itu Butuh Bukti Pancaran Air Hidup 20 Maret 2025

20 March 2025

Bacaan: Wahyu 2 : 8 – 11  |  Pujian: KJ. 369a
Nats: “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Ayat 10b)

“Selama 86 tahun aku telah melayani-Nya, dan Dia tidak pernah mengecewakanku. Bagaimana mungkin aku dapat menghujat Raja dan Juruselamatku?”, ini adalah ucapan Polikarpus saat diminta untuk menyangkal Yesus Kristus dan menyatakan kesetiaannya kepada kaisar. Ia kemudian dibakar hidup-hidup, tetapi tradisi gereja menyatakan bahwa api tidak melukai tubuhnya sehingga akhirnya ia dibunuh dengan tikaman pedang. Polikarpus adalah Uskup Smirna, dikenal sebagai salah satu Bapa Gereja awal yang terkenal dan dihormati. Ia meninggal sebagai martir karena kesetiaannya kepada Tuhan Yesus.

Smirna sendiri adalah sebuah kota penting di provinsi Asia Kecil, merupakan salah satu dari tujuh jemaat yang disebutkan dalam Kitab Wahyu. Smirna memiliki akar Yunani yang kuat, pada masa Kitab Wahyu ditulis, kota ini sangat loyal kepada Kekaisaran Romawi. Smirna bahkan menjadi salah satu kota pertama yang membangun kuil untuk menghormati Roma dan Kaisar Romawi, yang menunjukkan komitmen kuat terhadap kultus kekaisaran. Hal ini menciptakan tekanan besar bagi orang Kristen di kota ini, karena mereka dituntut untuk ikut menyembah kaisar, sesuatu yang mereka tolak atas dasar iman mereka. Itulah mengapa dalam Wahyu 2:8 disebutkan bahwa mereka menghadapi penganiayaan yang berat. Mereka disebut sebagai jemaat yang miskin secara materi tetapi kaya dalam iman. Surat kepada jemaat Smirna dalam Kitab Wahyu tidak berisi teguran, tetapi dorongan dan janji bahwa mereka yang setia hingga mati akan menerima “mahkota kehidupan”.

Masa-masa penuh penganiayaan itu pun sebelumnya telah dialami oleh Yesus sampai akhirnya berujung dengan penyaliban dan kematian. Pada masa pra paskah saat ini, mari kita belajar dari kesetiaan jemaat Smirna, yang meskipun menghadapi penderitaan besar bahkan ancaman kematian mereka tidak gentar. Pengalaman penderitaan adalah bagian dari perjalanan kita untuk berjalan ke arah Kristus. Kita diajak untuk mengikut Tuhan, tidak hanya sekedar katut, tetapi benar-benar berjalan erat bersama-Nya, serta menjaga kesetiaan kita hingga kita mendapati mahkota kehidupan. Amin. [kila].

“Sejatinya, kesetiaan itu butuh bukti, bukan hanya sekedar kata.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak